. PENGERTIAN EMOSI
Menurut
English and English, emosi adalah “A
complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular
activities” (suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sarlito Wirawan Sarwono
berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pads tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang lugs (mendalam). Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (2002) menjelaskan bahwa
emosi anak bertalian dengan perasaan fisik, dengan kualitas perasaan senang (like) dan tidak senang (dislike) jasmaniah.
PENGARUH EMOSI TERHADAP PERILAKU DAN
PERUBAHAN FISIK INDIVIDU
Emosi
merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.
Yang dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami
pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira,
bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya. Di bawah
ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu
diantaranya sebagai berikut :
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas
hasil yang telah dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri
hati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain.
Sedangkan
perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) individu dapat dijelaskan
dengan gambaran sebagai berikut :
Canon
telah mengadakan penelitian dengan sorotan sinar “rontgen” terhadap
seekor kucing yang baru selesai makan. la melihat bahwa perut besarnya aktif melakukan gerakan yang
teratur untuk mencerna makanan. Kemudian dibawa ke depannya seekor anjing yang
besar dan Was / galak. Pada saat itu, Canon melihat bahwa proses mencerna
terhenti, seketika, dan pembuluh darah di bagian lambung mengkerut, di samping,
itu tekanan darahnya bertambah dengan sangat tinggi, ditambah lagi dengan
perubahan yang bermacam-macam pada kelenjar-kelenjar seperti bertambah dengan
sangat tinggi, ditambah lagi dengan perubahan yang bermacam-macam pada
kelenjar-kelenjar seperti bertambahnya keringat dan kekurangan air liur.
TABEL 1
JENIS-JENIS EMOSI DAN DAMPAKNYA PADA PERUBAHAN FISIK
JENIS EMOSI
|
PERUBAHAN FISIK
|
1.
Terpesona
|
1.
Reaksi
elektris pada kulit
|
2.
Marah
|
2.
Peredaran
darah bertambah cepat
|
3.
Terkejut
|
3.
Denyut
jantung bertambah cepat
|
4.
Kecewa
|
4.
Bernapas
panjang
|
5.
Sakit /
marah
|
5.
Pupil
mata membesar
|
6.
Takut /
tegang
|
6.
Air liur
mengering
|
7.
Takut
|
7.
Berdiri
bulu roma
|
8.
Tegang
|
8.
Terganggu
pencernaan, otot-otot menegang atau bergetar (tremor)
|
Sumber : Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, hal. 116
D.
PENGELOMPOKAN EMOSI
Emosi dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan
(psikis)
1.
Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh, seperti : rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.
2.
Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai
alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini, diantaranya adalah :
a) Perasaan Intelektual, yaitu yang
mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan
dalam bentuk : (a) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya
ilmiah, (b) rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran, (c) rasa puas karena
dapat m8nyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang harus dipecahkan.
b) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang
menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun
kelompok. Wujud perasaan ini seperti (a) rasa solidaritas, (b) persaudaraan,
(c) simpati, (d) kasih sayang dan sebagainya.
c) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang
berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya,
(a) rasa tanggungjawab (responsibility), (b)
rasa bersalah apabila melanggar norma, (c) rasa tenteram dalam menaati norma.
d) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu
perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat
kebendaan maupun kerohanian.
e) Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan
manusia sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan)
untuk mengenal Tuhannya. Dengan kata lain, manusia dikaruniai insting religius
(naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki
sebagai “Homo Religius”, yaitu
sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama
KONDISI
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
Sejumlah studi
tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung sekaligus pada faktor kematangan (maturation)
dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya.
Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada.
Reaksi emosional itu mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan adanya
kematangan dan sistem endokrin.
Kematangan dan
belajar berjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi
sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya. Bukti
tentang peran yang memainkan faktor kematangan dan faktor belajar dalam
perkembangan emosi disajikan dibawah ini.
1. Peran Kematangan
Perkembangan intelektual
menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,
memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan
memutuskan ketegangan emosi pada satu obyek. Demikian pula, kemampuan mengingat
dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi
reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia
yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin
penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan
produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap
stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil
secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai
membesar lagi, dan membesar dengan pesat- sampai anak berusia 5 tahun,
pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat
lagi sampai anak berusia 16 tahun, dan pada usia 16 tahun kelenjar tersebut
mencapai kembali ukuran semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit
adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan, sampai saat kelenjar itu membesar.
Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-anak.
2. Peran Belajar
Kegiatan belajar turut menunjang pola
perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Terlepas dari metode yang digunakan,
dari segi perkembangan anak harus siap untuk belajar sebelum tiba saatnya masa
belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan
kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya pematangan sistem syaraf dan
otot, anak-anak, mengembangkan potensi untuk berbagai macam reaksi. Pengalaman
belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan
untuk menyatakan kemarahan.
Cara Belajar Yang Menunjang Perkembangan Emosi
a) Belajar Secara Coba dan Ralat
Belajar secara coba
dan ralat (trial and error learning) terutama
melibatkan aspek reaksi. Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan
emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan
menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak
memberikan pemuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa
kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi tidak pernah
ditinggalkan sama sekali.
b) Belajar dengan Cara Meniru
Belajar dengan cara
meniru (learning by imitation) sekaligus
mempengaruhi aspek rangsangan aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal yang
membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi
dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Sebagai contoh,
anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap tegoran guru. Jika ia seorang
anak yang populer di kalangan teman sebayanya, mereka juga akan ikut marah seperti
guru tersebut.
c) Belajar dengan cara mempersamakan diri
Pelajar dengan cara
mempersamakan diri (learning by
identification) sama dengan
belajar menirukan yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah
oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi
orang yang ditiru. Metode ini berbeda dari metode menirukan dalam dua segi.
Pertama, anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan
emosional yang kuat dengannya ; kedua ialah, motivasi untuk menirukan orang
yang dikagumi lebih kuat dibandingkan dengan motivasi untuk menirukan sembarang
orang.
d) Belajar Melalui Pengkondisian
Pengkondisian (conditioning) berarti belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan
situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat
berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan,
bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada
tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang
pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa
tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah lewatnya masa kanak-kanak awal,
penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka
dan tidak suka.
e) Pelatihan
Pelatihan (training) atau belajar di bawah
bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan
cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak beraksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengendalikan lingkungan apabila
memungkinkan.
G. KECERDASAN EMOSIONAL (Emotional Intelligence)
Berdasarkan
pengamatan, banyak orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena kecerdasan
intelektualnya rendah, namun karena mereka kurang memiliki kecerdasan
emosional. Tidak sedikit orang yang sukses dalam hidupnya karena mereka
memiliki kecerdasan emosional meskipun intelegensinya hanya pada tingkat rata
-rata.
Kecerdasan emosional
ini semakin perlu dipahami, dimiliki dan diperhatikan dalam pengembangannya
karena mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Kehidupan yang
semakin kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk terhadap konstelasi
kehidupan emosional individu. Dalam hal ini, Daniel Goleman mengemukakan hasil
survei terhadap para orangtua dan guru yang hasilnya menunjukkan bahwa ada
kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak
mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya. Mereka lebih
kesepian dan pemurung, dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan
mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.
Kecerdasan emosional
ini merujuk kepada kemampuan-kemampuan mengendalikan diri, memotivasi diri dan
berempati. Secara jelasnya unsur-unsur kecerdasan emosional ini dapat disimak
pada :
Unsur-Unsur Kecerdasan Emosional
ASPEK
|
KARAKTERISTIK PERILAKU
|
1. Kesadaran
Diri
|
a) Mengenal dan
merasakan emosi sendiri
b) Memahami penyebab perasaan yang timbul
c) Mengenal
pengaruh perasaan terhadap tindakan
|
2. Mengelola
Emosi
|
a) Bersikap toleran
terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah secara lebih baik
b) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan
tepat tanpa berkelahi
c) Dapat
mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain
d) Memiliki
perasaan yang positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga
e) Memiliki
kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa
f) dapat mengurangi
perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan
|
3. Memanfaatkan emosi secara produktif
|
a) Memiliki rasa tanggungjawab
b) Mampu memusatkan
perhatian pada tugas yang dikerjakan
c) Mampu
mengendalikan diri dan tidak bersifat implusif
|
4. Empati
|
a) Mampu menerima sudut pandang orang lain
b) Memiliki sikap
empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain
c) Mampu mendengarkan orang lain
|
5. Membina hubungan
|
a) Memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lain
b) Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain
c) Memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
d) Memiliki sikap bersahabat atau mudah
bergaul dengan teman sebaya
e) Memiliki sikap
tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain
f) Memperhatikan
kepentingan sosial (senang menolong
orang lain) dan dapat hidup selaras dengan kelompok
g) Bersikap senang berbagai rasa dan bekerja
sama
h) Bersikap
demokratis dalam bergaul dengan orang lain
|
H. METODE PENGEMBANGAN EMOSI
Untuk membantu proses perkembangan
emosi anak usia dini, seorang guru dapat melakukan beberapa metode pembelajaran
berikut.
1. Bernyanyi dan
Bermain Musik
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita selalu dikelilingi oleh musik yang beraneka ragam. Musik itu
bisa berasal dan suara alam, binatang atau manusia. Kehidupan manusia tidak
bisa lepas dan pengaruh musik karena dalam diri manusia sendiri pun memiliki
sumber musik, seperti pita suara ataupun degup jantung yang mirip, seperti
suara drum band.
Musik memberikan
dampak nyata pada perkembangan emosional manusia. Oleh karena - itu, bermain
musik bagi anak sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam
pengembangan emosinya. Mahmud (I995) mengatakan bahwa musik dapat menimbulkan
rasa kesatuan dan persamaan, rasa kebangsaan, rasa keagamaan, rasa kagum, rasa
gembira, dan sebagainya. Musik dapat memberikan kepuasan rohaniah dan
jasmaniah. Manfaat musik yang lain diantaranya adalah mendorong gerak pikir dan
rasa, membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan membentuk watak. Musik menanamkan
dalam jiwa manusia perasaan yang halus atau budi yang halus. Lebih lanjut Campbell (2001)
mengatakan bahwa musik dapat mengangkat suasana jiwa seseorang karena melalui
musik, kasih sayang serta doa di dalam diri seseorang dapat dibangkitkan. Musik
merupakan salah satu instrumen atau media bagi seseorang untuk dapat merasakan
kasih sayang, keagungan Ilahi, serta semesta alam, dan melakukan transformasi
diri ke alam spiritual.
2. Bermain Peran
Bermain
peran adalah permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan.,
tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak.
Melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati serta penghayatan
anak dapat berkembang. Anak-anak dapat menjadi apa pun yang diinginkannya dan
ia juga dapat melakukan manipulasi terhadap objek, seperti yang diharapkannya.
Jika ia mengagumi ibunya, ia akan memerankan tokoh ibunya, seperti yang biasa
ia lihat. Namun, sebaliknya jika ia tidak menyukai tokoh tertentu, ia tidak
akan pernah menghadirkan tokoh tersebut dalam permainannya.. Kalaupun ia memerankannya
maka ia akan mengubah karakter tokoh tersebut menjadi sosok seorang yang
diinginkannya.
Dalam permainan ini
anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan
berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. la juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena
tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang
pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya.
Dalam memahami drama
anak-anak Harley (2000) mendefinisikan bermain peran sebagai berikut.
“Bermain peran adalah
bentuk permainan bebas dari anak-anak yang masih muda. Adalah salah satu cara
bagi mereka untuk menelusuri dunianya, dengan meniru tindakan dan karakter dari
orang-orang yang berada di sekitarnya. Ini adalah ekspresi paling awal dari bentuk
drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai
penampilan. Drama peran adalah sangat sementara, hanya berlaku sesaat. Bisa
berlangsung selama beberapa menit atau terus berlangsung untuk beberapa waktu.
Bisa juga dimainkan berulang kali bila keterkaitan si anak cukup kuat, tetapi
bila ini terjadi maka pengulangan tersebut bukanlah sebagai bentuk latihan.
Melainkan adalah pengulangan pengalaman yang kreatif untuk kesenangan murni
dalam melakukannya. la tidak memiliki awalan dan akhiran dan tidak memiliki
perkembangan dalam arti drama”.
3. Permainan Hand Puppet
Hand puppet atau
permainan dengan menggunakan boneka tangan, merupakan salah satu permainan yang
digemari anak-anak usia dini. Melalui permainan ini anak akan belajar
berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan
kepercayaan dirinya. Untuk melakukan permainan yang lebih menyenangkan anak
membutuhkan kawan dalam melakukannya walaupun ada juga anak yang bermain
sendiri dan berbicara sendiri memainkan boneka tangannya. Namun, sekalipun
permainan dilakukan anak sendirian, itu pun tidak menjadi masalah selama anak
tidak menolak teman-temannya. Dengan adanya manfaat yang cukup besar dalam
mengekspresikan emosi, sebagian terapis telah menggunakan permainan hand puppet ini untuk terapi. Dengan
permainan ini, anak-anak yang mengalami permasalahan emosional pun dapat
terbantu.
4. Latihan Relaksasi
dam Meditasi dengan Musik
Berdasarkan basil
penelitian yang dilakukannya, Rachmawati (1998) mengatakan bahwa proses
relaksasi yang dilakukan pada anak, cukup efektif untuk latihan pengenalan
emosi diri mereka sendiri atau terbentuknya keterampilan emotional awareness. Selain itu, aktivitas meditatif dengan musik
dapat membantu proses katarsis, di mana individu mengeluarkan emosi yang ditekan, menciptakan ketenangan,
dan meningkatkan aktivitas pembelajaran pada anak proses pelaksanaannya cukup
sederhana, guru hanya memilihkan musik lembut dan disukai anak dan meminta anak
untuk mendengarkan dan hayatinya dengan saksama. Untuk membantu proses
penghayatan, anak diminta untuk mengambil posisi yang paling nyaman, ia dapat
duduk berbaring sambil memejamkan mata. Setelah proses mendengarkan lagu tadi,
guru dapat melakukan wawancara, atau memberikan selembar kertas mengevaluasi
apa yang anak rasakan selama ia mendengarkan lagu Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, jawaban anak sangat beragam, di antaranya ada yang merasa
selalu takut, bosan, teringat kembali saat ditinggalkan ibunya ke luar negeri,
dan lain sebagainya.
5. Bercerita
Bercerita bagi seorang anak adalah
sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya
menjadi apa pun yang dia inginkan. Dalam cerita seorang anak dapat memperoleh
nilai yang banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangannya,
termasuk di dalamnya perkembangan SOSIAL DAN EMOSIONALnya.
Selain melatih keterampilan
membaca, bagi seorang anak bercerita merupakan suatu petualangan besar. A Great Adventure, sebagaimana yang
dikemukakan Graves (dalam Solehuddin, 2000). Bercerita dapat juga berfungsi sebagai
alat untuk mendukung proses pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan dan nilai
pada anak. Cerita tentang kura-kura dan kelinci, beauty and the beast, cerita tentang para nabi, orang baik dan
orang jahat, bawang putih-bawang merah, dan sejenisnya merupakan contoh lain
dari penggunaan cerita untuk menanamkan nilai-nilai pada anak.
Selanjutnya Solehuddin (2000) dan
Hidayat (2003) mengemukakan bahwa aktivitas bercerita juga dapat berfungsi
untuk membangun hubungan yang erat
dengan anak. Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat
dan akrab, terlebih jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita-cerita
itu dengan unsur humor.
6. Permainan
Gerak dan Lagu
Permainan gerak dan lagu merupakan
aktivitas bermain musik sambil menari. Anak-anak sangat menyukai permainan ini
terutama jika kita memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan. Teknik
pelaksanaannya sangat mudah, pertama kita
dapat memutar musik klasik di awal kegiatan, anak-anak diminta bergerak bebas
mengikuti alunan musik. Tiba-tiba musik kita matikan di tengah-tengah dan
anak-anak pun berhenti bergerak dan berpura-pura menjadi Patung. Langkah
berikutnya kita putar lagu yang kedua dan jenis musik dangdut, dan anak pun
bergerak bebas sesuai irama dangdut. Gerakan anak-anak tentu akan berbeda
dengan lagu pertama tadi permainan dilanjutkan dengan pola tersebut. Semakin
beraneka macam warna musik, kegiatan akan semakin menyenangkan, dan emosi anak
semakin terekspresikan. Di akhir, kegiatan, anak dapat merasakan perasaan yang
lega.
7. Permainan Feeling Band
Menurut Newcomb (1994) permainan feeling band atau band perasaan
per-mainan membunyikan instrumen musik sesuai dengan ekspresi perasaan. Alat
musik yang digunakan sebaiknya jenis perkusi sehingga anak dapat lebih mudah
menggunakannya. Dalam permainan ini, guru berperan sebagai konduktor. la
dapat meminta anak untuk membunyikan alat musiknya dengan ekspresi “marah”, “sedih”,
“gembira”, dan lain sebagainya. Anak-anak akan mencoba memahami perasaan itu
terlebih dahulu sebelum ia mengekspresikannya melalui alat musik yang
dipegangnya. Dalam pelaksanaannya sangat mungkin ada anak yang mengalami
kesulitan, namun karena kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok, ia akan
belajar pada anak yang lain. Permainan ini sangat membantu anak untuk melakukan
proses katarsis, menyadari perasaannya sendiri, dan bersenang-senang.
8. Demonstrasi
Demonstrasi adalah
kegiatan memberi contoh atau memperlihatkan secara langsung dalam melakukan
suatu perbuatan atau perilaku. Dalam demonstrasi terkandung unsur showing; doing and telling, yaitu
perlihatkan, lakukan, dan katakan sebagaimana yang dipaparkan Moeslichatoen
(1999). Berkenaan dengan pengembangan emosi, pembelajaran emosi dilakukan
dengan cara mendemonstrasikan atau mengekspresikan perasaan. Demonstrasi dapat
dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap terlebih dahulu, kemudian anak
diminta untuk mendemonstrasikan emosi yang diminta. Selain itu, bermain
pantomim juga dapat dilakukan sebagai permainan untuk mendemonstrasikan
ekspresi emosi anak. Contoh kegiatan lain, guru dapat pula meminta anak untuk
mendemonstrasikan berbagai si emosi secara langsung. misalnya seorang guru
mengajak anak-anak tertawa bersama-sama, kemudian menangis, marah, tersenyum,
dan sebagainya. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk katarsis atau
mengeluarkan emosi yang ditekan, self
awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri serta pengenalan terhadap
berbagai bentuk emosi. Dalam metode ini guru
juga dapat menjelaskan harapan
lingkungan dalam proses pengekspresian emosi, misalnya guru bertanya, bolehkah
mereka melempar mainan, piring, dan gelas pada saat mereka marah. Guru,
kemudian menjelaskan alasannya dan apa yang sebaiknya dapat mereka lakukan.
9. Permainan
Personifikasi
Permainan
personifikasi adalah permainan yang dilakukan dengan cara a gerakan binatang
atau tumbuhan seolah-olah mereka hidup dengan cara hidup manusia. Dalam
permainan ini anak dapat berpura-pura menjadi hujan, menjadi selembar daun yang
terbang tertiup angin atau pohon yang tumbang. Permainan ini membutuhkan
perasaan yang halus dari anak. Selain itu empati dan perhatian anak terhadap
pola hidup makhluk lain juga dilatih. Melalui permainan ini, kepercayaan diri,
kebebasan berekspresi, kreativitas, dan imajinasi anak ikut terkembangkan.
10. Permainan
Tradisional
Permainan tradisional yang
dilakukan anak-anak yaitu permainan daerah dengan bahan permainan sederhana
(kerikil, pecahan genting, kulit buah, kayu, sabut kelapa, kelereng dll) mampu
mematangkan emosi. Misalkan permainan angkle, anak-anak tiap menahan diri
dengan menanti giliran dan siapa yang salah melempar gaco ia harus menerima
bahwa ia salah / keluar dan berhenti sementara kegiatan permainan tersebut.
Melalui kegiatan permainan tradisional anak-anak merasa senang, gembira dan
matang menahan diri apabila kalah.
PERANAN
GURU ANAK USIA DINI DALAM
MENGEMBANGKAN EMOSI
Perkembangan emosi yang sehat sangat
membantu bagi keberhasilan anak belajar. Oleh karena itu, dalam rangka
mengembangkan emosi anak yang sehat, guru-guru (anak usia dini) seyogyanya
memberikan bimbingan kepada mereka, agar mereka dapat mengembangkan hal-hal
berikut.
1.
Kemampuan
untuk mengenal, menerima dan berbicara tentang perasaan-perasaannya.
2.
Menyadari
bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial.
3.
Kemampuan
untuk. menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu perasaan orang lain.
4.
Kemampuan
untuk perlu terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.