PENGEMBANGAN KOGNITIF KEMAMPUAN DASAR LOGICAL MATEMATIKA & SAINS
1. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkret, gambar – gambar, dan angka – angka yang terdapat di sekitar anak.
2. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3. Memiliki ketelitian, konsentrasi, dan daya apresiasi yang tinggi.
4. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu.
5. Dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu.
6. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
B. Tahapan-tahapan Penguasaan Matematika Anak TK.
Sejalan dengan yang telah dikemukakan di atas, permainan matematika di Taman Kanak-Kanak dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan di jalur matematika untuk memberikan pengalaman sekaligus menanamkan konsep berpikir dan pengetahuan kepada anak, yaitu :
1. Tahap Penguasan Konsep
Pada awalnya, demikian Jean Piaget, anak berada pada tahap konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret. Pemahaman atau pengertian pada tahap ini diperoleh anak dengan bereksplorasi menghitung segala macam benda yang dapat dihitung. Kegiatan hitung – menghitung ini harus dilaksanakan secara memukau, sehingga benar – benar dipahami oleh anak. Setiap anak diperbolehkan memilih alat dan biji untuk hitungannya, guru menyarankan anak untuk menghitung dan memasangnya ditatakan atau tempat pasangannya sebanyak bilangan yang ingin dikuasai anak. Guru pula yang menentukan konsep bilangan yang akan dihitung oleh anak. Bila selesai, anak melaporkan pekerjaannya ke guru, setelah dicek anak dapat mengambil tugas lain. Saat anak menaruh benda konkrit pada tempat pemasangan adalah saat yang penuh dengan imajinasi. Perkembangan bahasa anak juga sangat meningkat pada saat menghitung. Tidak jarang karena sangat terpukau dengan kegiatan ini anak menjadi lupa akan tugasnya menghitung. Dalam hal ini guru yang bijaksana akan memanfaatkan segala aspek perkembangan anak, misalnya ia melihat bahwa sepuluh lembar tempat berlalu banyak bagi anak tersebut. Bila dalam delapan lembar tatakan itu, salah satunya berisi jumlah bilangan yang salah, maka guru harus mampu menentukan bahwa ketelitian maupun proses konsep satu-satu belum berbentuk pada anak tersebut. Lebih baik ia diberi kesempatan untuk mengulangi, data dengan seluruh nama anak di kelas dan daftar seluruh kegiatan yang dilaksanakan harus dibuat guna penilaian. Dengan demikian akan dapat terpantau anak yang masih berada pada tingkat konsep, pada tingkat menghubungkan dari konkrit ke simbol atau anak yang sudah mandiri menentukan pilihan bilangan, menulis bilangan, dan menghitung sendiri bilangan.
2. Tahap Transisi
Seiring dengan pertumbuhan umur dan pemahamannya, anak akan sampai pada tahap berikutnya, yakni tahap transisi atau peralihan. Tahap transisi merupakan masa peralihan dari pengertian konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda konkret masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Karena itulah, pembelajaran yang sesuai dengan tahap transisi ini mesti diberikan jika tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu menguasai keterampilan berhitung. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan dan mengambil benda lain sebanyak satu, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. Dengan kata lain, seorang anak dikatakan telah paham suatu konsep ketika mampu menghitung dan terdapat kesesuaian antara benda yang dihitung dengan bilangan yang disebutkan.
Tahap transisi itu pun harus berlangsung dalam waktu yang cukup untuk dikuasai anak. Kegiatan seiring yang dapat dilakukan adalah memberikan variasi dalam peralihan keterampilan, misalnya : menebalkan titik-titik, mencontoh lambang, menjiplak angka/bentuk, dan sebagainya. Setelah memberikan waktu yang cukup untuk pengenalan penulisan lambing bilangan, guru memberikan pelatihan teratur. Hal ini disampaikan oleh Vygotsky pada tahun 1993 yang menyatakan bahwa seorang anak dapat saja diberikan sesuatu yang lebih dari kemampuannya, namun pastikan bahwa sebelum ia menguasai satu hal secara benar, janganlah ia diberikan hal lain. Karena hal itu akan berakibat pada tingkat selanjutnya. Cegahlah jangan sampai anak mengalami kegagalan di sekolah dasar hanya karena penyampaian suatu materi ditingkat sebelumnya yang terlalu terburu-buru, yang menyebabkan anak belum memahami dan menguasai secara benar materi tersebut, missal materi dalam pemahaman konsep bilangan dan penulisan lambing bilangan. Pelatihan penulisan lambing dapat dilakukan seperti dibawah ini :
1. Gerakan selalu dibuat dari atas ke bawah.
2. Menghadapnya bilangan harus benar. Berilah tanda Bantu.
3. Tahap Lambang
Tahap ketiga disebut tahap lambang, merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Anak sudah berminat menulis sendiri tanpa paksaan saat diberi kesempatan, berupa lambang bilangan, bentuk – bentuk, dan lain – lainnya. Misalnya lambang 5 untuk menggambarkan konsep bilangan lima, hijau untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan segitiga untuk menggambarkan konsep bentuk. Pada tahap ini anak sudah benar-benar memahami, mengetahui, mampu menyebutkan bilangan sejumlah benda atau gambar atau tanpa gambar dan benda. Perhatikan bila anak masih menggunakan jari berarti anak tersebut belum sepenuhnya berada dalam tahap lambang bilangan (Piaget, 1978, tahap operasional). Tahapan ini sudah umum dan banyak dilakukan sekolah-sekolah bahkan di pasaran banyak buku yang memberikan lambang bilangan.
Para tokoh juga menyarankan untuk mengadakan kegiatan pesona matematika, misalnya berapa kira-kira ( estimasi ) gula-gula yang ada di toples?. Permainan ini dicontohkan sehingga pada saat-saat tertentu anak secara mandiri berinisiatif untuk memimpin permainan tersebut. Bisa juga dengan permainan kartu-kartu dengan jumlah bilangan acak tempatnya, bertumpuk, dan ditunjukkan dalam tempo yang singkat pada anak untuk kemudian ditanyakan berapa jumlahnya. Ini juga dapat membantu penguasaan atau konservasi bilangan tersebut. Biasanya sampai dengan jumlah lima, anak TK tidak mengalami kesulitan. Tetapi pada jumlah enam ke atas ia mulai berpikir lebih lama dan membuat estimasi secara mental. Menyebutkan suatu bilangan dengan cara yang lain juga merupakan tahapan pada tingkat konsep maupun lambing bilangan. Misalnya “Sebutkan dengan cara lain 7(tujuh)”. Jika anak telah memahami konsep penjumlahan, maka jawabannya adalah tiga dan empat, lima dan dua, enam dan satu, satu dan enam, dan seterusnya.
C. Prinsip-prinsip Permainan Matematika
Dengan memerhatikan tahapan di atas maka permainan matematika di TK memiliki prinsip – prinsip kegiatan belajar secara umum. Adapun prinsip – prinsip dalam permainan matematika adalah sebagai berikut :
1. Permainan matematika diberikan secara bertahap diawali dengan eksplorasi menghitung benda-benda atau pengamatan terhadap alam sekitar terhadap pengalaman peristiwa konkret yang dialami.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, yaitu dari konkret ke abstrak, mudah ke sukar, sederhana ke yang lebih kompleks.
3. Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak dilibatkan atau diberi kesempatan dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah – masalahnya sendiri.
4. Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan pada anak. Untuk itu, diperlukan alat peraga / media yang disesuaikan dengan tujuan menyenangkan, menantang, bervariasi, mudah digunakan, dan tidak membahayakan.
5. Bahasa yang digunakan di dalam permainan matematika seyogjanya menggunakan bahasa sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
6. Tidak semua anak mengalami perkembangan yang sama. Untuk itu, permainan matematika seharusnya diberikan tidak secara klasikal dan anak – anak dapat dikelompokkan sesuai tahapan penguasaan berhitungnya yaitu konsep, transisi, dan lambang.
7. Evaluasi terhadap kemampuan anak dalam pernainan matematika haruslah secara keseluruhan mulai dari awal sampai akhir kegiatan termasuk proses dan tidak hanya menekankan pada hasil / produk.
Dalam pengenalan permainan hitung atau matematika, aneka bentuk permainan bisa dilaksanakan melalui beberapa jalur, yakni (1) bilangan, (2) pola, (3) geometri, (4) ukuran, (5) estimasi, (6) statistik, (7) klasifikasi, (8) pemecahan masalah.
D. Permainan Matematika
1. Aku Pandai Menghitung
Tujuan :
Pengenalan konsep bilangan 1-10 (jalur bilangan tahap konsep)
Alat / Bahan :
Lima atau sepuluh helai piring kertas dan biji-bijian.
Lima atau sepuluh buah gantungan baju dan penjepit jemuran.
Lima atau sepuluh helai gambar / guntingan pola baju dan kancing.
Lima atau sepuluh helai gambar jari – jari tangan dan cincin.
Seperangkat benda-benda kecil lain yang dapat dihitung sepeti kerang, potongan lidi, batu-batu warna/i, dan lain-lain.
Cara Bermain
Ajaklah anak memilih warna dan pasangan yang diinginkan. Pada saat ini sangat mungkin anak – anak slaing berebut dan keributan terjadi. Bukan tak mustahil anak malah bingung memilih benda yang disukainya. Dalam hal ini kesabaran diperlukan. Setelah tiap-tiap anak memilih alat peraga, tuntunlah untuk mulai menghitung dan memasangkan di tempatnya sebanyak bilangan yang ingin dikuasainya. Dalam hal ini, konsep bilangan yang akan dihitung bisa ditentukan oleh guru. Atau, diserahkan kepada anak sendiri untuk memilih dan mencobanya atau bereksplorasi hitung – menghitung sesuai keinginannya.
2. Aha… Kutemukan Bentuk dan Jumlahnya (Puzzle)
Tujuan:
Pengenalan lambang 1-10 (jalur bilangan tahap transisi).
Alat/Bahan:
Tiga sampai dengan lima helai kertas yang berisi kepingan / potongan gambar – gambar yang berjumlah antara 1 sampai dengan 10.
Cara Bermain:
Setiap anak dapat memilih satu keranjang yang berisi dua gambar di mana setiap gambar telah digunting menjadi 2 keping / potong. Setelah anak siap dengan alat peraga masing – masing, bimbinglah mereka untuk memasangkan kepingan / potongan gambar. Lanjutkan dengan pertanyaan jumlah/banyaknya gambar yang terdapat pada (puzzle) kertas yang telah disatukannya. Berikan kebebasan kepada anak untuk memilih, hanya perlu diingatkan bila ada satu keranjang yang diperebutkan oleh dua anak atau lebih. Bila terjadi hal ini maka guru dapat meminta salah satu anak terlebih dahulu memainkannya lalu saling menukar keranjang setelah tiap-tiap anak telah menyelesaikannya.
3. Bingo/Tak-Tik-Bom
Tujuan :
Pengenalan lambang 1-10 (jalur bilangan tahap lambang).
Alat/Bahan:
Tiga sampai dengan lima helai kertas yang berisi angka – angka antara 1-10.
Kartu angka 1 sampai dengan 10 sebanyak 1 set.
Batu – batu kecil/kerang/kancing.
Cara Bermain
Pemain terdiri dari tiga sampai dengan lima anak. Mintalah anak-anak untuk duduk membentuk setengah lingkaran. Setiap anak diberikan tiga buah batu/kerang/kancing dan satu helai kertas berisi angka-angka. Guru memperlihatkan satu kartu angka (antara angka satu sampai dengan sepuluh) dan anak mencari angka yang sesuai seraya meletakkan batu/kerang/kancing pada angka tersebut. Kegiatan ini selesai dilakukan sampai ada satu anak yang batu/kerang/kancingnya habis. Pemenangnya adalah anak yang paling cepat habis batu/kerang/kancingnya seraya berkata “Bingo/Tak-Tik-Bom”. Agar semua pemain mendapatkan konsep diri positif, guru dapat mengatur pemenangnya sehingga setiap pemain mendapat giliran untuk menjadi pemenang.
4. Tebaklah Aku dengan Tepat
Tujuan:
Memperkirakan sesuatu terhadap jumlah, waktu, luas ataupun ruang dengan cara menebak./menduga (jalur estimasi)
Melatih kemampuan mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi.
Memotivasi anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Wadah yang memiliki tutup atau tidak terlihat dari luar.
Benda-benda yang bisa dimasukkan dalam wadah/kantong.
Cara Bermain:
Masukkan benda-benda yang telah disiapkan ke dalam wadah. Ajaklah anak untuk menebak jumlah benda dalam wadah tersebut. Huru hendaknya mendorong agar seluruh anak mengemukakan pendapat melalui menebak. Sangat mungkin suasana menjadi gaduh karena anak ingin yang paling didengar tebakannya sehingga mengemukakan pendapat dengan suara keras. Untuk itu, sebaiknya guru bersama anak membuat dan menyepakati aturan cara-cara dalam mengemukakan pendapat yang benar. Setelah semua menebak, kemudian hitunglah benda-benda tersebut bersama anak-anak. Berilah pujian bagi anak yang menebaknya tepat dan anak yang sudah berani mengemukakan pendapat.
5. Aku suka ……
Tujuan:
Mengenal statistik dengan mengumpulkan data (Jalur Statistik).
Memahami kata “sama, paling/terbanyak atau sedikit”.
Mengenal grafik.
Alat:
Papan tulis/karton manila
Tiga helai gambar es krim dengan 3 rasa.
Potongan kertas 3 warna mewakili 3 rasa es krim.
Kartu – kartu beragam gambar makanan atau buah-buahan.
Cara Bermain:
Guru mengadakan diskusi dengan anak-anak tentang es krim atau makanan atau buah-buahan kesukaan mereka. Guru meminta anak untuk memilih es krim yang disukainya. Setiap anak yang sudah memilih kesukaannya diminta untuk menempelkan potongan kertas sesuai es krim atau makanan atau buah-buahan kesukaan mereka. Setelah semua anak mendapat giliran, kemudian bersama-sama membaca grafik dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan. Dengan membaca grafik seperti menghitung jumlah potongan kertas yang ditempel dan membandingkan hasilnya satu sama lain akan diperoleh kosa kata baru yaitu paling sedikit, paling banyak, lebih banyak, kurang dari, dan sama banyak.
6. Dimana Kelompokku?
Tujuan:
Mengelompokkan benda berdasarkan bentuk, warna, fungsi, ukuran, bahan pembuatannya, rasa, tekstur, dan sebagainya (Jalur Klasifikasi).
Menghitung hasil pengelompokkan.
Menyebutkan yang paling banyak dan sedikit.
Alat:
Benda-benda yang mempunyai warna/guna yang sama dan yang berbeda, diletakkan dalam suatu wadah.
Cara Bermain
Guru menempatkan beberapa benda yang telah disediakan dalam satu wadah. Mintalah anak mengelompokkan benda-benda tersebut sesuai ciri-ciri tertentu (bentuk,w arna, fungsi, ukuran, bahan pembuatannya, rasa, tekstur, dan sebagainya). Apabila anak sudah mahir bekerja secara individu, anak-anak dapat dilatihkan untuk bekerja berpasangan atau berkelompok agar tergali kemampuan lain selain kemampuan mengelompokkan seperti kemampuan bekerja sama, mau menerima pendapat teman dan bersabar.
Pembelajaran Sains yang Tepat bagi Anak TK.
Pendidikan yang kuat dapat memberikan efek dramatis dalam kehidupan dan kesejahteraan anak. The National Association for the Education of Young Children-NAEYC Guidelines for Developmentally Appropriate Practice-DAP (Bredekamp and Coppie, 1997) antara lain menyatakan; (1) anak-anak prasekolah sebaiknya terlibat aktif, (2) bermain yang dilakukan secara spontan baik sendiri maupun dengan teman adalah sebuah cara yang alamiah dan bernilai, (3) anak-anak memiliki pengetahuan, konsep-konsep, dan pengalaman-pengalaman yang berbeda. Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan dengan apa yang telah diketahui anak dan relevan dengan mereka.
Memerhatikan pernyataan di atas dan mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak dalam kandungan telah siap untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang memiliki dorongan kuat untuk mengadakan eksplorasi dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa khususnya guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam menunjang minat an keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan serta melibatkan anak dalam beragam kegiatan untuk memperolah pengalaman langsung yang seluas – luasnya merupakan inti dari proses sains. Dan, yang tidak kalah penting pula bagi pembelajaran sains di tingkat TK, bila dilakukan secara terintegrasi melalui bermain karena bermain selain menghilangkan stress pada anak juga merupakan cara anak belajar tentang kehidupan.
Proses – proses Sains
Manusia adalah makhluk berpikir. Berpikir juga merupakan tindakan. Berpikir tidak ada batasnya. Kegiatan pembelajaran sains mengajak anak untuk berpikir karena sains lebih dari sekadar menghafal fakta, tetapi juga kombinasi dari keterampilan proses dan materi atau keterampilan untuk bagaimana belajar dan apa yang dipelajari dengan menggunakan cara berpikir ilmiah. Dengan kata lain, menurut Dewey (1990), berpikir dan memecahkan masalah kurang lebih adalah suatu hal yang sama. Berikut ini beberapa langkah dalam berpikir ilmiah yang dapat menggali keterampilan berpikir sebagai berikut:
1. Mengamati
Pengamatan adalah mendeskripsikan objek / peristiwa dengan menggunakan pancaindera.
2. Membuat Dugaan
Membuat dugaan sama dengan hipotesis adalah membuat kesimpulan awal yang kebenarannya dapat diuji ulang yang didasarkan pada pertimbangan dan evaluasi. Seringkali dala membuat dugaan tidak selalu tepat sehingga anak-anak harus merasa bebas untuk membuat kesalahan dan mencoba membuat dugaan kembali.
3. Mengadakan Klasifikasi
Klasifikasi adalah mengelompokkan dan memilah berdasarkan kategori – kategori tertentu. Pada langkah ini anak tidak hanya mengamati tapi juga berpikir dengan cara mengklasifikasi benda antara lain berdasarkan ukuran, benda, sifat-sifat benda tersbeut, jenis, warna, dan sebagainya.
4. Hipotesis Lanjutan
Guru dapat mengenalkan bagaimana bertanya yang menggali mereka untuk berpikir tentang sains. Guru dapat memulai dengan pertanyaan yang sifatnya provokasi berupa: (a) fakta misal: berapa banyak kaki belalang yang kamu lihat? (b) deskriptif misal: apakah belalang perlu hidup? (c) penjelasan misal: mengapa belalang berkaki panjang, (d) evaluasi misal: baik atau burukkah belalang itu?
5. Menyimpulkan dan Menyampaikan
Menyimpulkan dan menyampaikan adalah menceritakan bagaimana proses penemuan terjadi dan apa hasil temuan, ide-ide, dan petunjuk –
petunjuk yang telah diperoleh berdasarkan pengamatan. Penyampaian hasil kesimpulan dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis melalui gambar, grafik, laporan, jurnal, dan lain-lain.
A. Konsep dan Prinsip-prinsip Dasar Sains yang Perlu Dikenalkan.
1. Makhluk Hidup dan Kehidupannya, antara lain pengetahuan tentang (a) persamaan dan perbedaan di antara makhluk hidup, (b) cara makhluk hidup berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya, (c) bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya, (d) cara makhluk hidup berubah dalam berbagai aspek sepanjang hidupnya dan dalam jangka waktu yang lama, (e) tubuh manusia dan binatang, (f) cara manusia dan binatang menggunakan makhluk hidup lainnya untuk memenuhi kebutuhannya, (g) cara lingkungan alam terpengaruh oleh kegiatan teknologi.
2. Fenomena Fisik, berhubungan dengan (a) waktu, ruang, dan pergerakan, (b) sumber – sumber energi, sinar, panas, bunyi, listrik, magnet, dan beberapa sifatnya, (c) keberadaan sumber energi dan pemakaiannya oleh manusia dalam bentuk energi seperti tenaga matahari dan angin.
3. Bumi dan Sekitarnya, antara lain terkait dengan (a) sistem tatasurya, planet, bulan, bintang dan matahari, (b) perubahan alam (seperti erosi, abrasi, letusan gunung, gempa bumi), iklim, dan pergerakan air, (c) perubahan waktu dan gejala alam seperti rotasi; perputaran hari, musim, perubahan tampak bulan, (d) lingkungan fisik bumi seperti atmosfer, batu-batuan, mineral, dan laut, (e) keterbatasan sumber alam di bumi ini.
4. Ekologi, berhubungan dengan usaha menjaga dan memperbarui kerusakan lingkungan termasuk sumber – sumber alam yang ada.
Tip Pelasanaan:
Menggunakan “Integratif and Creative Learning” atau pembelajaran kreatif dan terintegrasi dengan cara:
1. Melibatkan anak untuk menggunakan pancaindera secara langsung.
2. Menciptakan lingkkungan kelas yang mendorong penyelidikan.
3. Mendorong anak berekplorasi menemukan sendiri jawaban dan berbicara atas pertanyaan berdasarkan pengalaman belajarnya.
4. Memberikan pertanyaan terbuka untuk mengembangka keterampilan berpikir divergen dengan pertanyaan – pertanyaan seperti: (a). Apa yang terjadi jika ……? (b) Adakah cara lain untuk …? (c) Mengapa hal ini dapat terjadi? (d) Dapatkah kamu menceritakan apa yang kamu lihat? (e)Bagaimana kita bisa menemukan jawabannya? Dan lain-lain.
5. Memberikan respons yang pisitif dan bertujuan atas jawaban anak antara lain: komentar yang bersifat negatif dan pujian yang tidak bertujuan dihindari.
6. Memfasilitasi materi, peralatan, dan sumber-sumber lain yang mendorong penemuan.
B. PERMAINAN SAINS
1. Aha… Kutemukan Warna Baru!
Tujuan:
Mengenalkan apa yang terjadi bila warna dicampur.
Melatih koordinasi antara mata dan jari tangan anak dengan menuangkan air ke dalam botol plastik.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Botol-botol plastik bening.
Ember kecil kosong dan ember-ember berisi: (1) air tidak berwarna, (2) air berwarna merah, (3) air berwarna biru, dan (4) air berwarna kuning.
Corong plastik.
Gayung berukuran kecil/gelas plastik bertangkai.
Cara Bermain :
Minta anak untuk mengambil botol plastik, ember kosong, corong plastik, dan gelas plastik bertangkai masing – masing satu buah. Ingatkan anak untuk memakai celemek. Bisa jadi saat itu anak-anak langsung ingin bermain sehingga kesabaran dan arahan guru diperlukan. Setelah anak siap dengan peralatannya, mulailah guru membimbing untuk mengisi botol plastik dengan air berwarna sesuai keinginannya. Guru boleh memeragakan cara menuangkan agar air tidak tumpah. Tuntunlah anak untuk memerhatikan perbandingan saat mencampurkan air berwarna dan dorong anak untuk menceritakan hasil temuan warna yang diperolehnya.
Kegiatan Tindak Lanjut:
Mintalah anak untuk menggambarkan pada kertas kosong kegiatan yang telah dilakukan khususnya warna-warna baru yang ditemukannya.
Warnai dengan krayon sesuai warna-warna pilihan dan temuannya.
2. Aha … Kismisku Menari
Tujuan:
Mengenalkan salah satu cara suatu benda bergerak.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Kismis.
Gelas bening.
Air soda / Sprite.
Cara Bermain:
Adakan diskusi tentang bergeraknya suatu benda dengan melemparkan pertanyaan – pertanyaan yang terbuka. Misalnya: Apa yang membuat manusia bergerak? (otot-otot) Apa yang membuat mobil atau pesawat bergerak? (mesin) Dapatkah sesuatu bergerak sendiri tanpa otot atau mesin? Lanjutkan kegiatan dengan demonstrasi. Bagilah kelas dalam kelompok kecil (4 s.d 5 anak) agar kegaduhan saat demonstrasi tidak terjadi dan anak-anak lebih fokus saat mengamati. Isilah gelas dengan air soda. Masukkan beberapa kismis. (Kismis akan tenggelam. Beberapa saat kemudian kismis akan berada di permukaan arena pengaruh air soda/ sprite). Mintalah anak untuk mengamati apa yang terjadi dengan kismis-kismis dan diskusikan bersama.
Kegiatan Tindak Lanjut:
Guru dapat melanjutkan pertanyaan yang membuat konflik dalam pemikiran anak. Misal: Apa yang terjadi bila manusia tidak mempunyai otot atau mobil tidak ada mesin? Pikirkan benda-benda lain atau apa saja yang dapat bergerak selain otot atau mesin?
3. Basah atau Tidak ya ….?
Tujuan:
Mengenalkan apa yang terjadi bila suatu benda diteteskan air (daya serap suatu benda terhadap air).
Melatih koordinasi antara mata dan jari tangan anak dalam menggunakan pipet.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat:
Beragam bena seperti tissue, kue, kertas, plastik, macam-macam kain/bahan, daun pisang atau daun dengan permukaan luas.
Pipet.
Mangkuk berisi air secukupnya.
Lembar kertas kerja dan alat tulis.
Cara Bermain:
Minta anak untuk menduga terlebih dahulu, mana benda-benda yang akan cepat basah atau tidak tembus air saat diteteskan dan mana benda-benda yang cepat basah atau menyerap air dengan mudah. Kelompokkanlah menjadi dua bagian. Setelah itu minta anak untuk membuktikan dengan cara meneteskan air dengan pipet ke atas permukaan benda-benda tersebut satu peratu. Saat melakukan kegiatan ini sangat mungkin anak-anak akan berebut untuk mengambil pipet. Ingatkan mereka sehingga kesabaran dan arahan guru diperlukan. Guru dapat memeragakan penggunaan pipet terlebih dahulu. Setelah siap dengan peralatannya, doronglah anak untuk membuktikan dugaan mereka. Tuntunlah anak untuk memerhatikan perbedaan hasil dugaan dengan pembuktian yang mereka peroleh. Tuangkan hasil dugaan dan pembuktian pada sehelai kertas yang sudah disediakan. Misalnya sebagai berikut:
Nama benda-benda Perkiraan Pembuktian
Menyerap Tidak menyerap Menyerap Tidak menyerap
Daun lebar
Tissue
Kertas
Kain flannel
Kain blacu
Plastik
Dan lain-lain
4. Tenggelam atau Terapung?
Tujuan:
Mengenalkan konsep tenggelam dan terapung.
Membandingkan benda-benda yang terapung dan yang tidak terapung atau tenggelam.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Wadah bening berukuran besar seperti: baskom atau akuarium.
Beragam benda seperti: krayon, karet, sendok plastik, sendok logam, penjepit kertas, lilin, batu, kancing, balok kayu, kertas aluminium foil, gabus, tusuk gigi, sedotan, daun, dan lain-lain.
Lembar kertas kerja dan alat tulis.
Cara Bermain:
Mintalah anak untuk memperkirakan setiap benda, mana yang akan terapung. Kelompokkan benda-benda yang sudah diperkirakan menjadi 2 bagian. Minta mereka menuangkan perkiraan mereka pada lembar kertas kerja. Selanjutnya bimbing anak untuk memasukkan benda-benda ke dalam wadah berisi air secara bergiliran. Minta anak untuk mencatat pada lembar kertas kerja, apa yang terjadi sesuai pengamatan. Tuntunlah anak untuk memerhatikan perbedaan hasil dugaan dengan pembuktian yang mereka peroleh. Tuangkan hasil dugaan dan pembuktian pada sehelai kertas yang sudah disediakan.
Misalnya sebagai berikut (ilustrasi ada di kertas terpisah) :
Nama benda-benda Perkiraan Pembuktian
Tenggelam Terapung Tenggelam Terapung
Krayon,
Karet,
Sendok plastik,
Sendok logam,
Penjepit kertas,
Lilin,
Batu,
Kancing,
Balok kayu,
Kertas aluminium foil,
Gabus,
Tusuk gigi,
Sedotan,
Daun,
Dan lain-lain
5. Ubleg
Tujuan:
Mengenalkan apa yang terjadi bila air dicampur dengan tepung maizena.
Melatih koordinasi antara mata dan jari tangan anak.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Wadah agak besar seperti nampan.
Air.
Tepung maizena.
Gelas.
Cara Bermain:
Mintalah anak untuk membuat adonan ubleg dengan cara mencampurkan tepung maizena dengan air. Guru boleh memeragakan cara menuang agar air tidak tumpah. Tuntunlah anak untuk memerhatikan perbandingan sat mencampurkan tepung maizena dan air. Setelah adonan selesai, dorong anak untuk menceritakan pendapatnya ketika ubleg diangkat ke atas yang menjadi cair berbeda dengan saat ketika dibuat adonan (tentang apa yang mereka temukan).
6. Kalenderku Cuacaku
Tujuan:
Mengamati dan mencatat pola-pola cuaca pada kalender cuaca.
Membedakan cuaca setiap hari sekolah sesuai kejadiannya.
Meningkatkan kesadaran akan lingkungan.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Kertas putih ukuran HVS.
Kertas origami.
Gunting.
Cara Bermain:
Kegiatan Pembuka:
Adakan kesepakatan bersama anak membuat kalender cuaca dengan mengamati, mencatat dan mengemukakan pendapat mereka tentang cuaca setiap hari. Guru dapat mengadakan diskusi tentang pentingnya cuaca terkait dengan kegiatan – kegiatan yang akan mereka lakukan selama di kelas. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran pada mereka, selain tentang cuaca, juga bagaimana cuaca dapat menyebabkan kegiatan-kegiatan tertentu bisa/tidak bisa dilakukan. Disepakati pula untuk simbol-simbol yang mewakili keadaan cuaca. Misalnya: cuaca cerah dilambangkan dengan matahari bersinar, tetesan air melambangkan hujan, gambar awan dengan warna abu-abu sebagai cuaca mendung, dan sebagainya. Pada kegiatan ini guru menyiapkan lembar kerja berupa kertas kotak – kotak seperti kalender dan yang akan ditempelkan anak dengan simbol cuaca yang sesuai dengan keadaan setiap harinya. Sebagai simulasi hari itu guru dapat menunjuk salah satu anak untuk mengamati cuaca, menggambarkan salah satu simbol dan menempelkannya pada buku kalender, dan menjelaskan apa yang diamati dan dilakukan.
Kegiatan Rutin:
Ajaklah anak mengamati cuaca setiap hari dengan meminta mereka keluar kelas sejenak. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat tentang cuaca yang dilihat / dirasakan. Setelah tiap-tiap anak mengamati cuaca secara langsung, tuntunlah anak untuk memerhatikan perbedaan cuaca dengan hari sebelumnya atau memperkirakan cuaca keesokan harinya.
7. Warna – warna dari Tumbuhan
Tujuan:
Mengenalkan warna yang berasal dari tumbuhan.
Melatih otot-otot jari tangan anak dengan meremas dan menumbuk.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Menciptakan kreasi seni dari warna yang ditemukan.
Alat/Bahan:
Tumbuhan berwarna hijau seperti daun suji, daun pandan.
Tumbuhan berwarna merah seperti daun miana, daun bayam merah.
Tumbuhan berwarna kuning seperti kunyit yang sudah diparut. (Dalam hal ini guru dapat memeragakan cara menghasilkan kunyit yang telah diparut).
Air dan gelas plastik bertangkai secukupnya.
Wadah yang dilapisi kain kasa halus.
Cara Bermain:
Minta anak untuk memilih tumbuhan yang diinginkan dan meletakkannya di atas wadah yang telah dilapisi kain kasa halus. Ajak anak untuk menghancurkan daun tersebut dengan cara meremas atau menumbuknya sambil ditambahkan air sedikit – sedikit. Lakukan sampai daun-daun itu mengeluarkan sarinya. Dorongan guru kepada anak untuk terus menermas atau menumbuk adalah hal yang penting agar kesabaran dan semangat anak tetap terjaga.
Kegiatan tindak lanjut:
1. Membuat pola warna
Siapkan kertas kosong ukuran HVS setengah halaman sejumlah murid. Minta anak untuk membuat pola warna berurutan dengan cara mencat kertas menggunakan kuas. Pola warna dapat ditentukan guru atau sesuai keinginan anak, misal: pola merah kuning merah kuning dan seterusnya.
2. Melukis cermin
Siapkan kertas gambar yang telah dilipat menjadi dua. Teteskan warna pilihan pada salah satu sisi/bagian kertas. Tutup sisi lembar satunya/lipat kertas kembali lalu tekan-tekan dengan ibu jari secara merata ke seluruh arah kertas. Setelah dirasa cukup merata, begitu lipatan kertas dibuka akan diperoleh hasil yang simetris pada sisi kiri dan kanan kertas.
8. Kincir Angin Ajaib
Tujuan:
Mengenalkan gerakan udara.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Pola kincir angin.
Sedotan.
Gunting.
Isolasi.
Cara Bermain:
Adakan diskusi tentang udara dengan melemparkan pertanyaan – pertanyaan terbuka. Misalnya: Apa yang kamu ketahui tentang udara? Dapatkah kamu melihatnya? Dapatkah kamu merasakannya? Kita tidak dapat melihat udara tapi nanti kita bisa merasakan dan melihat gerakannya. Setelah kegiatan diskusi, guru mendorong anak untuk melihat gerakan angin dengan cara membuat kincir angin. Mintalah anak menggunting kertas menjadi bentuk persegi sehingga menjadi suatu bentuk cetakan. Guntinglah setiap ujung kertas cetakan sesuai pola kincir angin. Lipat ujung kertas yang sudah digunting sesuai pola. Isolasi ujung cetakan ke arah tengah sedotan. Cobalah kincir angin saat udara cerah di lapangan terbuka. Agar lebih mengeksplorasi keingintahuan anak, guru dapat menyarankan anak untuk berlari. Pada kesempatan lain misalnya saat udara bertiup kencang, guru dapat menyarankan anak untuk berlari. Pada kesempatan lain misalnya saat udara bertiup kencang, guru dapat mengajak anak untuk mengamati gerakan angin dengan menggunakan laying – laying atau memasang bendera dengan ketinggian tertentu agar terlihat berkibar saat diterpa angin.
9. Gelembung Sabun
Tujuan:
Mengenalkan apa yang terjadi bila air dan sabun dicampur.
Mengembangkan kosa kata baru.
Melatih anak untuk berani mengemukakan pendapat.
Alat/Bahan:
Air (dapat diberi pewarna kue).
Sabun cair pencuci piring.
Kawat yang ujungnya dibentuk menjadi bentuk-bentuk geometri.
Mangkuk kecil.
Sendok kecil untuk pengocok.
Cara Bermain:
Bimbing anak untuk mencampur air dan sabun cair pencuci piring pada mangkuk kecil dengan perbandingan yang tepat. Kocoklah adonan gelembung sabun tersebut. Minta anak untuk mengamati dan mengemukakan perubahan yang terjadi akibat percampuran dan pengocokan yang dilakukannya. Bila donan sudah siap, anak dapat bereksplorasi di ruang terbuka untuk meniupkan cairan sabun menjadi gelembung udara. Jikalau ada adonan buatan anak yang tidak tepat, dorong anak untuk mencoba dengan menambahkan air atau sabun cair. Kegagalan ini pun tetap dikemukakan agar anak tidak merasa bersalah, sebagai sesuatu yang wajar dan perlu diadakan pemecahan masalah. Anak biasanya langsung ingin bermain sehingga kesabaran dan arahan guru diperlukan.
PERMAINAN SENI RUPA
1. kelereng menari.
Tujuan :
– Mengenalkn pencampuran warna.
– Melatih koordinasi antara mata dan jari tangan anak.
– Menggembangkan kosa kata baru.
– Melatih anak untuk berani berekspresi.
Alat/bahan :
– Baki.
– Mangkok kecil.
– Cat air/poster colour (3 warna, merah, biru, kuning).
– Kelereng.
– Kertas gambar.
– Air secukupnya.
– Sendok the.
– Celemek.
Cara bermain :
Sebelum memulai kegiatan, anjurkan anak untuk memakai celemek. Larutkan cat air/poster colour dengan sedikit air di dalam mangkok kecil. Masukkan kelereng kedalam mangkok berisi cat. Mintalah anak meletakkan satu lembar kertas gambar diatas baki, kemudian anak mengambil sebuah kelereng dengan sendok dan menggulirkannya di atas baki sehingga menghasilkan corak tertentu, setelah itu masukkan kembali kelereng kedalam mangkuk cat dan mintalah anak melakukan hal yang sama dengan menggunakan cat warna lain. Setelah selesai keringkan lukisan.
2. Lukisan Sedotan Soda.
Tujuan :
– Mengenalkan percampuran warna.
– Melatih koordinasi antara mata, tangan, dan udara yang dihembuskan dari mulut.
– Mengembangkan kosa kata baru.
– Melatih anak untuk berani berekspresi.
– Mengembangkan kreatifitas.
Alat/Bahan :
– Sedotan minum.
– Mangkok kecil.
– Cat air/poster colour (3 warna)
– Kertas gambar.
– Air secukupnya.
– Sendok the.
– Celemek.
Cara bermain.
Larutkan cat air dengan sedikit air di dalam mangkok kecil, ambil satu sendok the cat/pewarna dan tuang diatas kertas gambar. Mintalah anak untuk meniup menggunakan sedotan untuk membuat corak di kertas tampa menyentuhnya, tiuplah cat hingga menyebar diatas kertas. Bimbinglah anak untuk memberi judul hasil karyanya. Apakah terlihat seperti laba-laba, gurita, atau pohon.
3. Aku Bisa Membatik.
Tujuan :
– Mengenalkan teknik membatik sederhana.
– Melatih koordinasi antara mata dan tangan.
– Mengembangkan kosakata baru.
– Melatih anak untuk berani berekspresi.
Alat/bahan:
– Lilin
– Mangkok kecil.
– Cat air/poster colour warna-warni dan hitam.
– Kertas gambar.
– Air secukupnya.
– Kuas.
– Korek api.
– Celemek.
Cara bermain:
Larutkan cat air/poster colour dengan sedikit air di dalam mangkok kecil. Mintalah anak untuk mewarnai kertas warna-warni dengan menggunakan tiga atau empat warna (seperti kue lapis), biarkan sampai mongering. Setelah kering, nyalakan lilin, mintalah anak untuk meneteskan lilin di atas kertas warna-warni sehingga kertas dipenuhi dengan corak tetesan lilin. Dampingi anak ketika melakukan kegiatan ini. Larutkan cat warna hitam, ajak anak untuk memulas kertas yang sudah ditetesi lilin dengan cat warna hitam, kemudian keringkan.
4.Hujan Warna-warni.
Tujuan ;
– Mengenalkan tehnik mencetak dengan menggunakan cat.
– Melatih koordinasi antara mata dan tangan
– Mengembangkan kosa kata baru
– Melatih anak untuk berani berekspresi.
Alat / bahan.
– Sikat gigi bekas.
– Mangkuk kecil
– Cat air/poster colour warna-warni
– Kertas gambar
– Air secukupnya
– Daun atau alat cetak bentuk lain
– Celemek
Cara bermain :
Larutkan cat air/poster colour dengan sedikit air di dalam mangkok kecil.
Letakkan cetakan (daun atau bentuk lain) di atas kertas gambar.
Mintalah anak mencelupkan sikat gigi kedalam mangkuk cat. Tiriskan cat yang ada di sikat gigi agar tidak terlalu banyak. Arahkan sikat gigi yang sudah diberi cat ke atas kertas gambar dengan posisi sikat di bawah (bimbing anak untuk memegang sikat gigi dengan arah yang benar). Ajak anak menggunakan jari telunjuk untuk menyisir sikat gigi sehingga percikan cat jatuh ke atas kertas, ulangi beberapa kali agar kertas tertutup percikan cat. Angkat cetakan dan biarkan kertas mengering.
5.Lukisa Gelembung Sabun.
Tujuan ;
– Melatih koordinasi antara mata dan tangan
– Mengembangkan kosa kata baru
– Melatih anak untuk berani berekspresi.
Bahan dan Alat;
– Sedotan minuman
– Mangkok kecil
– Cat air/poster colour/pewarna makanan
– Kertas gambar
– Air secukupnya
– Sabun cair
– Celemek
Cara bermain
Larutkan sabun cair, cat air/poster colour/pewarna makanan dengan air secukupnya di dalam mangkuk kecil. Mintalah anak untuk meniup larutan air sabun sehingga gelembung membumbung di atas mangkok (dampingi anak ketika melakukan kegiatan ini). Letakkan kertas gambar di atas gelembung sehingga membuat corak, ulangi beberapa kali sehingga seluruh kertas dipenuhi oleh corak dari gelembung sabun.
6.Uap Abur
Tujuan
– Melatih koordinasi antara mata dan tangan
– Mengenalkan tehnik mencetak dengan menggunakan krayon
– Mengembangkan kosa kata baru
– Melatih anak untuk berani berekspresi
– Mengembangkan kreativitas anak
Alat dan Bahan
– Cetakan beraneka bentuk (dari kertas kalender bekas yang agak tebal)
– Krayon warna-warni
– Kertas gambar
Cara bermain
Siapkan cetakan dari kertas kalender bekas yang digambar sesuai yang dikehendaki, lalu digunting tepi gambar tersebut. Goreskan krayon warna-warni di pinggir cetakan. Letakkan cetakan diatas kertas, usap/tarik goresan krayon warna-warni ke dalam cetakan dengan menggunakan ibu jari. Setelah sempurna bentuk tercetak di atas kertas gambar, barulah cetakan diangkat.
7. Grafito
Tujuan
a. Melatih koordinasi antara mata dan tangan
b. Mengembangkan kosa kata baru
c. Melatih anak untuk berani berekspresi
d. Mengembangkan kreativitas
Alat / Bahan
e. Gunting
f. Krayon warna-warni
g. Kertas gambar
h. Lem
Cara bermain
Mintalah anak untuk mewarnai kertas dengan krayon warna-warni seperti kue lapis.
Tutuplah kertas hasil goresan warna-warni dengan krayon hitam hingga merata. Ambil tusuk gigi buatlah gambar di atas kertas gambar dengan cara menggoreskan tusuk gigi, maka warna yang semula tertutup akan muncul pada goresan gambar yang dibuat.