PERLUKAH
CALISTUNG DIBERIKAN PADA ANAK TK
Program pendidikan
TK/RA/AUD dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki SD/MI . Semua
program pembelajaran di TK/RA diselenggarakan secara inovatif, atraktif,
kreatif, menyenangkan ,menantang dan mendorong
kreativitas serta kemandirian siswa. Sedang prinsip belajar di TK/RA didasarkan pada prinsip bermain
sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan tetap memperhatikan perbedaan
bakat, minat dan kemampuan dasar masing – masing siswa , sosial budaya serta
kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar (berorientasi pada kebutuhan anak).
Menurut Prof. Suyanto
bahwa pengenalan calistung ( membaca menulis, berhitung ) tidak diperkenankan
untuk diajarkan secara langsung sebagai pembelajaran kepada peserta didik di
TK/RA . Calistung harus dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh
kembang anak, dilakukan sambil bermain
dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.
Suyanto juga menuturkan
TK seharusnya hanya menciptakan lingkungan yang kaya dengan beragam bentuk
keaksaraan yang akan lebih memacu kesiapan anak didiknya untuk memulai kegiatan
calistung ditingkat lanjutan, yaitu SD/MI. Beliau juga menambahkan bahwa
pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK/RA hendaknya disesuaikan
dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik yaitu secara berangsur –
angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar ( unsur bermain lebih dominan)
menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar lebih dominan).
Yang tersirat dari
pernyataan Prof. Suyanto tersebut diatas bahwa pelajaran membaca, menulis ,
berhitung (calistung) secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada
anak usia dini dibawah tujuh tahun (anak
usia TK/RA) . Ini semua senada dengan
anggapan Piaget bahwa pada usia
dibawah tujuh tahun anak belum mencapai fase operasional konkrit . Fase itu adalah fase dimana anak – anak
dianggap belum bisa berfikir terstruktur, sementara itu kegiatan belajar
calistung itu sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang terstruktur sehingga
tidak cocok apabila diberikan pada anak usia dibawah tujuh tahun.
Perluhkah
anak TK/RA belajar calistung di sekolah ?
Persoalan membaca
menulis berhitung (calistung ) diberikan pada anak TK/RA dewasa ini merupakan
fenomena tersendiri. Hal ini terutama untuk orang tua yang mempunyai anak –
anak usia TK. Kenyataan yang ada bahwa anak – anak TK yang akan melanjutkan
sekolah ke SD favorit sudah barang
tentu harus siap dan bisa calistung plus bahasa inggris (kalau dianggap perlu)
, ini dikarenakan persaingan untuk masuk ke
SD favorit cukup ketat sehingga
membuat pihak penyelenggara SD Favorit
memberikan syarat khusus dalam bentuk tes/ seleksi dalam penerimaan murid
baru.
Secara nyata bahwa
untuk saat ini penerimaan siswa baru di SD favorit sudah tidak lagi memprioritaskan anak usia tujuh tahun
tetapi sudah bergeser menjadi bentuk kelolosan seleksi / tes penerimaan murid
baru. Walaupun kurikulum SD kelas satu tetap dimulai dari belajar membaca
menulis permulaan , namun diakui atau tidak guru SD kelas satu sekarang lebih
suka menerima calon murid kelas satu yang “siap pakai” dalam arti sudah mampu calistung
(membaca menulis berhitung ).
Kenyataan ini kontan
membuat sebagaian besar orang tua murid TK menjadi panik kalau anaknya yang
duduk dibangku TK belum bisa calistung, akhirnya orang tua wali murid secara tidak langsung mendorong sekolah – sekolah TK untuk dapat
menyiapkan kegiatan calistung sebagai bagian dari kurikulumnya. Karena orang
tua murid saat ini telah menjadikan calistung sebagai acuan untuk memilih TK
bagi putra putrinya , ini berdampak pada TK – TK yang didalamnya tidak ada
pembelajaran calistung perlahan tapi pasti akan ditinggalkan atau kurang
diminati oleh para orang tua wali murid.
Taman Kanak _ Kanak
(TK) yang semula diharapkan akan menjadi “TAMAN “ yang paling indah bagi anak
usia dini , taman yang menyenangkan, tempat bermain dan berteman banyak sirna
sudah, karena taman yang paling indah itu telah berubah menjadi taman yang
menyeramkan karena banyaknya aturan – aturan dan kegiatan – kegiatan yang
terstruktur yang membuat anak menjadi bosan dan takut ke sekolah.
TK telah berubah
menjadi sekolah formal mini, dengan pemandangan umum yang tak lazim, anak duduk
diam mendengarkan ceramah guru, lalu
melaksanakan instruksi guru, mengerjakan LKS atau buku penunjang yang telah
disiapkan guru dan seterusnya. Lalu yang menjadi pertanyaan penulis “dimana letak bermainnya
?, dimana letak kreativitas guru dalam menyiapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan merangsang timbulnya kreativitas anak ?, Yang terjadi saat ini
sejumlah teman – teman guru TK dengan
terpaksa “menekankan” kemampuan membaca menulis dan berhitung pada siswanya. Sehingga
banyak teman – teman guru TK kurang optimal dalam memprioritaskan upaya
merangsang dan mengembangkan potensi anak secara holistik. Padahal mestinya
pendidikan di TK lebih diarahkan pada pengasahan potensi anak serta membangun karakter
dan budaya anak untuk menjadi seorang yang mempunyai karakter dan kepribadian
yang kuat.
Sebagi guru TK, penulis
bersikap fleksibel karena menurut penulis semua pro dan kontra perlu tidaknya
pembelajaran calistung di TK itu mempunyai nilai positif dan negataif pada porsinya
masing – masing. Karena kita juga tidak bisa menutup mata begitu saja seiring
dengan bergesernya waktu, maka perkembangan dalam pembelajaran diera informasi
sekarang ini sebenarnya sudah berubah
jauh.
Topik pelajaran
bukanlah persoalan yang akan menghambat seseorang pada usia berapapun untuk
mulai belajar. Syaratnya hanya mengubah cra belajar, disesuaikan kecenderungan
gaya belajar dan metodenya yang dengan
usia masing – masing sehingga terasa menyenangkan dan membangkitkan minat untuk terus belajar
yang akhirnya terciptalah situasi kegembiraan belajar (Joyfull Learning).
Dan tidk berlebihan
apabila penulis katakan bahwa belajar membaca menulis berhitung bahkan bahasa
inggris boleh diberikan pada anak usia dini TK/RA , selama prinsip belajar
menyenangkan yang dikembangkan. Materi apapun yang diberikan kepada anak TK/RA
akan direspon positif apabila teman –
teman guru tetap berpegang pada prinsip belajar yang menyenangkan. Jadi
persoalan sebenarnya dan yang penting adalah terletak pada guru, yaitu kemampuan
guru dalam merekonstruksi suatu kegiatan pembelajaran yang inovatif, sehingga
anak akan menganggap kegiatan belajar mereka seperti bermain atau memang bentuk permainan sehingga guru
tidak lagi merampas dunia anak, yaitu dunia bermain.
Begitu pula dengan
pembelajaran bahasa inggris dapat mulai dikenalkan pada anak TK melalui Song (lagu/ menyanyi), Poem
(bersyair) dan game (permainan), sehingga anak – anak tanpa menyadari telah
belajar dalam kegiatan yang menyenangkan. Tetapi yang terpenting dari itu semua
dan harus dimiliki oleh guru TK/RA adalah “Berikanlah dan ciptakanlah
pembelajaran dengan keriangan dan ketulusan serta keikhlasan hati”.
Pembelajaran yang dapat ditangkap anak dengan perasaan gembira sehingga semua
akan lebih berhasil dari kehebatan metode apapun. Goodluck !