Jumat, 09 Maret 2018

TIPS UNTUK SEKOLAH (TK) YANG KURANG FINANSIAL AGAR TETAP EKSIS



TIPS UNTUK SEKOLAH (TK) YANG KURANG FINANSIAL AGAR TETAP EKSIS
            Sekolah adalah lembaga tempat kegiatan belajar mengajar, dimana ada siswa yang belajar dan guru sebagai penyampai bahan ajar / pengajar. Sedangkan TK (Taman Kanak – Kanak) adalah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur  pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini (usia 4 tahun – 6 tahun). Tujuan dari pendidikan TK adalah : membantu anak didik mengembangkan berbagai potensinya baik pskhis maupun fisik yang meliputi Norma Agama, Sosial Emosi, Kognitif, Bahasa dan Fisik Motorik dan kemandirian.
            Bila kita mencermati dengan seksama pengertian sekolah atau TK , maka dalam suatu proses pendidikan yang memegang sentral penting adalah Siswa dan guru, begitupun dalam tujuan pendidikan Taman Kanak Kanak. Sedangkan kelengkapan fasilitas/ sarana prasarana dan kesediaan finansial yang cukup adalah faktor penunjang untuk mengembangkan sekolah itu sendiri, dengan harapan bahwa semakain lengkap fasilitas  atau dana maka suatu sekolah akan dapat memberikan yang terbaik  dalam pelayanan pendidikannya.
            Yang jadi masalah , lalu bagaimana dengan sekolah –sekolah (TK)  yang ada dipinggiran yang notabene dalam hal dana ataupun fasilitas sangat minim, apakah tidak bisa berkembang dengan baik ? atau tidak bisa memberikan layanan pendidikan yang baik?, atau mungkin dengan keterbatasan sarana prasarana TK tersebut tidak mampu bersaing dengan TK lain yang lebih lengkap sarana prasarananya, yang tidak menutup kemungkinan akhirnya tidak dapat murid dalam jumlah yang ideal atau yang sesuai dengan rasio ideal yang telah ditentukan .
            Sebelum penulis menjawab, marilah kita kembali kedalam pengertian dan tujuan pendidikan TK, dimana tertulis  bahwa pendidikan TK adalah pendidikan yang diberikan pada anak usia dini dengan rentang umur 4 tahun – 6 tahun dan tujuannya untuk membantu mengembangkan berbagai potensi baik psikhis ataupun fisik yang semuanya terangkum dalam bidang pengembangan Nilai Agama Moral, Sosial Emosi, Kognitif, Bahasa dan Fisik Motorik. Kalau kita berpijak dari tujuan pendidikan TK maka penulis bisa pastikan menjawab  “BISA  untuk berkembang dan memberikan layanan pendidikan yang memadai (baik) dan tidak kalah dengan sekolah (TK) elite yang lebih lengkap fasilitasnya, lalu yang jadi pertanyaan lanjutan “bagaimana caranya” ?
            Menurut kajian penulis untuk menjadi sekolah (TK ) yang besar dalam arti  dapat menghasilkan output yang berkualitas, dapat memberikan layanan pendidikan yang baik, dapat meraih simpati masyarakat untuk mempercayakan putra putrinya sekolah ditempat anda, dan dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang potensial semuanya dimulai dari adanya guru yang kreatif, dan disini penulis akan memberikan tips agar semua guru yang kebetulan mempunyai keterbatasan dalam fasilitas ataupun finansial juga dapat bersaing positif dengan sekolah – sekolah yang besar.
1.      Kreatif
Guru TK dituntut untuk kreatif dalam segala hal, dan sekarang sudah tidak zamannya lagi guru TK hanya terpaku pada APE produksi pabrik, Guru TK harus pandai memanfaatkan (sampah kering)  barang – barang bekas (limbah) untuk didaur ulang menjadi alat peraga edukatif (APE) yang indah (mempunyai nilai seni), yang bermanfaat dalam menunjang KBM (tidak hanya sekedar  sebagai hiasan dinding/ gantungan),  dan yang tidak membahayakan (aman).  Selain itu Guru TK juga harus  mampu dan bisa memanfaatkan lingkungan sekolahnya sebagai sumber belajar yang potensial, untuk menjadi kreatif kita tidak perlu takut kotor, anak – anak bisa diajak membuat pupuk kompos sendiri (memanfaatkan sampah basah)  , atau dalam bidang pengembangan kognitif anak – anak bisa disuruh  membilang / menghitung ada berapa daun jambu/ mangga yang berwarna kuning (selain anak latihan membilang anak juga mencintai lingkungan dengan memungut daun – daun kuning / kering), dalam pengembangan Bahasa anak – anak bisa diajak ke kebun lalu diberi tugas “ coba cari kata benda yang mempunyai awalan “B” di kebun kita, anak akan menjawab sesuai yang dilihat misalnya: bunga,bayam, batu, burung, binatang, belalang dan masih banyak lagi, untuk Nilai Agama dan Moral (NAM) bisa kita sampaikan “Tuhan menciptakan alam dan isinya untuk manusia, maka kita wajib bersyukur, nah untuk bersyukur pada Tuhan kita harus merawat ciptaan Nya, marilah kita rawat tanaman kita dengan mencabuti rumput pengganggu, atau menyirami tanaman, dan masih banyak lagi contoh – contoh yang lain . Atau yang lebih sip lagi apabila kita ajak anak langsung belajar  dengan alam (bukankah di kota – kota besarpun sekarang sedang trend sekolah alam ).

2.      Religi (Moral Agama)      
Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang sedang gencar- gencarnya “Character Building”, bahkan dalam kurikulumpun nilai karakter harus dimasukkan, dan apabila kita bicara karakter pasti tidak bisa lepas dari nilai agama dan moral. Melihat fenomena saat ini dimana ritme kerja para orang tua yang begitu luar biasa padatnya maka kadang – kadang orang tua lalai atau lupa mengajarkan nilai agama dan moral agama pada anak ketika di rumah , akhirnya untuk mengisi kekosongan ini para orang tua berbondong – bondong akan mencari sekolah yang mempunyai keunggulan di bidang religi, orang tua mengharapkan sekolah dapat menggantikan peran orang tua untuk dapat membekali putra putrinya dengan nilai – nilai religi , maka guru kreatif  hendaknya peka menangkap fenomena ini.

3.      Prestasi
Prestasi akan didapat apabila sekolah (anak/guru) mengikuti suatu lomba, dan anak – anak yang sekolahnya memiliki keterbatasan dalam finansial justru memiliki semangat juang yang luar biasa. Anak – anak sangat tangguh dalam kekuatan fisiknya, dan guru wajib untuk memberikan wadah pada mereka. Ikut sertakan anak- anak dalam lomba – lomba yang diselenggarakan baik tingkat gugus , kecamatan atau kabupaten/ Kota , bisa dalam rangka HAN, Porseni atau event – event lainnya.  Begitupula dengan gurunya harus ikut berperan aktif dalam setiap kegiatan baik tingkat KKG, Gugus ataupun IGTKI, sering sharing dan tidak malas untuk membaca atau mengikuti workshop untuk menambah pengetahuan kalau perlu membuka internet ( walaupun guru TK  tetap tidak boleh gaptek lho).

4.      Relasi
Guru TK harus pandai menjalin relasi dari kalangan manapun baik pemerintah , Alumni  ataupun hanya sekedar tukang kayu atau tukang jahit. Dengan Pemerintah harus terjalin dengan harmonis untuk dapat informasi adanya bantuan baik BOP, Blockgrand, Penguatan atau lainnya. Sedangkan dengan alumni bisa kita minta peran sertanya saat ada perayaan di sekolah baik acara perpisahaan atau HUT TK , alumni yang mempunyai prestasi bisa kita kenalkan selain dapat memberikan kebanggan sekolah juga bisa sebagai inspirasi atau bahkan pesan sponsor gratis . Sedangkan tukang kayu (mebel), ibu guru bisa meminta dengan gratis serbuk gergaji kayu , atau mungkin sisa kayu yang tidak terpakai untuk dijadikan balok, atau tukang jahit bisa diminta sisa perca – perca kainnya , dan masih banyak lagi ibu guru bisa menambahkannya sendiri.

5.      Kekeluargaan
Untuk TK yang kurang dalam finansial biasanya hubungan kekeluargaan antara guru dan wali muridnya sangat dekat, sehingga dengan keakraban ini guru dan orang tua wali murid dapat bersama – sama saling terbuka untuk membangun anak yang tidak hanya pandai dalam akademik saja tetapi juga dalam menanamkan akhlak yang mulia. Guru dan orang tua dapat sharing dengan tanpa merasa takut, dan  dapat bersama  - sama mencari solusi bila ada masalah dengan anak – anak. Bila ada kegiatan orang tua lebih kelihatan sikap gotong royongnya untuk ikut mensukseskannya. Dan ini aset yang dapat dimanfaatkan , misalnya disela – sela orang tua menunggu putranya , ibu guru bisa libatkan untuk ikut membuat alat peraga atau membuat pajangan dari barang bekas.

6.      Tulus dan Ikhlas
Yang tak kalah penting dari semuanya adalah perasaan tulus dan ikhlas dari ibu guru – ibu guru yang  sekolahnya  kurang dalam finansial, umumnya beliau – beliau ini tidak terlalu “MATRE” dalam arti tidak mengukur semuanya dari uang, kadang – kadang bahkan ibu gurupun rela berkorban demi kelancaran suatu kegiatan.  Bila ibu guru di sekolah – sekolah unggulan karena sudah didesain oleh kondisi yang salah, bahwa pulang sekolah , orang tua wali murid lalu minta anaknya untuk les, dengan segera ibu guru akan menunaikan tugas sambilannya memberi les privat/group pada anak didiknya, sehingga kadang terbawa dalam pembelajaran di kelas perhatian/ sikap guru akan  “lebih baik “ pada anak murid yang les padanya, dan tentu saja ini bisa membuat anak – anak yang lain (yang tidak les) menjadi merasa tidak nyaman. Guru tidak lagi bersifat obyektif (maaf tidak semuanya lho, ini sebagaian dari yang pernah penulis amati). Maka untuk guru yang mempunyai ketulusan hati akan menjadi idola anak – anak , dan menjadi kepercayaan orang tua / wali murid untuk tahun tahun berikutnya akan menitipkan putra putrinya lagi, bahkan kadang orang ntua yang sudah percaya pada guru maka akan dengan suka rela mengajak saudara, tetangganya untuk ikut gabung di sekolahnya ( promosi gratis).
            Nah itu sedikit tips yang bisa penulis bagikan, Semoga tips dari penulis dapat sedikit memberi semangat pada ibu guru – ibu guru yang sekolahnya  kebetulan tidak masuk dalam kategori   sekolah “Unggulan” , percayalah tidak ada pekerjaan yang sia- sia, kita harus selalu semangat ingatlah pepatah “Tidak ada rotan, akarpun jadi”. Keterbatasan bukanlah kendala yang berarti untuk bisa berprestasi, bila kita mempunyai kreatifitas keterbatasan justru akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk belajar dan menemukan hal – hal yang baru, yang mungkin belum bahkan tidak pernah terpikirkan oleh beliau – beliau yang mempunyai posisi “AMAN dan NYAMAN”. Sekali lagi untuk teman – teman guru semuanya marilah kita bergandeng tangan untuk memajukan pendidikan anak usia dini agar kita kelak dapat menciptakan generasi bangsa yang tangguh dalam segala hal.  Salam  Semangat dan Sukses !!!