TIPS UNTUK SEKOLAH (TK) YANG KURANG FINANSIAL AGAR TETAP
EKSIS
Sekolah adalah lembaga tempat kegiatan belajar mengajar,
dimana ada siswa yang belajar dan guru sebagai penyampai bahan ajar / pengajar.
Sedangkan TK (Taman Kanak – Kanak) adalah satu bentuk satuan pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini (usia 4 tahun – 6 tahun).
Tujuan dari pendidikan TK adalah : membantu anak didik mengembangkan berbagai
potensinya baik pskhis maupun fisik yang meliputi Norma Agama, Sosial Emosi,
Kognitif, Bahasa dan Fisik Motorik dan kemandirian.
Bila kita mencermati dengan seksama pengertian sekolah
atau TK , maka dalam suatu proses pendidikan yang memegang sentral penting
adalah Siswa dan guru, begitupun dalam tujuan pendidikan Taman Kanak Kanak.
Sedangkan kelengkapan fasilitas/ sarana prasarana dan kesediaan finansial yang
cukup adalah faktor penunjang untuk mengembangkan sekolah itu sendiri, dengan harapan
bahwa semakain lengkap fasilitas atau
dana maka suatu sekolah akan dapat memberikan yang terbaik dalam pelayanan pendidikannya.
Yang jadi masalah , lalu bagaimana dengan sekolah
–sekolah (TK) yang ada dipinggiran yang
notabene dalam hal dana ataupun fasilitas sangat minim, apakah tidak bisa
berkembang dengan baik ? atau tidak bisa memberikan layanan pendidikan yang
baik?, atau mungkin dengan keterbatasan sarana prasarana TK tersebut tidak
mampu bersaing dengan TK lain yang lebih lengkap sarana prasarananya, yang
tidak menutup kemungkinan akhirnya tidak dapat murid dalam jumlah yang ideal
atau yang sesuai dengan rasio ideal yang telah ditentukan .
Sebelum penulis menjawab, marilah kita kembali kedalam
pengertian dan tujuan pendidikan TK, dimana tertulis bahwa pendidikan TK adalah pendidikan yang
diberikan pada anak usia dini dengan rentang umur 4 tahun – 6 tahun dan
tujuannya untuk membantu mengembangkan berbagai potensi baik psikhis ataupun
fisik yang semuanya terangkum dalam bidang pengembangan Nilai Agama Moral,
Sosial Emosi, Kognitif, Bahasa dan Fisik Motorik. Kalau kita berpijak dari
tujuan pendidikan TK maka penulis bisa pastikan menjawab “BISA” untuk berkembang dan memberikan layanan
pendidikan yang memadai (baik) dan tidak kalah dengan sekolah (TK) elite yang
lebih lengkap fasilitasnya, lalu yang jadi pertanyaan lanjutan “bagaimana
caranya” ?
Menurut kajian penulis untuk menjadi sekolah (TK ) yang
besar dalam arti dapat menghasilkan
output yang berkualitas, dapat memberikan layanan pendidikan yang baik, dapat
meraih simpati masyarakat untuk mempercayakan putra putrinya sekolah ditempat
anda, dan dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang
potensial semuanya dimulai dari adanya guru yang kreatif, dan disini penulis
akan memberikan tips agar semua guru yang kebetulan mempunyai keterbatasan
dalam fasilitas ataupun finansial juga dapat bersaing positif dengan sekolah –
sekolah yang besar.
1.
Kreatif
Guru
TK dituntut untuk kreatif dalam segala hal, dan sekarang sudah tidak zamannya
lagi guru TK hanya terpaku pada APE produksi pabrik, Guru TK harus pandai
memanfaatkan (sampah kering) barang –
barang bekas (limbah) untuk didaur ulang menjadi alat peraga edukatif (APE)
yang indah (mempunyai nilai seni), yang bermanfaat dalam menunjang KBM (tidak
hanya sekedar sebagai hiasan dinding/
gantungan), dan yang tidak membahayakan
(aman). Selain itu Guru TK juga harus mampu dan bisa memanfaatkan lingkungan
sekolahnya sebagai sumber belajar yang potensial, untuk menjadi kreatif kita
tidak perlu takut kotor, anak – anak bisa diajak membuat pupuk kompos sendiri
(memanfaatkan sampah basah) , atau dalam
bidang pengembangan kognitif anak – anak bisa disuruh membilang / menghitung ada berapa daun jambu/
mangga yang berwarna kuning (selain anak latihan membilang anak juga mencintai
lingkungan dengan memungut daun – daun kuning / kering), dalam pengembangan
Bahasa anak – anak bisa diajak ke kebun lalu diberi tugas “ coba cari kata
benda yang mempunyai awalan “B” di kebun kita, anak akan menjawab sesuai yang
dilihat misalnya: bunga,bayam, batu, burung, binatang, belalang dan masih
banyak lagi, untuk Nilai Agama dan Moral (NAM) bisa kita sampaikan “Tuhan
menciptakan alam dan isinya untuk manusia, maka kita wajib bersyukur, nah untuk
bersyukur pada Tuhan kita harus merawat ciptaan Nya, marilah kita rawat tanaman
kita dengan mencabuti rumput pengganggu, atau menyirami tanaman, dan masih
banyak lagi contoh – contoh yang lain . Atau yang lebih sip lagi apabila kita
ajak anak langsung belajar dengan alam
(bukankah di kota – kota besarpun sekarang sedang trend sekolah alam ).
2.
Religi (Moral Agama)
Tidak
dapat dipungkiri bahwa sekarang sedang gencar- gencarnya “Character Building”,
bahkan dalam kurikulumpun nilai karakter harus dimasukkan, dan apabila kita
bicara karakter pasti tidak bisa lepas dari nilai agama dan moral. Melihat
fenomena saat ini dimana ritme kerja para orang tua yang begitu luar biasa
padatnya maka kadang – kadang orang tua lalai atau lupa mengajarkan nilai agama
dan moral agama pada anak ketika di rumah , akhirnya untuk mengisi kekosongan
ini para orang tua berbondong – bondong akan mencari sekolah yang mempunyai
keunggulan di bidang religi, orang tua mengharapkan sekolah dapat menggantikan
peran orang tua untuk dapat membekali putra putrinya dengan nilai – nilai
religi , maka guru kreatif hendaknya
peka menangkap fenomena ini.
3.
Prestasi
Prestasi
akan didapat apabila sekolah (anak/guru) mengikuti suatu lomba, dan anak – anak
yang sekolahnya memiliki keterbatasan dalam finansial justru memiliki semangat
juang yang luar biasa. Anak – anak sangat tangguh dalam kekuatan fisiknya, dan
guru wajib untuk memberikan wadah pada mereka. Ikut sertakan anak- anak dalam
lomba – lomba yang diselenggarakan baik tingkat gugus , kecamatan atau
kabupaten/ Kota , bisa dalam rangka HAN, Porseni atau event – event lainnya. Begitupula dengan gurunya harus ikut berperan
aktif dalam setiap kegiatan baik tingkat KKG, Gugus ataupun IGTKI, sering
sharing dan tidak malas untuk membaca atau mengikuti workshop untuk menambah
pengetahuan kalau perlu membuka internet ( walaupun guru TK tetap tidak boleh gaptek lho).
4.
Relasi
Guru
TK harus pandai menjalin relasi dari kalangan manapun baik pemerintah , Alumni ataupun hanya sekedar tukang kayu atau tukang
jahit. Dengan Pemerintah harus terjalin dengan harmonis untuk dapat informasi
adanya bantuan baik BOP, Blockgrand, Penguatan atau lainnya. Sedangkan dengan
alumni bisa kita minta peran sertanya saat ada perayaan di sekolah baik acara
perpisahaan atau HUT TK , alumni yang mempunyai prestasi bisa kita kenalkan
selain dapat memberikan kebanggan sekolah juga bisa sebagai inspirasi atau
bahkan pesan sponsor gratis . Sedangkan tukang kayu (mebel), ibu guru bisa
meminta dengan gratis serbuk gergaji kayu , atau mungkin sisa kayu yang tidak
terpakai untuk dijadikan balok, atau tukang jahit bisa diminta sisa perca –
perca kainnya , dan masih banyak lagi ibu guru bisa menambahkannya sendiri.
5.
Kekeluargaan
Untuk
TK yang kurang dalam finansial biasanya hubungan kekeluargaan antara guru dan
wali muridnya sangat dekat, sehingga dengan keakraban ini guru dan orang tua
wali murid dapat bersama – sama saling terbuka untuk membangun anak yang tidak
hanya pandai dalam akademik saja tetapi juga dalam menanamkan akhlak yang
mulia. Guru dan orang tua dapat sharing dengan tanpa merasa takut, dan dapat bersama
- sama mencari solusi bila ada masalah dengan anak – anak. Bila ada
kegiatan orang tua lebih kelihatan sikap gotong royongnya untuk ikut
mensukseskannya. Dan ini aset yang dapat dimanfaatkan , misalnya disela – sela
orang tua menunggu putranya , ibu guru bisa libatkan untuk ikut membuat alat
peraga atau membuat pajangan dari barang bekas.
6.
Tulus dan Ikhlas
Yang
tak kalah penting dari semuanya adalah perasaan tulus dan ikhlas dari ibu guru
– ibu guru yang sekolahnya kurang dalam finansial, umumnya beliau –
beliau ini tidak terlalu “MATRE” dalam arti tidak mengukur semuanya dari uang,
kadang – kadang bahkan ibu gurupun rela berkorban demi kelancaran suatu
kegiatan. Bila ibu guru di sekolah – sekolah
unggulan karena sudah didesain oleh kondisi yang salah, bahwa pulang sekolah ,
orang tua wali murid lalu minta anaknya untuk les, dengan segera ibu guru akan
menunaikan tugas sambilannya memberi les privat/group pada anak didiknya,
sehingga kadang terbawa dalam pembelajaran di kelas perhatian/ sikap guru
akan “lebih baik “ pada anak murid yang
les padanya, dan tentu saja ini bisa membuat anak – anak yang lain (yang tidak
les) menjadi merasa tidak nyaman. Guru tidak lagi bersifat obyektif (maaf tidak
semuanya lho, ini sebagaian dari yang pernah penulis amati). Maka untuk guru
yang mempunyai ketulusan hati akan menjadi idola anak – anak , dan menjadi
kepercayaan orang tua / wali murid untuk tahun tahun berikutnya akan menitipkan
putra putrinya lagi, bahkan kadang orang ntua yang sudah percaya pada guru maka
akan dengan suka rela mengajak saudara, tetangganya untuk ikut gabung di
sekolahnya ( promosi gratis).
Nah itu sedikit tips yang bisa penulis bagikan, Semoga
tips dari penulis dapat sedikit memberi semangat pada ibu guru – ibu guru yang
sekolahnya kebetulan tidak masuk dalam
kategori sekolah “Unggulan” ,
percayalah tidak ada pekerjaan yang sia- sia, kita harus selalu semangat
ingatlah pepatah “Tidak ada rotan, akarpun jadi”. Keterbatasan bukanlah kendala
yang berarti untuk bisa berprestasi, bila kita mempunyai kreatifitas
keterbatasan justru akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk belajar dan
menemukan hal – hal yang baru, yang mungkin belum bahkan tidak pernah
terpikirkan oleh beliau – beliau yang mempunyai posisi “AMAN dan NYAMAN”. Sekali
lagi untuk teman – teman guru semuanya marilah kita bergandeng tangan untuk
memajukan pendidikan anak usia dini agar kita kelak dapat menciptakan generasi
bangsa yang tangguh dalam segala hal. Salam
Semangat dan Sukses !!!