Bunda
selalu dukung kamu nak.
Sore itu di
ruang tengah terdengar percakapan suamiku dan anak wedoknya ( putri kami yang
sulung), entah mengapa tiba – tiba saja suami bisa bicara serius begitu pada
putriku, tidak seperti biasanya. Karena
yang aku tahu suami selalu penuh guyon
dengan ketiga putriku, bahkan kalau aku
sedang ada komplain dengan mereka ketiga putriku , selalu suami yang menengahi
dengan guyonan pula. Tapi kelihatannya tidak untuk sore itu, Kupasang
baik – baik telingaku sambil aku asyik mengetik meneruskan tulisanku (
he..he..he.. padahal aku selalu ngajarin
anak – anakku untuk tidak nguping
pembicaraan orang lain , eh ini malah aku yang nguping), he..he..he...sorry
keadaan lagi darurat.(kataku dalam hati, minta dimakhlumi ).
‘mbak boleh
gak ayah tanya, mana atau siapa sih teman spesialmu?’, tanya Ayah memulai
pembicaraan dengan serius.
‘maksudnya
teman spesial ?, semua temanku yang
sering main kesini adalah teman spesial Yah ?,”, jawab putri sulungku tak
mengerti arah pembicaraan Ayahnya.
‘
Hemz....begini nduk, terus terang Ayah ingin kamu sudah mulai memikirkan masa
depanmu, kamu harus mulai fokus ingat umurmu sudah 20 tahun, harusnya sudah punya
komitmen dengan seseorang kan”.
‘hah......
harus?, yang bener donk Yah , aku kan
sudah punya prinsip dan sudah kusampaikan pada
Ayah dan bunda, bahwa aku gak mau
pacaran. Kalau sewaktu – waktu aku sudah ketemu orang yang klik aku inginnya langsung menikah “.
Untuk sesaat
obrolan terhenti, sepertinya suami lagi berfikir keras atau mulai belajar
mencerna isi kalimat sulungku. Rasanya aku tak sabar dengan keheningan yang
sesaat itu, sampai tanpa kusadari akupun ikut menghentikan aktivitas mengetikku dan mulai memasang
telinga dengan baik. Kalau ada Adek ( sibungsu)
pasti aku sudah dibilang KEPO (aku meringis sendiri malu...).
“tapi mengenal
calon dengan lebih dekat itu juga perlu loh nduk , hemz......begini nduk
karena Ayah melihat kamu belum
punya teman yang spesial makanya Ayah ingin mengenalkan kamu dengan anaknya om Yoyok
teman Ayah , dia baru saja selesai pendidikannya di kepolisian . Jo
khawatir orange ganteng kok tur dhuwur, masa depane wis jelas, Ayah juga sudah kenal orang tuanya wis jelas bebet,
bobot dan bibitnya, atau sama Helmy anak om Arman yang juga sudah lulus
kuliahnya dari UGM ‘. Lanjut Ayah tanpa memberi kesempatan si sulung
berargurmen
Aku kenal baik
dengan keluarga mas Yoyok, dia adalah teman baik suamiku di SMA dulu, aku juga
kenal baik dengan mas Arman karena beliu adalah teman kuliah dan teman satu
kamar dikost yang sama semasa kuliah. Bahkan kalau boleh dibilang hubungan
keluarga kami dengan mas Arman sangat dekat. Setiap hari raya Idhul Fitri kami
selalu bergantian saling mengunjungi
bahkan ketika anak – anak masih kecil dulu kami sering habiskan waktu liburan
dengan piknik bareng, karena kebetulan profesi kami sama yaitu GURU, kalau mas
Yoyok keluarga dari Kepolisian, karena hampir semua anak laki- lakinya polisi ( he..he..he..
bukankah kedua anak mas Yoyok laki –
laki semua yah)
Untuk sesaat
aku dibuat terpana dengan ucapan suami. Yang
bener aja, masa sih anak dijodohin . ini kan masalah perasaan , masalah hati
masa bisa sih diatur . walaupun kami kenal baik dengan beliau – beliau tapi
kalau harus menjodohkan anak – anak kami, Hadew.......pikir – pikir dulu
deh. Belum sempat aku nimbrung , aku sudah mendengar putri sulungku menjawab dengan
bijaksana permintaan Ayahnya yang tidak biasanya itu.
‘maaf.....Ayah
, bukannya aku nolak yah tapi sebenarnya
aku masih ingin ngejar impianku, aku masih ingin bisa mandiri dan aku merasa
masih banyak yang belum aku lakukan. Tolong beri aku waktu untuk berfikir tapi
kalau Cuma berkenalan yah gak apa- apa sih, untuk menjalin tali silahturahmi Ayah dengan om yoyok dan om Arman. Aku dengan kak Helmy kan juga sudah kenal bahkan kami masih suka BBM an ’, jawabnya
enteng
Sepertinya
suami tidak menyiapkan materi perjodohan
dengan baik, karena dengan argumen dari
putri sulungku, suami tidak bisa berkutik. Atau malah jangan – jangan
dia sudah ada strategi baru untuk menaklukan hati putri sulung kami (pikiranku mulai curiga).
Akhirnya pembicaraan tentang perjodohan sore itu tidak berlanjut sampai final. Sulungku pamit mau masuk kamar tanpa
bisa Ayahnya mencegah, yang kulihat Ayahnya hanya manggut – manggut saja. ( aku
diam – diam gembira melihat suami tak bisa melancarkan serangan balik.
Xi..xi..xi.. jahatnya siistri).
Malam itu
ketika kulihat suami asyik melihat acara berita di Metro TV aku mendekat. Aku
ingin mengulas tentang pembicaraan dengan materi perjodohan versi Ayah pada
putrinya yang kelihatannya belum final tadi sore.
‘ waw....
sepertinya ada misi yang belum selesai nih”. Aku mencoba membuka obrolan ringan
sambil duduk menjejerinya. Suami menoleh memandangku sekilas yang duduk
disampingnya.
‘
iya.....Bareskrim harus mengatur strategi baru untuk bisa menangkap lebih
tepatnya sih menjatuhkan Novel Baswedan”, jawab suami sambil matanya kembali
menatap layar TV.
“Idih....bagaimana sih Ayah, maksud hati
ingin membahas acara perjodohan eh kok malah membicarakan penangkapan dan
pelepasan Novel Baswedan” (gerutuku
dalam hati. )
“kasihan
KPK orang – orang hebatnya satu persatu
ditangkap dengan aneka tuduhan, semoga KPK tidak lumpuh karena kerja KPK terus
terang telah kelihatan hasilnya
ketimbang kerja polisi sendiri yang sangat kelihatan masih tebang pilih
dalam menangani kasus, malah kadang – kadang melakukan penangkapan juga sedikit
ngawur ”. Ayah masih mencoba menerangkan situasi panas yang sedang terjafi di
negeri tercinta ini.
‘ tenang Ayah....,
KPK tak akan lumpuh kok, dan Indonesia
tak akan terpuruk semua akan baik – baik
saja, hanya memang kadang – kadang ulah wartawan saja yang bahasanya lebay
dalam menyajikan berita, biasa agar pembaca atau penonton tertarik untuk
mengikuti tulisannya”, jawabku diplomatis ( he..he..he... sepertinya mewakili
suara hatiku, penulis memang bertugas menggiring pembaca untuk dapat menikmati
tulisannya).
“ yakin sekali
bun’. Jawab Ayah pendek
Aku menghela
nafas panjang sebelum akhirnya kujawab pernyataan suami “ ya..... sangat yakinlah seyakin – yakinnya mala, KPK kan didukung
hampir seluruh rakyat Indonesia kecuali para koruptor tentunya, bukankah “power of the people is very
great”, ah sudahlah mas (panggilan kesayanganku untuk suami) gak usah bahas
negara, aku cuma mau tanya ada misi apa kok intrograsi anak gadismu sampai
segitunya?”. Tanyaku memutus langsung
Suami mengernyit kaget
“sepertinya bunda tadi sedang ngetik di kamar kok dengar. nguping yah, atau sisulung sudah cerita?’,
tanyanya kemudian heran.
‘yah anak – anak kan selalu
terbuka sama bundanya, semua tidak ada yang disembunyikan, daripada dia cerita
ke orang lain lebih baik kan cerita ke bundanya”, jawabku santai menahan
senyum. ( he..he.. he.. padahal kan aku tadi nguping).
‘yah sudahlah.....beginiloh bun,
aku Cuma heran saja sama putri sulung kita masa umur sudah 20 tahun kok masih
betah menjomblo, penginku sih anak – anakku nanti paling lambat umur 24 tahun
sudah berkeluarga, aku kira umur segitu sudah sangat pantas dan cukup dewasa”.
‘nah itu Ayah tahu, berarti
umtuk anak sulung kita kan masih ada tenggang waktu 4 tahun, lalu kenapa Ayah
jadi panik gitu main jodohin segala ?’, aku masih berusaha bersikap santai
‘bukan begitu bun, kemarin waktu
reunian SMA aku ketemu sahabatku Yoyok, kamu kenal kan. Dia curhat untuk anak
nomer duanya ini akan dicarikan jodoh, karena kemarin dia merasa kecolongan
karena membiarkan anak pertamanya menikah dengan pilihannya sendiri, yang
ternyata anak menantunya itu tidak berbakti sama sekali, bahkan parahnya suka
mengadu domba antara dia dan anaknya. Makanya dia lalu ngajak aku untuk
besanan. Bagaimana menurut bunda ?’. suamiku memandangi aku dengan penuh harapan
agar akupun mengiyakan keinginannya dan keinginan sahabatnya.
Aku terdiam sesaat mencoba
mencari kata yang pas, yang tidak menyakiti suami dan tidak menyinggung
perasaan dan maksud baik mas Yoyok sahabat suami.
‘bagaimana bun ?, kok diam...,
apa kita jodohkan anak kita dengan
anak Arman, toh mereka sudah saling
kenal dari kecil, dan pendidikan agama mereka juga bagus, Helmy saja dulu dari
SD sampai SMP di pondok Gontor. Pasti kita tidak akan salah memilih menantu,
dan persahabatan kita dengan Yoyok atau Arman makin sempurna kan”, suami mulai
ngomporin aku lagi ketika aku terdiam cukup lama karena belum menemukan deretan
kata yang tepat untuk menenangkan suami.
‘mas aku tanya , kenapa sih
sepertinya kok ngebet banget pengin cari mantu, apa pengin cepet gendong cucu?’.
Akhirnya Cuma kalimat itu yang keluar dari bibirku setelah aku belum juga bisa
menemukan kalimat yang pas seperti yang
kuinginkan
‘begini loh bun, terus terang aku kepikiran
dengan cerita Yoyok tentang mantunya itu loh. Aku tidak mau salah milih mantu
juga, makanya aku akan seleksi pacar anak kita kalau perlu malah kita yang
carikan suami buat mereka, kita bisa lihat pertama dari orang tuanya, pendidikannya,
pergaulannya dan masa depannya. Karena kita telah mempersiapkan anak – anak
kita dengan baik jangan sampai pasangannya nanti tidak baik. Mereka paling
tidak harus bisa menjaga perasaan pasangannya, orang tua dan keluarganya dan
mereka bisa kita titipi anak kita nanti,
gimana bun ? setuju kan”. Panjang lebar suami menerangkan kekhawatirannya.
Aku termangu – mangu mendengar
uraian seorang Ayah yang begitu sayang (protect) pada anak gadisnya. Aku cukup
dibuat terharu, tapi selanjutnya pikiran sehatku mulai bekerja.
“suamiku yang baik, terimakasih
yah atas kasih sayang yang kau berikan pada keluarga kita, aku sebagai istri
dan anak – anakmu pasti bangga denganmu. Tetapi lebih dari itu aku ingin
memberikan pandangan juga untuk masa depan putri kita. Sungguh ....aku sedikit
merasa keberatan bila kita harus terlalu ikut campur dalam urusan perjodohan
ini. Aku ingin kita tidak intervensi mereka, kita cukup hanya memberi nasehat, memberi
pandangan dan contoh yang baik tentang sebuah “keluarga”, kita juga bekali ilmu
agama yang cukup agar mereka tahu tugas
dan kewajiban seorang istri. Untuk
urusan JODOH biarlah mereka sedikit diberi keleluasaan untuk bisa memilah dan memilih “. Aku akhirnya bisa
menemukan kalimat yang tepat untuk berargumen
‘tenanglah mas, beberapa hari
yang lalu aku sudah sempat ngobrol dengan putri sulung kita tentang calon suami
yang baik untuknya, dan ternyata anak kita sudah cukup cerdas dan dewasa dalam
menyikapi urusan hati. Dia ingin punya pasangan yang tidak hanya cakep dipermukaan
tetapi lebih dari itu, yang utama adalah dia harus punya Value baik tentang kehidupan ataupun keagamaan. Dan untuk mas Yoyok
yang ingin besanan dengan kita aku rasa usul putri kita cukup baiklah
berkenalan dulu saja urusan nanti berjodoh atau tidak yang punya
jawaban pasti hanya Tuhan, dan aku ingin perbincangan tentang perjodohan
cukupilah sampai disini saja, jangan ganggu konsentrasi anakmu untuk selesaikan
studynya, apalagi dia lagi punya proyek buat buku jadi mulai hari ini kita
sepakat untuk selalu suport aktivitas positifnya”. Kataku berusaha menenangkan suami.
“lagipula aku juga sudah
sampaikan kok persyaratan untuk bisa
jadi calon mantuku pada ketiga putri cantikku dan mereka semua setuju”, aku
masih berusaha menenangkannya
‘apa syaratnya, jangan banyak –
banyak manusia tidak ada yang sempurna”, suami mulai terpancing dan mulai
tenang
‘gak banyak syaratnya Cuma satu
yaitu harus KAYA’. Jawabku enteng
‘hah.....gak salah ucap, kok
bunda jadi matre sih”. Jawab suamiku dengan kekagetan tingkat tinggi. Aku
menahan senyum dalam hatiku bersorak “kena
lu”
‘ begini lo mas maksudku calon
menantuku nanti harus Kaya agama (hati), kaya ilmu kalau perlu juga kaya harta
(yang nomer 3 gak wajib sih). Kalau dia kaya agama parti akan dapat
memanfaatkan ilmunya dan hartanya
dijalan Allah. Kalau dia kaya ilmu dia akan menjadi pribadi yang bertanggung
jawab, dengan ilmunya dia bisa mencari harta yang halal untuk kelangsungan hidupnya
dan keluarganya kelak. Bayangkan kalau dia kaya harta tapi tak berilmu apalagi
beragama , maka hartanya akan habis tak berguna karena tidak punya ilmu untuk
menyimpan apalagi mengembangkannya, dia tak bisa memanfaatkan hartanya dengan
benar bisa – bisa malah dia hidupnya akan terjerumus. Tetapi kalau dia kaya
ilmu dan agama (walau tak kaya harta) dia pasti masih banyak bisa berbuat untuk
berkarir dengan bagus dengan jujur dan cara yang halal itu maksudku mas”,
kataku mesra sambil memberikan senyum termanisku.
‘wah bunda memang keren, baiklah
bun marilah kita lupakan tentang perjodohan itu, kita suport anak – anak kita
dengan aktivitas positifnya, dengan impiannya dan cita – citanya.
Akhirnya malam itu kami tutup
obrolan kami dengan kesepakatan yang manis. Dan untuk ketiga putriku teruama
untu sulungku , kamu tenang – tenang saja sayang, ayah dan bunda tak akan
menjodohkanmu, lanjutkan keinginanmu yang ingin mengisi masa mudamu dengan
prestasi dan kegiatan positifmu’. Aku tersenyum dalam tidur malamku.
Akhirnya satu lagi kami bisa memberi
contoh yang baik pada anak – anakku bagaimana berkomunikasi yang sehat dengan
pasangan, tanpa harus merendahkan atau meninggikan.
Medio awal mei 2015
Catatan niniingsuratiniingsih