NASEHAT SEORANG IBU
UNTUK SAHABATNYA
Cerita
ini kumulai ketika sore itu aku kedatangan tamu, sahabat lamaku sekaligus
sahabat baikku. Betapa senangnya aku ketika bisa bertemu dengannya kembali
setelah lebih dari 15 tahun tak bertemu. Dia masih cantik, ramah dan ramai,
Cuma badannya agak kurusan menurutku (atau memang aku yang terbiasa melihat
bentuk tubuhku yang gendut ini ) jadi ketika melihat orang ramping selalu
kubilang kurus. He..he..he...
Kami
cerita ......pertama tentang keluarga masing – masing, sama dengan dia yang
bangga dengan kedua putranya, akupun bangga cerita tentang ketiga putriku yang
cantik – cantik. Setelah puas cerita tentang keluarga tanpa kami sadari kami
sudah berbelok arah cerita tentang pekerjaan, kebetulan profesi kami sama GURU,
tetapi kalau temanku bersuamikan seorang tentara kalau aku bersuamikan seorang
GURU juga.
Cerita
kami mulai dari kurikulum 2013, yang katanya bikin puyeng sampai TPP (tunjangan
profesi pendidikan./sertifikasi) yang belum cair 3 bulan, sedangkan yang carry
over 5 bulan tahun yang lalu juga tidak ada kabar beritanya. (o yah walaupun
profesi kami sama GURU, tetapi untuk tunjangan sertifikasi kami berbeda) karena
kebetulan temanku masih GTY (non PNS) sedangkan aku yang kebetulan sudah PNS
jelas untuk pencairan tunjangan sertifikasi alhamdulillah lancar – lancar saja.
Selanjutnya
cerita berkembang kepersiapan masa depan, pada sesion ini dengan hati – hati sekali tiba – tiba dia
mulai bercerita tentang nasib naasnya, karena telah kehilangan ratusan juta rupiah untuk mempersiapkan masa depan
anaknya. ‘Loh kok bisa’ , pikirku
dalam hati. Aku mulai penasaran dan tertarik dengan cerita sedihnya itu. Dan
diapun mulai menceritakan pengalaman sedihnya.
Kejadian
itu berawal dari keinginan dia sebagai orang tua yang ingin melihat anaknya
mapan, maka dari itu setelah anaknya selesai /lulus dar SMTA karena anaknya laki – laki dipersiapkan untuk
menjadi seorang abdi negara pilihan pertama menjadi POLISI. Pikirnya daripada
kuliah lulus kuliah juga cari kerja susah, kalau mau dapat pekerjaan juga harus
bayar, sama – sama mengeluarkan uang, lebih baik gak usah kuliah tapi langsung
test di SECABA. Dengan modal SK suaminya dan tabungan sertifikasinya selama 2
tahun akhirnya terkumpullah uang 160.000.000 (seratus enam puluh juta rupiah).
Kebetulan
chanel yang akan meloloskan anaknya termasuk orang yang berpengaruh alhasil
dilepaskanlah uang 100.000.000, yang 60.000.000 sengaja dia simpan untuk
pembayaran akhir ketika anaknya sudah dinyatakan LOLOS , yang diikuti pertama
pemeriksaan administrasi awal lolos, lanjut pemeriksaan tahapan kesehatan awal
lolos , pemeriksaan dan pengujian psikhologi tidak lolos. Ketika dinyatakan
tidak lolos temanku mendatangi orang yang bertanggung jawab akan kelolosan
putranya untuk minta uangnya kembali, tetapi dengan dalih uang sudah diedarkan
pada petugas jadi uang gak bisa kembali penuh, dan uang akhirnya hanya bisa
kembali 20.000.000. Jadi yang hilang 80.000.000.
Penderitaan
temanku tidak hanya sampai disitu ternyata, dua tahun setelah kegagalannya
untuk menjadi POLISI , akhirnya putranya bekerja di showroom mobil, dan
didorong rasa sayang yang amat sangat akhirnya temanku bermaksud memberi hadiah
pernikahan anaknya sebuah rumah. Dengan bekal uang yang masih sisa ditabungan
akhirnya dia mengambil perumahan , rumah type 34. Karena dia tidak mau
terbebani utang maka langsung dibayar tunai , waktu itu masih 115.000.000. dan
ternyata ketidakberuntungan itu masih setia pada temanku, setelah dibayar tunai
ditunggu sampai 1 tahun pihak pengembang tidak segera membangun, dan ternyata
pihak pengembang mengalami kebrangkutan, temanku dan beberapa orang yang
nasibnya sama bermaksud untuk menjual tanah kavlingan yang sudah terbeli dengan
memasang iklan, rupanya banyak yang tertarik untuk membelinya ini terbukti
banyaknya telepon yang masuk untuk sekedar tanya atau ada juga yang langsung
nego, tetapi ketika sudah ada kesepakatan dengan pembeli ternyata sertifikat
tanah tidak ada.
Selanjutnya
cerita tentang putranya yang kedua , berbekal pengalaman dari putranya yang
pertama, maka anak yang nomer dua diarahkan untuk kuliah di keguruan, katanya
masa depan guru sekarang ceriah karena ada tunjangan sertifikasi. Padahal
anaknya ingin sekali kuliah HUKUM, tetapi temanku melarang. Katanya sarjana
hukum sudah banyak. Alhasil putra keduapun dapat menyelesaikan kuliahnya dengan
tepat waktu. Dan akhirnya diapun dititipkan untuk magang DI SDN..., dan satu
tahun kemudian ada penerimaan CPNS, rupanya temanku belum kapok juga untuk
mengikutkan putranya untuk menjadi CPNS dengan jalan pintas. Dengan iming 2
dari perangkat desa yang sudah terkenal dapat meloloskan CPNS diapun
mempercayakan putranya untuk bisa lolos jadi CPNS, dan harga yang disepakai
150.000.000 karena sarjana yang nantinya golongan ruangnya langsung IIIA.
Apa
yang dilakukan temanku, diapun menyetujui dengan pembayaran dimuka 100.000.000
dan sisahnya yang 50.000.000 dibayar belakangan setelah lolos.setelah
kesepakatan dengan modal kepercayaan akhirnya tanpa perjanjian hitam diatas
putih uang 100.000.000 beralih tangan.tiga bulan, 6 bulan berganti 1 tahun SK
CPNS yang ditunggu tak kunjung datang alias kali inipun putra temanku gagal,
dan nasib uang yang 100.000.000 hanya
Tuhan yang tahu.
Kubelai
tangan temanku yang mulai keriput,
kupandang wajahnya yang masih ayu walau jelas tak bisa dibohongi wajah ayu itu
begitu lelah, dan terlihat 5 tahun lebih tua dibanding umurnya. Apalagi
sekarang suaminya juga terkena sakit jantung, lengkap sudah penderitaan seorang
ibu yang begitu peduli, begitu sayang dan ingin protect anaknya dengan sekuat
tenaga dan kemampuannya.
Aku
menghela nafas panjang. Sebetulnya aku tak sanggup memberikan nasihat pada
temanku, selain umur kami yang sama juga karena semuanya toh sudah berlalu,
uang yang terbuang percuma sekian ratus juta tak kan kembali, ibarat kata NASI
SUDAH MENJADI BUBUR. Tetapi sebagai sharing tak apalah kalau aku bercerita
tentang bagaimana ku mempersiapkan masa depan anakkua.
Teman.....aku
percaya semua orang tua akan sayang pada anaknya, tetapi mungkin bagaimana
mengungkapkan rasa sayang itu yang berbeda, antara aku dan kamu, antara aku dan
teman – teman ku yang lainnya.diantaranya :
1. Ada orang tua yang ingin melayani anaknya
seoptimal mungkin , sampai anaknya merasa tak sanggup lagi berdiri bila tidak
dibantu orang tuanya (anak yang tergantung pada orang tua dan masa bodoh dengan
hidupnya).
2. Ada
orang tua yang super protection pada anaknya akhirnya semua kebutuhan anaknya
sampai kelak dewasa sudah disiapkan ,
sampai sang anak tak tahu lagi bagaimana cara menjaga harta yangb telah
dipersiapkan orangtuanya itu, karena anak tak pernah belajar bagaimana cara
mencari materi / harta itu.
3. Ada
orang tua yang otoriter seperti gaya militer, semua harus menurut apa kata
orang tua, mulai dari sekolah sampai jenis pekerjaan, sampai sang anak tak tahu
lagi harus bagaimana menyelesaikan masalah yan g tidak dikuasainya, karena
semua yang dilakukan berdasarkan perintah orang tuanya, bukan dari hati dan
keinginannya.
Wah.... sepertinya enak yah mempunyai orang tua yang
mempunyai tipikal diatas, dijamin kehidupan anaknya akan bahagia, akan terjamin
masa depannya, tak perlu bersusah payah semua sudah disiapkan, tapi benarkah
seperti itu ?!........(silahkan dipikir sendiri)
Teman
– temanku yang baik, mungkin dikarenakan kami adalah keluarga yang sederhana ,
jadi kami tak bisa memaksakan diri untuk menjadi orang tua yang super protectiv
atau orang tua yang tipe melayani anak, kami (aku dan suami) lebih suka
menyayangi anak – anak kami dengan cara yang bersahabat, demokrasi dan
membimbing.
Selalu
aku tanamkan pada ketiga anakku (walau mereka semua putri) bahwa hidup adalah
perjuangan, bahwa hidup adalah usaha, bahwa hidup adalah berbuat, tidak hanya
menanti belas kasihan, tidak hanya menantikan pembagian warisan, tidak hanya
menunggu keajaiban.
Dan
selalu kukatakan pada ketiga putriku, isilah hidupmu dengan prestasi yang benar
– benar prestasi, walaupun itu kecil. Bukan prestasi karena karena
dikondisikan, bukan prestasi karena dititipkan, bukan prestasi karena didukung
orang tua dan bukan prestasi semu, prestasi yang tidak kamu peroleh dari hasil
kerja kerasmu, karena itu tidak akan menimbulkan kebanggaan pada diri.
Yang
tak lupa juga aku tanamkan pada ketiga putriku bahwa kami tak bisa mewariskan
harta , kami hanya mampu membekali kamu
ilmu agama dan ilmu pengetahuan dan kami juga hanya mampu mewariskan semangat
untuk berjuang dan sikap yang jujur, jujur dalam bicara, jujur dalam bertindak,
jujur dalam bersikap serta belajarlah untuk FOKUS.
Fokus
itu kunci untuk meraih kesuksesan, setelah kamu bisa mengenali hobbymu atau
bakatmu maka fokuslah untuk menekuninya, Insya Allah akan menghasilkan sesuatu
yang berharga. Mungkin kalau kamu bisa mengelolanya dengan baik tidak menutup
kemungkinan kesuksesan akan tergenggam ditangan.
Kalian
tidak harus menjadi seperti bunda dan Ayah, jadilah dirimu sendiri dan bunda
akan mengantarmu dengan sepenuh hati dengan diiringi doa, niscahya kamu akan
menjadi “SOMEONE” dan ditambah dengan
fokus dalam menekuni bidangmu itu niscahya apa yang kamu kerjakan akan menjadi
“SOMETHING”, bukannya kami tak ingin kamu jadi PNS, bukan sayang , kamu boleh
jadi PNS, boleh jadi guru, boleh jadi apapaun asal itu memang keahlianmu dan
kamu dapatkan dengan usahamu.
Dan
kini saatnya aku merasa bangga , walaupun belum maksimal, karena sekarang
sulungku sudah bisa menunjukkan dirinya telah mampu berdikari, Kuliah dibidang
yang dia sukai dan minati “AKUTANSI” dengan biaya sendiri di Kuala Lumpur
karena dia memang ingin menjadi akuntan publik. Yang nomer dua yang ingin
menjadi APOTEKER handalpun, setiap hari selalu pamer point nya yang selalu
mendapatkan A di farmasi , sedangkan yang bungsu yang masih bingung dengan cita
– citanya aku coba bantu menemukan bakatnya. Kebanggaanku yang kudapat saat ini
paling tidak dikarenakan rasa tanggung jawab
yang ditunjukkan anak – anakku terhadap pilihannya.
Temanku........rasanya
memang tak salah dengan bekal yang kuberikan pada ketiga putriku, ilmu
pengetahuan untuk menaklukan dunia dan ilmu agama untuk menuntun jalannya dalam
menaklukan dunia tetap dalam koridor yang benar, tidak menghalalkan segala cara
karena itu jalan menuju ke kehidupan selanjutnya.
Temanku
ini mungkin bukan nasehat tapi sharing , semoga teman – temanku yang lain
mempunyai pemikiran yang sama denganku, bahwa anak kita bukanlah boneka yang
bisa kita bentuk atau kita atur sesuai kemauan kita, karena mereka juga punya
kehidupan sendiri. Karena dunia mereka tidak sama dengan dunia kita, kita ada dimasa
sekarang, anak – anak kita ada dimasa depan. (Catatan Nining....medio 16
nopember 2014)