Pembelajaran Hidup
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin berbagi pengalaman hidup, untuk itu penulis minta maaf sebelumnya apabila pengalaman yang kudapatkan baik secara langsung atau mungkin dari cerita (curhatan) teman sama dengan pengalaman anda, atau malah dari cerita ini terasa tidak ada yang bisa dipetik hikmahnya, tetapi kalau boleh usul lebih baik pembaca usaikan dulu cerita saya, perkara pantas atau tidak, boleh ditanggapi setelai usai membaca.
Dalam kehidupan ini so pasti , percaya atau tidak percaya pasti ada halangan/ rintangan yang pernah dialami artinya perjalanan hidup tak selamanya berjalan mulus. Seperti pipi kita tak selamanya mulus suatu saat pasti akan nongol jerawat yang entah kenapa tiba- tiba muncul, padahal setiap hari kita bersihkan, setiap bulan selalu facial , tetapi tetap saja jerawat itu muncul entah kecil atau besar, entah satu atau lebih dari satu, dan itu semua cukup bahkan sangat mengganggu, penampilan jadi kurang menarik.
Kembali ke pengalaman hidup, ini tentang “AKU” dulu....... aku pernah dalam satu masa perjalanan hidup ada dalam titik nadir, benar – benar dalam titik nol, banyak teman yang meninggalkanku, bahkan saudarapun kalau aku datang untuk silahturahmi selalu sudah curiga lebih dulu, takut kalau aku bertamu akan pinjam uang atau sekedar minta makan, padahal dulu ketika aku jaya, teman lama , teman baru semua bila bertemu aku dari jauh sudah mengangguk memberi penghormatan lebih dulu sambil tersenyum indah sekali, sedangkan saudaraku bila aku datang , semua pasti senang karena ada yang selalu kubawakan untuk mereka, oleh oleh (buah tangan). Tetapi semua berbalik 180 derajat ketika aku terjatuh. Tidak ada teman,tidak sahabat tidak juga saudara, (bahkan ironisnya pernah kudengar langsung dari saudara jauhku yang mengatakan SAUDARA ITU ORANGNYA, KALAU UANG YAH TETAP UANG), yah aku hanya mampu mengelus dada, sabaar dan koreksi diri dan disaat semua orang meninggalkanku hanya orang tua yang kasihnya tetap setia, dan memberi dukungan penuh, walau dukungan itu mungkin tidak berupa materi tetapi bagiku itu yang terbaik karena orang tua telah kenyang makan asam garam sehingga pengalaman hidupnya bisa membuatnya tegar dan sekarang ingin ditularkan pada anak terkasihnya , dukungan orang tua itu namanya nasehat dan motivasi, yang tentu saja tidak bisa dibeli dengan uang.
Dan dari keterpurukannku itulah timbul semangat juang yang tak bisa kubendung, tentu ini bekal hidup yang dulu pernah ditanamkan orang tuaku waktu aku masih kecil dan sekarang berkembang seiring usiaku, aku mengenyampingkan rasa “MALU dan GENGSI” yang menurutku akan menjadi penghalang kesuksesanku, dan aku tanamku di otakku, dipikiranku, dialiran darahku sampai seluruh tubuhku semua kuperintahkan untuk selalu mengatakan “AKU PASTI BISA BERUBAH”.
“Aku” memulai usaha jualan kecil –kecilan karena modal yang kupunya juga kecil,tetapi tidak jalan karena memang aku tak berbakat untuk berniaga, lalu aku ganti setir aku memelihara ikan lele inipun gagal, aku memelihara ayam potong dan inipun gagal pula , tapi aku tidak menyerah. Suatu hari aku pernah ikut kerja kasar hanya untuk mendapatkan rupiah, untuk kelangsungan hidup keluarga, untuk sekolah anak , aku membantu suami, dan itu tidak cukup, kalau malam hari yang kami dapat hanya rasa capek luar biasa (makhlum aku dari kecil tidak pernah kerja fisik/berat).
Sampai suatu hari aku bertekad untuk mengajukan permohonan menjadi tenaga pendidik di lingkungan Perusahaan Besar /BUMN (walau saat itu banyak yang mencemooh tapi aku bertekad, bukankah aku diberi kesempatan orang tuaku untuk sekolah tinggi /kuliah untuk menjadi orang tangguh, bukan orang yang mudah menyerah, mindsetku harus beda dengan mereka yang mungkin kurang beruntung sehingga tidak mampu masuk perguruan tinggi ), sekolah yang dikelola oleh perusahan besar ,yang tentunya dapat ditebak bahwa sekolah itu bukanlah sekolah biasa, karena yang sekolah disitu tentu anak – anak orang elite, ditambah untuk menjadi karyawan perusahaan BUMN tidaklah mudah prosedurnya karena milik negara. Tetapi aku percaya diri, aku langsung menghadap Direkturnya (yang biasa disebut Administratur/ADM)nya. Aku tunjukkan keahlianku, mulai dari kemampuanku dalam sempoa, bahasa inggris, bahkan gagasanku/pemikiranku untuk memajukan lembaga pendidikan agar dapat berkembang dengan baik. Dan hasilnya diluar duagaanku, hanya dengan modal interview yang kurang lebih 20 menit telah mengubah jalan hidupku,aku langsung diterima , dan disitu aku diobservasi langsung oleh pimpinan BUMN, baik dalam kemampuan mengelola kelas, kemampuan dalam mendekati siswa, kemampuanku menyampaikan materi , semua sangat membuat beliau berdecak kagum.
Untuk uji coba tidak membutuhkan waktu yang lama , hanya 1 bulan kemudian aku langsung diangkat menjadi kepala sekolah, dan kepala sekolah yang lama beserta gurunya langsung ditarik ke kantor untuk mengerjakan administrasi. Selanjutnya kelangsungan sekolah dipercayakan padaku, dan ini sungguh tidak mudah , kepercayaan yang sangat besar, dan inilah saatnya aku menunjukkan jati diriku yang sebenarnya. Terobosan – terobosan yang inovatif aku lakukan. Mulai dari memilih guru, sampai memformat sistem pengelolaannya semua dipercayakan padaku.
Dan sebagai orang yang dipercaya oleh perusahan besar, tentulah aku tidak boleh bermain – main,aku harus jujur, aku harus loyal, aku harus mempunyai visi dan misi yang tepat dan inovasi, dan itulah awal dari kesuksesan – kesuksesan ku selanjutnya yang menyertai hidupku. 1 tahun dalam kepemimpinaku sekolah telah berkembang pesat, jumlah murid naik 200 %– 300 %, dan untuk menjadi siswa baru ditempatku harus sudah inden satu tahun sebelumnya, layanan pendidikan berkualitas (baik dalam pembelajaran maupun sarana prasarana/ fasilitas) membuat pendaftar siswa baru tidak hanya dari kecamatan setempat bahkan lintas kecamatan, dan itu membuat bangga pimpinan, sampai – sampai aku diberi reward untuk keberhasilanku.
Aktivitasku selajutnya mulai kukembangkan, pagi aktif di sekolah, sorenya membuka layanan bimbingan belajar di rumah ,dan awal dibuka muridku sudah 30 orang dan setiap bulan meningkat jumlahnya. (kalau boleh jujur penghasilanku sebagai guru di perusahan besar dengan pekerjaan sampinganku sebagai pembimbing di LBB pimpinanku tentunya lebih banyak yang pekerjaan sampinganku). Dan ketenaranku rupanya tidak berhenti sampai disitu, bahkan Dinas Pendidikanpun mulai melirik keberadaanku yang baru gabung 1 tahun, lalu aku langsung di percaya untuk menjadi duta Guru Prestasi mewakili kecamatan, dan aku persiapkan dengan matang sebagai bentuk tanggung jawabku atas kepercayaan Dinas Pendidikan, Alhamdulillah aku dapat juara I tingkat kabupaten dan berhak maju mewakili kabupaten ke tingkat propinsi, dan karena saat aku ikut seleksi aku sedang sakit maka aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kabupatenku, tetapi aku masih bisa bernafas lega bahwa paling tidak aku masuk 5 besar .
Tetapi “AKU” yang selalu punya semangat untuk maju, tak pernah puas dengan apa yang sudah kugenggam, terus ada yang bergelora dalam diriku. Hobbyku yang suka menulispun aku beri kesempatan berkembang, aku ikuti bermacam lomba, dan alhamdulillah selalu dapat nomer. Dan tidak itu saja , aku mulai menulis untuk dapat dikonsumsi orang umum, tulisanku akhirnya setiap bulan menghiasai lembar suatu majalah pendidikan binaan Dinas Propinsi Jatim, bahkan aku dua tahun berturut – turut menyabet predikat sebagi penulis terbaik, sehingga profilku dimuat di majalah tersebut. Aku bersama – sama dengan teman –temanku membuat LKS, dan LKS kamipun dipakai hampir semua TK sekabupaten.
Lain lagi dengan pengalaman temanku namanya sebut saja “ATIK” , dia yang kebetulan terlahir dari keluarga yang kurang mampu akhirnya sejak umur 9 tahun atau kelas III SD harus ngenger (ikut orang kaya untuk bekerja yang kemudian dia akan disekolahkan), sampai lulus SMA, lalu dia bergabung dengan suatu sekolah untuk menjadi guru, seiring dengan perjalanan waktu, dia akhirnya dinikahkan oleh orang tuanya dengan pilihan orang tua (menurut orang tuanya, calon suaminya anak orang yang cukup dalam ekonomi , pekerja keras, tapi hanya menyelesaikan sekolahnya sampai SMP).
Singkat cerita temanku “ATIK” akhirnya menikah dengan pekerja keras itu, dan dari pernikahannya lahirnya gadis mungil, dan seiring waktu sebagai guru dia ingin menambah pengetahuannya, dan sama sang suami diberi ijin untuk kuliah lagi. Alhasil jadilah temanku mahasiswi yang dibiayai oleh suami dan mertua. Dan nasib baik berpihak padanya, dia terjaring jadi PNS. tentu saja dengan perubahan status maka sedikit banyak pasti akan merubah gaya / style seseorang baik dalam bergaul, berpenampilan maupun berkomunikasi, dan itu yang terjadi pada temanku. Perubahannya begitu drastis,dari pribadi yang sederhana jadi pribadi yang luar biasa banyak tuntutannya.
cerita selanjutnya setelah dia menyelesaikan kuliahnya dan telah menjadi sarjana sekaligus menjadi PNS, di suatu sore yang indah , dia bersilahturami ke rumahku,dia berbagi cerita tepatnya sih curhat tentang perasaannya yang sudah tidak nyaman lagi dengan suami yang telah memberinya gadis mungil itu, dengan alasan kalau diajak komunikasi tidak nyambung, kalau diajak menghadiri undangan tidak level, karena dandanannya yang kampungan, dan masih banyak lagi kekurangan suami pekerja keras itu dimatanya.
Aku termangu – mangu mendengar ceritanya, lalu aku berusaha untuk bersikap bijaksana, aku netral, aku orang lain yang tidak membela suaminya atau temanku Atik. Lalu aku tanya kenapa baru sekarang perasaan tidak nyaman itu muncul ?, Kenapa baru sekarang setelah jadi sarjana dan menjadi PNS merasa tidak satu level dengannya?. Dulu ketika masih belum menjadi siapa – siapa kenapa nyaman – nyaman saja, ketika masih membutuhkan biaya baik untuk hidup atau untuk biaya kuliah kok nyambung – nyambung saja.
Akhirnya seiring waktu baru kutahu kalau temanku itu ternyata diam – diam telah menjalin hubungan terlarang dengan anak muda yang masih kuliah, yang tentunya umurnyapun dibawahnya. Dan setelah perceraiannya dengan sang pekerja keras dengan segera dia juga mengesahkan hubungannya dengan pemuda pilihannya dalam sebuah ikatan pernikahan. Lalu bahagiakah dia setelah berhasil mendepak mantan suami yang pekerja keras dan menikahi pemuda ganteng yang sama levelnya dengan dia, Jawabku (ENTAHLAH) karena aku tidak bisa menilainya , aku hanya mampu menonton , karena aku tidak punya kacamata yang dapat dipakai untuk menilai kehidupan seseorang.
Yang kutahu......sang mantan suami yang pekerja keras itu ternyata tidak hanya keras dalam bekerja tetapi juga keras dalam semangat merubah hidupnya, dan akhirnya buah dari “KEKERASAN” yang dipunyainya itu adalah benar – benar telah mengantarnya menjadi orang sukses, sukses dalam bisnis (dia menjadi pengusaha mebeler walaupun masih dalam scope kecil) dan menjadi “KEPALA DESA”, untuk ukuran hidup di desa, kepala desa adalah jabatan prestise karena mempunyai wilayah dan warga yang dipimpin.Yah sang pekerja keras sekarang telah menjadi orang yang disegani dilingkungannya.
Sedangkan sang istri (ATIK) yang telah menceraikan suami yang pekerja keras itu yang telah menikah dengan mahasiswa yang katanya lebih bermasa depan dan levelnya sama itu ternyata suami barunya hanya foya – foya hidupnya, kuliahnya tidak selesai dan sukanya keluyuran tak jelas dengan teman – teman nongkrongnya, bahkan sikap terhadap anak tirinya juga tak baik karena menganggap saingan untuk mendapatkan uang saku dari sang istri, sehingga tidak salah kalau akhirnya sigadis mungil lebih memilih hidup bersama ayahnya yang telah menjadi orang sukses. Belum lagi sekarang temanku kena penyakit diabet , penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya, dia yang dulu segar dan seksi sekarang layu, dan seakan jadi alasan tersendiri bagi suami mudanya untuk meninggalkannya. “Tragis” itu yang bisa kulihat dari kehidupan temanku.
Lain lagi dengan temanku si “ANI”, orangnya begitu santai dalam menjalani hidup, dia mempunyai prinsip seperti air mengalir, kata orang jawa kabeh wis ono sing gariske (hidup sudah digariskan Tuhan), mau bertingkah bagaimanapun kalau sudah digariskan seperti ini yah tidak bisa berubah. (aku hanya tersenyum ), sehingga kadang agak sulit untuk mengajak dia untuk berubah dalam segala hal, kadang dia ketinggalan berita bila harus berkumpul dengan teman – teman dalam acara rapat/ diskusi.
ANI selalu mengatakan padaku kata – kata yang sampai – sampai bisa kuhafal walau dengan tidur “dadi uwong kudu nrimo ing pandom”, ben ora duwe masalah, ben iso urip tentrem, ben iso nikmati urip. Urip Cuma sepisan ora usah digawe ribet ( Jadi orang harus menerima takdir, biar tidak punya masalah, biar bisa hidup tenang, biar bisa menikmati hidup, hidup Cuma satu kali tidak perlu dibuat susah).
Dan akupun termangu – mangu seperti ketika menerima curhatan ATIK beberapa bulan yang lalu, tetapi dalam hatiku ada yang menggelitik tak begitu saja bisa menerima nasehat sahabatku ini, walaupun sebagaian ada yang benar.
Yang benar memang kita tidak perlu membuat masalah dengan siapapun. Tetapi bukankah kita hidup selalu ada masalah entah ringan atau berat dan kita tidak bisa masa bodoh, kita harus bisa menyelesaikan dengan baik, karena dengan masalah itulah kita bisa lebih bijaksana dalam menyikapi hidup. Sedangkan untuk menerima takdir , yah kita harus bisa melihat takdir yang bagaimana dulu.Suatu contoh misalkan ATIK yang sudah digariskan menjadi guru TK dan tetap berpegangan teguh bahwa sampai pensiun bahkan sampai matipun dia akan tetap jadi guru TK, sehingga keinginan untuk maju, keinginan untuk belajar lebih baik lagi, bahkan untuk ikut seminar, workshop tidak mau, jawabannya selalu “untuk apa ?’.
Nah lho kalau seperti itu jelas aku tidak setuju, walaupun sudah digariskan sebagai guru TK, belajar masih tetap harus dilakukan, karena pendidikan selalu berubah mengikuti perkembangan jaman, tidak bisa kita berpegangan pada ilmu yang berapa puluh tahun yang lalu kita terima, mungkin pada saat itu memang ilmu kita yang terbaik, tetapi seiring perkembangan jaman, ilmu yang dulu kita dapatkan tidak lagi sesuai dengan kondisi anak – anak saat ini, dan perubahan itu wajib dilakukan kalau tidak mau tersisihkan, bahkan mungkin bisa saja kalau kita tetap pada pendirian tidak mau mengikuti perubahan yang ada, bisa – bisa takdir kita akan berubah tidak lagi menjadi guru TK tetapi jadi pegawai TU, karena kita tidak punya kompetensi yang diharapkan kurikulum (dan ini juga berlaku untuk profesi apapun).
Yang bisa diambil dari cerita ketiga tokoh diatas adalah. Sikap “AKU” yang tak mudah menyerah, sikap aku yang selalu berfikir positif akan masalah yang dihadapinya ternyata mampu mengantarkannya menemukan jalan sukses. Sikap ATIK yang lebih ingin memenangkan nafsunya, dan disertai kesombongannya malah menjerumuskannya kedalam kehdupan yang lebih sulit.
Sedang suami ATIK, seorang pekerja keras yang telah mampu mengelola “dendam”nya dengan positif akhirnya malah dapat menunjukkan kehebatannya. Dia yang telah menerima penghinaan dari seorang istri yang tega meninggalkannya, ternyata tidak hanya diam menerima sakit hati, tetapi dari sakit hati karena penghinaan yang diterimanya, dia berusaha keras untuk dapat membalikkan keadaan, dan akhirnya dengan kerja kerasnya dia mampu menunjukkan “SIAPA” dia sebenarnya.
Lain lagi dengan “ANI” orang yang tidak punya inisiatif, yang menerima apa adanya garis hidup, yang tidak ingin merubah mindset hidupnya kearah yang lebih baik, akhirnya juga kena akibatnya. Dengan berpegangan pada “GARIS” dia abaikan semuanya, bahkan untuk menjaga kesehatan hidupnya juga tidak dipedulikan. Prinsipnya kita harus menikmati hidup, sehingga makanan / minuman apa saja kalau menurutnya enak yah harus dimakan/minum dan akibatnya diusianya yang masih muda dalam tubuhnya banyak penyakit yang menggerogotinya, mulai dari darah tinggi, asam urat, kolesterol, kegemukan sampai ke penyakit yang berat yaitu ginjal. Dan ketika saya mencoba untuk mengatakan agar mengurangi makanan/ minuman yang tidak sehat, jawabnya tetap sama “ini sudah digariskan oleh Tuhan, kalau aku memang harus sakit”. Sekali lagi aku hanya bisa tercenung. Antara sedih dan bingung, entah mana yang benar. (nama telah disamarkan)
Teman – teman pembaca yang budiman, sungguh semua perjalanan hidup kita telah diatur oleh Allah, bahkan kata orang pintar “jodoh, rizki dan maut itu rahasia Allah” . Tetapi sebagai manusia yang telah dilengkapi akal dan pikiran seharusnya kita bisa berfikir dengan sehat akan langkah – langkah kita, akan akibat – akibat yang akan menyertai, bukankah nafsu tidak selalu harus dimenangkan, kita harus bisa memilih mana nafsu yang bisa kita toleran mana nafsu yang harus kita lawan.
Sebagai pembaca yang budiman, marilah kita berfikir arif, tak perlu kita memvonis benar – salah seseorang, tetapi kita hanya bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain, karena pembelajaran hidup tidak harus dari pengalaman kita ,tetapi bisa kita mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman orang lain. Semoga ceritaku kali ini dapat bermakna dalam pelajaran hidup teman pembaca. Ambil sisi positifnya, tinggalkan sisi negatifnya.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin berbagi pengalaman hidup, untuk itu penulis minta maaf sebelumnya apabila pengalaman yang kudapatkan baik secara langsung atau mungkin dari cerita (curhatan) teman sama dengan pengalaman anda, atau malah dari cerita ini terasa tidak ada yang bisa dipetik hikmahnya, tetapi kalau boleh usul lebih baik pembaca usaikan dulu cerita saya, perkara pantas atau tidak, boleh ditanggapi setelai usai membaca.
Dalam kehidupan ini so pasti , percaya atau tidak percaya pasti ada halangan/ rintangan yang pernah dialami artinya perjalanan hidup tak selamanya berjalan mulus. Seperti pipi kita tak selamanya mulus suatu saat pasti akan nongol jerawat yang entah kenapa tiba- tiba muncul, padahal setiap hari kita bersihkan, setiap bulan selalu facial , tetapi tetap saja jerawat itu muncul entah kecil atau besar, entah satu atau lebih dari satu, dan itu semua cukup bahkan sangat mengganggu, penampilan jadi kurang menarik.
Kembali ke pengalaman hidup, ini tentang “AKU” dulu....... aku pernah dalam satu masa perjalanan hidup ada dalam titik nadir, benar – benar dalam titik nol, banyak teman yang meninggalkanku, bahkan saudarapun kalau aku datang untuk silahturahmi selalu sudah curiga lebih dulu, takut kalau aku bertamu akan pinjam uang atau sekedar minta makan, padahal dulu ketika aku jaya, teman lama , teman baru semua bila bertemu aku dari jauh sudah mengangguk memberi penghormatan lebih dulu sambil tersenyum indah sekali, sedangkan saudaraku bila aku datang , semua pasti senang karena ada yang selalu kubawakan untuk mereka, oleh oleh (buah tangan). Tetapi semua berbalik 180 derajat ketika aku terjatuh. Tidak ada teman,tidak sahabat tidak juga saudara, (bahkan ironisnya pernah kudengar langsung dari saudara jauhku yang mengatakan SAUDARA ITU ORANGNYA, KALAU UANG YAH TETAP UANG), yah aku hanya mampu mengelus dada, sabaar dan koreksi diri dan disaat semua orang meninggalkanku hanya orang tua yang kasihnya tetap setia, dan memberi dukungan penuh, walau dukungan itu mungkin tidak berupa materi tetapi bagiku itu yang terbaik karena orang tua telah kenyang makan asam garam sehingga pengalaman hidupnya bisa membuatnya tegar dan sekarang ingin ditularkan pada anak terkasihnya , dukungan orang tua itu namanya nasehat dan motivasi, yang tentu saja tidak bisa dibeli dengan uang.
Dan dari keterpurukannku itulah timbul semangat juang yang tak bisa kubendung, tentu ini bekal hidup yang dulu pernah ditanamkan orang tuaku waktu aku masih kecil dan sekarang berkembang seiring usiaku, aku mengenyampingkan rasa “MALU dan GENGSI” yang menurutku akan menjadi penghalang kesuksesanku, dan aku tanamku di otakku, dipikiranku, dialiran darahku sampai seluruh tubuhku semua kuperintahkan untuk selalu mengatakan “AKU PASTI BISA BERUBAH”.
“Aku” memulai usaha jualan kecil –kecilan karena modal yang kupunya juga kecil,tetapi tidak jalan karena memang aku tak berbakat untuk berniaga, lalu aku ganti setir aku memelihara ikan lele inipun gagal, aku memelihara ayam potong dan inipun gagal pula , tapi aku tidak menyerah. Suatu hari aku pernah ikut kerja kasar hanya untuk mendapatkan rupiah, untuk kelangsungan hidup keluarga, untuk sekolah anak , aku membantu suami, dan itu tidak cukup, kalau malam hari yang kami dapat hanya rasa capek luar biasa (makhlum aku dari kecil tidak pernah kerja fisik/berat).
Sampai suatu hari aku bertekad untuk mengajukan permohonan menjadi tenaga pendidik di lingkungan Perusahaan Besar /BUMN (walau saat itu banyak yang mencemooh tapi aku bertekad, bukankah aku diberi kesempatan orang tuaku untuk sekolah tinggi /kuliah untuk menjadi orang tangguh, bukan orang yang mudah menyerah, mindsetku harus beda dengan mereka yang mungkin kurang beruntung sehingga tidak mampu masuk perguruan tinggi ), sekolah yang dikelola oleh perusahan besar ,yang tentunya dapat ditebak bahwa sekolah itu bukanlah sekolah biasa, karena yang sekolah disitu tentu anak – anak orang elite, ditambah untuk menjadi karyawan perusahaan BUMN tidaklah mudah prosedurnya karena milik negara. Tetapi aku percaya diri, aku langsung menghadap Direkturnya (yang biasa disebut Administratur/ADM)nya. Aku tunjukkan keahlianku, mulai dari kemampuanku dalam sempoa, bahasa inggris, bahkan gagasanku/pemikiranku untuk memajukan lembaga pendidikan agar dapat berkembang dengan baik. Dan hasilnya diluar duagaanku, hanya dengan modal interview yang kurang lebih 20 menit telah mengubah jalan hidupku,aku langsung diterima , dan disitu aku diobservasi langsung oleh pimpinan BUMN, baik dalam kemampuan mengelola kelas, kemampuan dalam mendekati siswa, kemampuanku menyampaikan materi , semua sangat membuat beliau berdecak kagum.
Untuk uji coba tidak membutuhkan waktu yang lama , hanya 1 bulan kemudian aku langsung diangkat menjadi kepala sekolah, dan kepala sekolah yang lama beserta gurunya langsung ditarik ke kantor untuk mengerjakan administrasi. Selanjutnya kelangsungan sekolah dipercayakan padaku, dan ini sungguh tidak mudah , kepercayaan yang sangat besar, dan inilah saatnya aku menunjukkan jati diriku yang sebenarnya. Terobosan – terobosan yang inovatif aku lakukan. Mulai dari memilih guru, sampai memformat sistem pengelolaannya semua dipercayakan padaku.
Dan sebagai orang yang dipercaya oleh perusahan besar, tentulah aku tidak boleh bermain – main,aku harus jujur, aku harus loyal, aku harus mempunyai visi dan misi yang tepat dan inovasi, dan itulah awal dari kesuksesan – kesuksesan ku selanjutnya yang menyertai hidupku. 1 tahun dalam kepemimpinaku sekolah telah berkembang pesat, jumlah murid naik 200 %– 300 %, dan untuk menjadi siswa baru ditempatku harus sudah inden satu tahun sebelumnya, layanan pendidikan berkualitas (baik dalam pembelajaran maupun sarana prasarana/ fasilitas) membuat pendaftar siswa baru tidak hanya dari kecamatan setempat bahkan lintas kecamatan, dan itu membuat bangga pimpinan, sampai – sampai aku diberi reward untuk keberhasilanku.
Aktivitasku selajutnya mulai kukembangkan, pagi aktif di sekolah, sorenya membuka layanan bimbingan belajar di rumah ,dan awal dibuka muridku sudah 30 orang dan setiap bulan meningkat jumlahnya. (kalau boleh jujur penghasilanku sebagai guru di perusahan besar dengan pekerjaan sampinganku sebagai pembimbing di LBB pimpinanku tentunya lebih banyak yang pekerjaan sampinganku). Dan ketenaranku rupanya tidak berhenti sampai disitu, bahkan Dinas Pendidikanpun mulai melirik keberadaanku yang baru gabung 1 tahun, lalu aku langsung di percaya untuk menjadi duta Guru Prestasi mewakili kecamatan, dan aku persiapkan dengan matang sebagai bentuk tanggung jawabku atas kepercayaan Dinas Pendidikan, Alhamdulillah aku dapat juara I tingkat kabupaten dan berhak maju mewakili kabupaten ke tingkat propinsi, dan karena saat aku ikut seleksi aku sedang sakit maka aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kabupatenku, tetapi aku masih bisa bernafas lega bahwa paling tidak aku masuk 5 besar .
Tetapi “AKU” yang selalu punya semangat untuk maju, tak pernah puas dengan apa yang sudah kugenggam, terus ada yang bergelora dalam diriku. Hobbyku yang suka menulispun aku beri kesempatan berkembang, aku ikuti bermacam lomba, dan alhamdulillah selalu dapat nomer. Dan tidak itu saja , aku mulai menulis untuk dapat dikonsumsi orang umum, tulisanku akhirnya setiap bulan menghiasai lembar suatu majalah pendidikan binaan Dinas Propinsi Jatim, bahkan aku dua tahun berturut – turut menyabet predikat sebagi penulis terbaik, sehingga profilku dimuat di majalah tersebut. Aku bersama – sama dengan teman –temanku membuat LKS, dan LKS kamipun dipakai hampir semua TK sekabupaten.
Lain lagi dengan pengalaman temanku namanya sebut saja “ATIK” , dia yang kebetulan terlahir dari keluarga yang kurang mampu akhirnya sejak umur 9 tahun atau kelas III SD harus ngenger (ikut orang kaya untuk bekerja yang kemudian dia akan disekolahkan), sampai lulus SMA, lalu dia bergabung dengan suatu sekolah untuk menjadi guru, seiring dengan perjalanan waktu, dia akhirnya dinikahkan oleh orang tuanya dengan pilihan orang tua (menurut orang tuanya, calon suaminya anak orang yang cukup dalam ekonomi , pekerja keras, tapi hanya menyelesaikan sekolahnya sampai SMP).
Singkat cerita temanku “ATIK” akhirnya menikah dengan pekerja keras itu, dan dari pernikahannya lahirnya gadis mungil, dan seiring waktu sebagai guru dia ingin menambah pengetahuannya, dan sama sang suami diberi ijin untuk kuliah lagi. Alhasil jadilah temanku mahasiswi yang dibiayai oleh suami dan mertua. Dan nasib baik berpihak padanya, dia terjaring jadi PNS. tentu saja dengan perubahan status maka sedikit banyak pasti akan merubah gaya / style seseorang baik dalam bergaul, berpenampilan maupun berkomunikasi, dan itu yang terjadi pada temanku. Perubahannya begitu drastis,dari pribadi yang sederhana jadi pribadi yang luar biasa banyak tuntutannya.
cerita selanjutnya setelah dia menyelesaikan kuliahnya dan telah menjadi sarjana sekaligus menjadi PNS, di suatu sore yang indah , dia bersilahturami ke rumahku,dia berbagi cerita tepatnya sih curhat tentang perasaannya yang sudah tidak nyaman lagi dengan suami yang telah memberinya gadis mungil itu, dengan alasan kalau diajak komunikasi tidak nyambung, kalau diajak menghadiri undangan tidak level, karena dandanannya yang kampungan, dan masih banyak lagi kekurangan suami pekerja keras itu dimatanya.
Aku termangu – mangu mendengar ceritanya, lalu aku berusaha untuk bersikap bijaksana, aku netral, aku orang lain yang tidak membela suaminya atau temanku Atik. Lalu aku tanya kenapa baru sekarang perasaan tidak nyaman itu muncul ?, Kenapa baru sekarang setelah jadi sarjana dan menjadi PNS merasa tidak satu level dengannya?. Dulu ketika masih belum menjadi siapa – siapa kenapa nyaman – nyaman saja, ketika masih membutuhkan biaya baik untuk hidup atau untuk biaya kuliah kok nyambung – nyambung saja.
Akhirnya seiring waktu baru kutahu kalau temanku itu ternyata diam – diam telah menjalin hubungan terlarang dengan anak muda yang masih kuliah, yang tentunya umurnyapun dibawahnya. Dan setelah perceraiannya dengan sang pekerja keras dengan segera dia juga mengesahkan hubungannya dengan pemuda pilihannya dalam sebuah ikatan pernikahan. Lalu bahagiakah dia setelah berhasil mendepak mantan suami yang pekerja keras dan menikahi pemuda ganteng yang sama levelnya dengan dia, Jawabku (ENTAHLAH) karena aku tidak bisa menilainya , aku hanya mampu menonton , karena aku tidak punya kacamata yang dapat dipakai untuk menilai kehidupan seseorang.
Yang kutahu......sang mantan suami yang pekerja keras itu ternyata tidak hanya keras dalam bekerja tetapi juga keras dalam semangat merubah hidupnya, dan akhirnya buah dari “KEKERASAN” yang dipunyainya itu adalah benar – benar telah mengantarnya menjadi orang sukses, sukses dalam bisnis (dia menjadi pengusaha mebeler walaupun masih dalam scope kecil) dan menjadi “KEPALA DESA”, untuk ukuran hidup di desa, kepala desa adalah jabatan prestise karena mempunyai wilayah dan warga yang dipimpin.Yah sang pekerja keras sekarang telah menjadi orang yang disegani dilingkungannya.
Sedangkan sang istri (ATIK) yang telah menceraikan suami yang pekerja keras itu yang telah menikah dengan mahasiswa yang katanya lebih bermasa depan dan levelnya sama itu ternyata suami barunya hanya foya – foya hidupnya, kuliahnya tidak selesai dan sukanya keluyuran tak jelas dengan teman – teman nongkrongnya, bahkan sikap terhadap anak tirinya juga tak baik karena menganggap saingan untuk mendapatkan uang saku dari sang istri, sehingga tidak salah kalau akhirnya sigadis mungil lebih memilih hidup bersama ayahnya yang telah menjadi orang sukses. Belum lagi sekarang temanku kena penyakit diabet , penyakit yang telah menggerogoti tubuhnya, dia yang dulu segar dan seksi sekarang layu, dan seakan jadi alasan tersendiri bagi suami mudanya untuk meninggalkannya. “Tragis” itu yang bisa kulihat dari kehidupan temanku.
Lain lagi dengan temanku si “ANI”, orangnya begitu santai dalam menjalani hidup, dia mempunyai prinsip seperti air mengalir, kata orang jawa kabeh wis ono sing gariske (hidup sudah digariskan Tuhan), mau bertingkah bagaimanapun kalau sudah digariskan seperti ini yah tidak bisa berubah. (aku hanya tersenyum ), sehingga kadang agak sulit untuk mengajak dia untuk berubah dalam segala hal, kadang dia ketinggalan berita bila harus berkumpul dengan teman – teman dalam acara rapat/ diskusi.
ANI selalu mengatakan padaku kata – kata yang sampai – sampai bisa kuhafal walau dengan tidur “dadi uwong kudu nrimo ing pandom”, ben ora duwe masalah, ben iso urip tentrem, ben iso nikmati urip. Urip Cuma sepisan ora usah digawe ribet ( Jadi orang harus menerima takdir, biar tidak punya masalah, biar bisa hidup tenang, biar bisa menikmati hidup, hidup Cuma satu kali tidak perlu dibuat susah).
Dan akupun termangu – mangu seperti ketika menerima curhatan ATIK beberapa bulan yang lalu, tetapi dalam hatiku ada yang menggelitik tak begitu saja bisa menerima nasehat sahabatku ini, walaupun sebagaian ada yang benar.
Yang benar memang kita tidak perlu membuat masalah dengan siapapun. Tetapi bukankah kita hidup selalu ada masalah entah ringan atau berat dan kita tidak bisa masa bodoh, kita harus bisa menyelesaikan dengan baik, karena dengan masalah itulah kita bisa lebih bijaksana dalam menyikapi hidup. Sedangkan untuk menerima takdir , yah kita harus bisa melihat takdir yang bagaimana dulu.Suatu contoh misalkan ATIK yang sudah digariskan menjadi guru TK dan tetap berpegangan teguh bahwa sampai pensiun bahkan sampai matipun dia akan tetap jadi guru TK, sehingga keinginan untuk maju, keinginan untuk belajar lebih baik lagi, bahkan untuk ikut seminar, workshop tidak mau, jawabannya selalu “untuk apa ?’.
Nah lho kalau seperti itu jelas aku tidak setuju, walaupun sudah digariskan sebagai guru TK, belajar masih tetap harus dilakukan, karena pendidikan selalu berubah mengikuti perkembangan jaman, tidak bisa kita berpegangan pada ilmu yang berapa puluh tahun yang lalu kita terima, mungkin pada saat itu memang ilmu kita yang terbaik, tetapi seiring perkembangan jaman, ilmu yang dulu kita dapatkan tidak lagi sesuai dengan kondisi anak – anak saat ini, dan perubahan itu wajib dilakukan kalau tidak mau tersisihkan, bahkan mungkin bisa saja kalau kita tetap pada pendirian tidak mau mengikuti perubahan yang ada, bisa – bisa takdir kita akan berubah tidak lagi menjadi guru TK tetapi jadi pegawai TU, karena kita tidak punya kompetensi yang diharapkan kurikulum (dan ini juga berlaku untuk profesi apapun).
Yang bisa diambil dari cerita ketiga tokoh diatas adalah. Sikap “AKU” yang tak mudah menyerah, sikap aku yang selalu berfikir positif akan masalah yang dihadapinya ternyata mampu mengantarkannya menemukan jalan sukses. Sikap ATIK yang lebih ingin memenangkan nafsunya, dan disertai kesombongannya malah menjerumuskannya kedalam kehdupan yang lebih sulit.
Sedang suami ATIK, seorang pekerja keras yang telah mampu mengelola “dendam”nya dengan positif akhirnya malah dapat menunjukkan kehebatannya. Dia yang telah menerima penghinaan dari seorang istri yang tega meninggalkannya, ternyata tidak hanya diam menerima sakit hati, tetapi dari sakit hati karena penghinaan yang diterimanya, dia berusaha keras untuk dapat membalikkan keadaan, dan akhirnya dengan kerja kerasnya dia mampu menunjukkan “SIAPA” dia sebenarnya.
Lain lagi dengan “ANI” orang yang tidak punya inisiatif, yang menerima apa adanya garis hidup, yang tidak ingin merubah mindset hidupnya kearah yang lebih baik, akhirnya juga kena akibatnya. Dengan berpegangan pada “GARIS” dia abaikan semuanya, bahkan untuk menjaga kesehatan hidupnya juga tidak dipedulikan. Prinsipnya kita harus menikmati hidup, sehingga makanan / minuman apa saja kalau menurutnya enak yah harus dimakan/minum dan akibatnya diusianya yang masih muda dalam tubuhnya banyak penyakit yang menggerogotinya, mulai dari darah tinggi, asam urat, kolesterol, kegemukan sampai ke penyakit yang berat yaitu ginjal. Dan ketika saya mencoba untuk mengatakan agar mengurangi makanan/ minuman yang tidak sehat, jawabnya tetap sama “ini sudah digariskan oleh Tuhan, kalau aku memang harus sakit”. Sekali lagi aku hanya bisa tercenung. Antara sedih dan bingung, entah mana yang benar. (nama telah disamarkan)
Teman – teman pembaca yang budiman, sungguh semua perjalanan hidup kita telah diatur oleh Allah, bahkan kata orang pintar “jodoh, rizki dan maut itu rahasia Allah” . Tetapi sebagai manusia yang telah dilengkapi akal dan pikiran seharusnya kita bisa berfikir dengan sehat akan langkah – langkah kita, akan akibat – akibat yang akan menyertai, bukankah nafsu tidak selalu harus dimenangkan, kita harus bisa memilih mana nafsu yang bisa kita toleran mana nafsu yang harus kita lawan.
Sebagai pembaca yang budiman, marilah kita berfikir arif, tak perlu kita memvonis benar – salah seseorang, tetapi kita hanya bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain, karena pembelajaran hidup tidak harus dari pengalaman kita ,tetapi bisa kita mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman orang lain. Semoga ceritaku kali ini dapat bermakna dalam pelajaran hidup teman pembaca. Ambil sisi positifnya, tinggalkan sisi negatifnya.