Curhatan Seorang Penulis
Seorang penulis itu ....kadang kadang kalau pas kehabisan ide, akan nulis yang aneh – aneh, kadang gak bisa diterima oleh pembaca yang “budiman ”, kadang para pembaca tak jarang yang menggeutu tak jelas ketika membaca tulisan yang gak jelas juga (he...he...he...), tetapi namanya penulis kalau pengin nulis yah nulis aja, yang penting dapat menuangkan ide – idenya atau mungkin curhatan yang gak jelas, dan itu sah – sah aja hukumnya daripada disimpan terus akhirnya malah menghasilkan banyak lukisan wajah alisa jerawat kan malah bahaya, (he...he...he...), jadi intinya menulis apapaun bentuknya itu tetap karya tulis yang harus diapresiasi.
Jadi singkat cerita yah..mohon maaf kalau tulisanku kali ini dianggap tidak bermutu alias gak jelas, tetapi sesuai judulnya “curhatan seorang penulis”, yang namanya curhatan yah tetap saja isinya keluh kesah, uneg – uneg bahkan yang lebih ekstrim lagi yaitu jeritan hati, jadi baca saja curhatan ini dengan bentuk apresiasi bebas , yang penting teman – teman gak menggerutu , anggap saja iseng – iseng daripada gak ada yang dibaca, mending baca curhatanku yang sepertinya lucu tapi aslinya gak bermutu...
Diawali sore ini kenapa aku tiba- tiba ingat cinta pertamaku, awalnya sih aku hanya buka – buka album fotoku yang telah usang dimakan waktu, tapi saat kutatap sosok ganteng dipotret kami berdua tepat disebelahku, eh...aku jadi termangu – mangu sendiri khayalanku mengembara jauuuuuh menembus waktu puluhan tahun yang lalu, dan tanpa bisa kutolak dia bersama memorinya telah menari – nari diotakku.
Aku jatuh cinta mungkin sangat terlambat karena setelah memasuki bangku kuliah aku baru bisa merasakan jatuh cinta, padahal untuk diriku yang imut dan cukup encer otaknya , bahkan kata ibukupun wajahku cantik (makhlum aku anak perempuan satu – satunya) maka tak heran bila ibuku selalu bilang “anakku sing ayu dewe (anakku yang cantik sendiri) , tapi menurut teman- temanku sih aku cukup saja cantiknya gak lebih , (entah yang benar siapa ibuku atau temanku, yang jelas cantik kan relatif jadi aku gak peduli penilaian siapa yang paling bener).
Aku ditaksir cowok pertama kali saat aku kelas 3 SMP , waktu itu aku kan masih remaja awal yang belum bisa dandan yah, mungkin bahkan inguskupun belum mampu kubersihin dengan bener tapi kenapa kok sudah ada yang naksir , bayangin 3 orang sekaligus lho (pasti karena aku baik hati, pintar dan tidak sombong atau jangan jangan bener kata ibuku kalau aku itu ayu ).
Cowok pertama teman satu kelasku namanya Dani, terus kakak kelasku namanya Nanang dan yang terakhir parah dan diluar nalarku, guruku bahasa indonesia (padahal kalo boleh kuhitung umurnya beda sekitar 7 – 8 tahun), namanya pak Yanto. Tapi entah kenapa aku gak ada yang suka padahal semuanya sangat baik, mungkin karena aku masih kecil yah.
Selanjutnya ketika aku masuk SMK ada beberapa teman satu angkatan walaupun beda jurusan yang juga naksir, akupun belum tergerak untuk membuka pintu hatiku, aku masih merasa asing dengan kata cinta, walaupun teman – teman satu kelasku banyak yang cerita bahwa punya pacar itu enak, dan akupun sungguh tak tertarik aku terlalu nyaman dengan keluargaku yang penuh perhatian dan sahabat sahabatku yang sayang aku, jadi untuk urusan cinta sungguh gak masuk dalam hitunganku, sampai akhirnya ketika aku kelas 3 dan selesai ujian tanpa kutahu darimana asalnya tiba – tiba saja ada yang melamar aku, pemuda sunda namanya Dudung, seorang tentara dengan pangkat sertu teman kakak sepupuku, dan sungguh lamaran aak Dudung sanggup membuatku ketakutan sampai aku lari (minggat) ke rumahku oomku (adik bungsu ibuku) untuk berlindung. Dan atas jasa om Bari lah akhirnya ibuku bisa memberi pengertian pada sertu Dudung bahwa aku masih ingin melanjutkan kuliah, kalau mau menunggu disilahkan, tapi tidak untuk waktu dekat, dan herannya sertu Dudung bersedia menunggu bahkan menawari untuk membiayai kuliahku, dan ini sungguh membuatku marah dan tersinggung karena sepertinya ibuku memberi lampu hijau, akhirnya aku minggat dari rumah untuk kedua kalinya, lagi – lagi rumah oom Bari yang menjadi tujuanku.
Waktu kuliah di semester awal aku belum ketemu cintaku, aku masih mahasiswi yang rajin kuliah, dan nilaiku pun pantas untuk dibanggakan, sampai akhirnya aku ketemu dengan kakak tingkat satu tahun persis diatasku. Orangnya ganteng, jangkung, cuek tapi perhatiannya sangat luar biasa padaku. Entah darimana mulainya yang jelas ketika aku bertemu dengannya akan porak poranda hatiku, jantungku berdegup kencang, nafasku sesak dan bicarapun seperti orang gagu. Parah kan, mahasiswi yang katanya pintar ini ternyata jadi mati kutu bila harus berhadapan dengan pangeran ganteng yang bernama :ADI.
Hari pertama, sampai minggu pertama, dan akhirnya menginjak bulan pertama perasaan kacau itu masih membelenguku, tetapi alhamdulillah setelah bulan kedua akhirnya aku bisa memanage hatiku. Malu kan bila harus ah uh ah uh...bila komunikasi dengan sitampan. He..he..he...ternyata perlahan tapi pasti badaipun telah berlalu (maksudnya badai hatiku....).Pangeran ganteng yang bernama ADI dan telah kuberi kehormatan menjadi matahariku ini sungguh luar biasa perhatiannya, kalau tidak mau dibilang terlalu amat sangat menjagaku (kata orang posesif).
Hari – hari kujalani dengan si tampan dengan ceria, dan sangat – sangat kebetulan sekali tempat kost kamipun juga berdekatan. Tiada hari tanpa si tampan, kami berangkat kuliah bersama selalu (walaupun dengan berjalan kaki tapi tetap indah). Satu yang sangat disayangkan dari mas ADI, sikapnya yang cukup posesif itu sangat mengganggu, apalagi di kampus aku cukup banyak didekati cowok – cowok , gak teman mas ADI ataupun teman satu angkatanku , itu yang kadang selalu membuat dia uring – uringan, padahal mas ADI yang populer itu sendiri banyak dikerumuni cewek cantik, bahkan kadang banyak yang datang ke tempat kostnya dengan beribu alasan, dan aku selalu punya toleransi yang tinggi untuknya (dan perasaan itu yang tidak dipunyai mas ADI).
Hingga pada suatu hari....ketika kami harus KKN (kebetulan kami mengambil mata kuliahnya bersamaan , karena aku yang pintar ini selalu tepat waktu dalam menyelesaikan SKS, sedang mas ADI setiap semester selalu ada mata kuliah yang mengulang), dan kami tidak ditempatkan dalam satu wilayah. Di tempat KKN aku dipilih sebagai sekretaris sedang ketuanya anak FPMIPA namanya Budi. Budi sosok yang pendiam cenderung alim, kalau bersalaman dengan yang bukan muhrimnya tangannya tidak mau menyentuh bahkan kalau berbicara dengan lawan jenis memandangpun dia tak mau, tapi aneh kenapa dia bisa naksir aku yah padahal dia kan gak pernah memandangku (atau mungkin diam- diam Budi suka mencuri pandang), nah loh itu kan dosa juga he..he...
Dan satu lagi ada mahasiswa namanya AGI anak Fakultas Bahasa jurusan bahasa inggris tetapi sikapnya masih kekanak- kanakan (mungkin dikarenakan dia terlahir sebagai anak bungsu dikeluarganya), parahnya juga naksir aku, sehingga ada kejadian lucu, pas aku ijin untuk pulang ke tempat kost untuk ambil baju (padahal sudah dijadwal kalau pulang kos harus gantian tidak boleh bareng) eh..paginya ketika aku mau balik ke tempat KKN didepan pintu gerbang sudah menunggu 2 motor jemputan, satunya Budi satunya Agi. Bingung kan mau ikut yang mana, karena jelas aku takut menyinggung perasaan mereka berdua apabila ada yang kutolak, untung pangeran tampanku juga pulang akhirnya aku diantar mas ADI.
Dalam perjalananmenuju tempat lokasi KKN bisa ditebak, mas ADI sepanjang jalan yang kami lewati memberi kuliah gratis, jangan suka kasih perhatian palsu, jangan sok baik, jangan tebar pesona, dan masih banyak jangan lagi (aduh mak....gak punya perasaan banget nih cowokku perut belum sarapan otak sudah dijejali nasehat akibat cemburu buta). Dan aku hanya manggut- manggut saja Dalam hati aku hanya mengeluh tega amat pacarku ini kenapa gak nawarin aku sarapan atau paling tidak tanya donk sudah makan belum, aduuuuh capek deh.
Hari – hari berikutnya bisa ditebak mas ADI mulai gencar sms, telepon dan sungguh itu sangat mengganggu, amat sangat mengganggu (aneh apa dia gak ada kerjaan yah ditempatnya KKN kok sepertinya santai banget, padahal ditempatku jadwal begitu padat. Pagi berkunjung ke ibu – ibu PKK, sore kegiatan bersama karang taruna, malam kadang datang ke pengajian atau memberi bimbingan belajar pada adik – adik di kampung).Seperti saat itu ketika aku sedang musyawarah dalam acara pembentukan panitia cerdas cermat , aku sama teman – teman dipilih jadi ketua, sedang sekretaisnya Agi, eh..tiba – tiba Hpku sudah menjerit – jerit minta diangkat, ada panggilan. Dan tahu kan bagaimana pandangan teman – teman, semua dengan serentak memandangku dengan seribu pikiran yang tak mungkin dapat kuterjemahkan satu persatu. Terlalu sulit.
Kedekatanku dengan Budi semakin tidak bisa dihindari, karena seusai KKN pun aku harus tetap menjalin komunikasi dengannya untuk membuat laporan. Budi yang tidak terlalu ganteng tapi simpatik , Budi yang santun, Budi yang cool, Budi yang alim , Budi yang selalu mengingatkan agar aku tidak lupa mengerjakan kewajibanku sebagai muslimah untuk sholat tepat waktu, bahkan kadang dan bahkan sering sms hanya untuk menanyakan apa aku sudah makan , atau mengingatkan agar jangan tidur terlalu malam, ternyata diam – diam telah memberikan rasa sensasi tersendiri dalam hatiku.
Seperti saat pagi ini ketika Budi belum sms, aku merasa ada yang kehilangan dalam hariku, ada yang kurang entah apa itu, dan aku menjadi tak bersemangat dalam menyelesaikan hariku. Tetapi bila aku dapat sms darinya walau hanya berupa kalimat pendek “ jangan lupa sebelum kuliah makan dulu”, sungguh sanggup membuat semangatku menjadi meningkat drastis, seakan aku baru saja minum suplemen atau vitamin penambah vitalitas tubuh.
Begitupun dengan sikap Budi yang sudah mulai tidak kaku lagi, dia sudah berani menatapku bila sedang bicara walau tidak lama, bahkan kadang aku pura – pura tidak sengaja menepuk bahunya untuk sekedar menampilkan perasaan terkejut atau percaya dengan usulan yang disampaikan (memang kusengaja), dan ekspresi Budi bisa ditebak dia kebingungan dan kaget. LUCU itu yang kutangkap, dan aku hanya bisa terbahak dalam hati (ha...ha....rasain lu), tapi setelah itu aku bertanya dalam hati, dosa gak yah atas apa yang kulakukan tadi, bisa – bisa aku disejajarkan dengan setan, karena telah menmgusik kealiman seorang muslim yang beriman ( aduh naudzu billa mindalik, jangan sampai deh, cukup iblis saja yang dibuang karena telah mengganggu dan menipu nabi Hawa untuk makan buah kuldi).
Siang yang terik itu aku sedang menyusuri jalan menuju ke tempat kost, disampingku cowokku yang ganteng mas ADI, tiba- tiba dari depan arah berlawanan berlari gadis cantik teman satu angkatan mas ADI, aku biasa memanggilnya teh Lilis, dengan manja dia minta diantar mas ADI ke perpustakaan kampus. Sejenak mas ADI seperti kebingungan, tetapi aku yang bijaksana mulai menunjukkan sikap toleransiku agar mas ADI menemani teh Lilis (aku tahu betul teh Lilis sangat menyukai mas ADI). Dan cowok gantengku yang harusnya bisa menjaga perasaanku dengan menolak ajakan teh Lilis itu malah mengucapkan terimakasih atas pengertian yang kuberikan (gila aku tak habis pikir dan hanya bisa mengangkat bahu, masa bodoh), tapi bukannya aku yah yang memberi ijin kenapa harus kecewa. Aku menepuk jidatku sendiri untuk menghibur diri.
Rasa tak nyaman mulai kurasakan dengan dahsyat dihatiku bila aku berduaan dengan mas ADI, perasaan dag dig der yang dulu kupunya perlahan mulai sirna, entah menguap kemana, padahal cowokku, matahariku mas ADI masih ganteng, masih ngetop, masih sayang bahkan teramat sayang, sampai – sampai saking sayangnya jadi posesif, membatasi pergaulanku, membatasi semua aktivitasku, dengan harapan semakin kecil aku berhubungan dengan teman – teman cowok yang lain, sedangkan dia dengan toleransiku yang tinggi semakin populer aja, banyak fansnya, dan aku tidak cemburu (menurut buku pintar tanda – tanda memudarnya perasaan cinta bila sudah tak mempunyai perasaan cemburu lagi), bener gak sih, ah tak tahulah.
Sedangkan pesona Budi semakin bebas menjelajah isi hatiku, dan sampai akhirnya aku tak mampu lagi untuk berpaling, aku begitu membutuhkan sosok kalm itu, aku membutuhkan sosok alim itu, aku membutuhkan sosok yang selalu penuh perhatian itu (bukan perhatian yang mengikat dengan melarangku ini itu), tetapi perhatian kecil hanya mengingatkan agar aku tepat waktu dalam beribadah, tidak telat makan, dan akhir – akhir ini malah minta agar aku menjaga kecantikanku dari tatapan nafsu yang membahayakan dengan menutup auratku dengan minta aku memakai kerudung, tidak memaksa, katanya iman seseorang itu naik turun, tetapi tidak ada salahnya kalau aku mencoba, dan aneh akupun mencobanya, yang kurasakan damaiiiii luar biasa.
Itu ternyata awal dan akhir dari kebersamaanku dengan mas ADI, dia tak setuju aku memakai kerudung, menutup rapat semua aura yang memancarkan kecantikan fisikku, katanya aku tidak fashionable, dan aku tetap pada pendirianku, keputusan yang kuambil aku ingin lepas dari mas ADI dengan baik – baik. Mas ADI tidak terima, katanya dia terlalu mencintaiku, dia tidak bisa kalau harus putus denganku, tetapi keputusanku telah bulat, aku harus menyudahi semuanya, aku menganggap mas ADI sebagai kakak dan sahabat terbaikku untuk dimasa depan nanti.
Selanjutnya darimana asalnya, darimana mulainya aku tidak tahu, tiba- tiba saja tanpa ada prosesi acara penembakan hati, aku sudah menjadi pasangan BUDI. Dengan gentelmen setelah kami wisuda , dia memberanikan diri untuk melamarku, dan tanpa ragu akupun menerimanya, dan kami memulai kehidupan rumah tangga kami dari nol. Sama – sama mencari pekerjaan, sama – sama meniti karir, dan kini dikehidupan kami telah lahir putri – putri yang cantik, yang kami didik menjadi anak yang taat pada agama dan orang tuanya.
Sedangkan mas ADI yang ganteng yang belum lulus ketika aku sudah lulus itu ternyata juga sudah berkeluarga dengan adik kelasku, mahasiswi cantik dan kaya raya, namanya Hesti. Setelah menikah mereka tinggal di kampung halaman mas ADI di Malang, dan alhamdulillah telah dikarunia putra yang ganteng mirip papanya : mas ADI (kata teman – teman kuliah yang sudah tahu anaknya mas ADI bilang kalau putra semata wayangnya ganteng persis INDO), syukur deh .
Dan Kemarin pas ada acara reuni akbar di Bandung, aku datang bersama suami tercinta mas Budi dan ketiga putriku, tetapi mas Budi dan putriku tidak ikut hadir diacara reuni, mereka hanya mengantar , mereka kembali ke hotel tempat kami menginap untuk berlibur. Dan yang tidak bisa terelakkan peretemuanku dengan siganteng mas ADI, yang tidak lagi ganteng, aku trenyuh dengan kondisnya, ingin aku menangis tanda prihatin dan empati akan apa yang telah menimpahnya. Mas ADI badannya kurus, gigihnya hampir rontok karena digerogoti penyakit Diabet yang menyerangnya, kulitnya keriput seakan menggambarkan betapa kerasnya kehidupan yang telah ia lalui, tatapan matanya keluh, tanpa semangat.
Mas Adi seakan melonjak kegirangan ketika diberitahui Herman sahabat kami akan kehadiranku, dengan bersemangat dia berlalri menghampiriku, dijabatnya dengan erat tanganku, lama....seakan tak ingin dilepasnya, Aku tersenyum manis, senyum yang sama yang selalu kuberikan padanya. Dia berguman lirih “ Kamu semakin matang, semakin cantik dik”. Lagi – lagi aku hanya dapat tersenyum, akhirnya kami ngobrol , dan tahulah aku kenapa mas ADI jadi seperti ini, ternyata istrinya yang cantik dan kaya raya itu telah mengkhianati , dia meninggalkan mas ADI dan membawa pergi anak semata wayangnya. Aku termangu sedih. Tak tahu harus menghibur dengan cara apa.
Usai reuni aku dijemput suamiku tercinta mas Budi , suami yang tidak setampan mas ADI tetapi mempunyai banyak lautan kebaikan itu, kutuntun beserta ketiga putriku, kukenalkan pada mas ADI, mereka berangkulan, saling menguatkan. Aku tersenyum bahagia, dan diam – diam dalam hati aku berdoa “Yah Tuhan terimakasih atas berkah yang telah kau berikan pada hamba MU ini”.
Teman – teman pembaca yang baik, semoga dengan selesainya membaca curhatanku ini, teman – teman bisa menarik kesimpulan, teman – teman bisa belajar dari pengalamanku, dan yang terpenting teman – teman tahu alasanku menulis curhatanku menjadi sebuah cerita, yang insya Allah akan menjadi bermutu karena ada pembelajaran hidup, ada yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan langkah, bahwa tak selamanya kemewahan duniawi dapat menghasilkan kebahagiaan, tetapi mungkin dari kesederhanaan dan motivasi untuk menjadi lebih baik yang dapat menundukkan kehidupan.
Terimakasih kuucapkan pada teman – teman yang telah mngapresiasi tulisanku “CURHATAN SEORANG PENULIS”.
Medio Maret 2014
Penulis yang sedang bersyukur
Seorang penulis itu ....kadang kadang kalau pas kehabisan ide, akan nulis yang aneh – aneh, kadang gak bisa diterima oleh pembaca yang “budiman ”, kadang para pembaca tak jarang yang menggeutu tak jelas ketika membaca tulisan yang gak jelas juga (he...he...he...), tetapi namanya penulis kalau pengin nulis yah nulis aja, yang penting dapat menuangkan ide – idenya atau mungkin curhatan yang gak jelas, dan itu sah – sah aja hukumnya daripada disimpan terus akhirnya malah menghasilkan banyak lukisan wajah alisa jerawat kan malah bahaya, (he...he...he...), jadi intinya menulis apapaun bentuknya itu tetap karya tulis yang harus diapresiasi.
Jadi singkat cerita yah..mohon maaf kalau tulisanku kali ini dianggap tidak bermutu alias gak jelas, tetapi sesuai judulnya “curhatan seorang penulis”, yang namanya curhatan yah tetap saja isinya keluh kesah, uneg – uneg bahkan yang lebih ekstrim lagi yaitu jeritan hati, jadi baca saja curhatan ini dengan bentuk apresiasi bebas , yang penting teman – teman gak menggerutu , anggap saja iseng – iseng daripada gak ada yang dibaca, mending baca curhatanku yang sepertinya lucu tapi aslinya gak bermutu...
Diawali sore ini kenapa aku tiba- tiba ingat cinta pertamaku, awalnya sih aku hanya buka – buka album fotoku yang telah usang dimakan waktu, tapi saat kutatap sosok ganteng dipotret kami berdua tepat disebelahku, eh...aku jadi termangu – mangu sendiri khayalanku mengembara jauuuuuh menembus waktu puluhan tahun yang lalu, dan tanpa bisa kutolak dia bersama memorinya telah menari – nari diotakku.
Aku jatuh cinta mungkin sangat terlambat karena setelah memasuki bangku kuliah aku baru bisa merasakan jatuh cinta, padahal untuk diriku yang imut dan cukup encer otaknya , bahkan kata ibukupun wajahku cantik (makhlum aku anak perempuan satu – satunya) maka tak heran bila ibuku selalu bilang “anakku sing ayu dewe (anakku yang cantik sendiri) , tapi menurut teman- temanku sih aku cukup saja cantiknya gak lebih , (entah yang benar siapa ibuku atau temanku, yang jelas cantik kan relatif jadi aku gak peduli penilaian siapa yang paling bener).
Aku ditaksir cowok pertama kali saat aku kelas 3 SMP , waktu itu aku kan masih remaja awal yang belum bisa dandan yah, mungkin bahkan inguskupun belum mampu kubersihin dengan bener tapi kenapa kok sudah ada yang naksir , bayangin 3 orang sekaligus lho (pasti karena aku baik hati, pintar dan tidak sombong atau jangan jangan bener kata ibuku kalau aku itu ayu ).
Cowok pertama teman satu kelasku namanya Dani, terus kakak kelasku namanya Nanang dan yang terakhir parah dan diluar nalarku, guruku bahasa indonesia (padahal kalo boleh kuhitung umurnya beda sekitar 7 – 8 tahun), namanya pak Yanto. Tapi entah kenapa aku gak ada yang suka padahal semuanya sangat baik, mungkin karena aku masih kecil yah.
Selanjutnya ketika aku masuk SMK ada beberapa teman satu angkatan walaupun beda jurusan yang juga naksir, akupun belum tergerak untuk membuka pintu hatiku, aku masih merasa asing dengan kata cinta, walaupun teman – teman satu kelasku banyak yang cerita bahwa punya pacar itu enak, dan akupun sungguh tak tertarik aku terlalu nyaman dengan keluargaku yang penuh perhatian dan sahabat sahabatku yang sayang aku, jadi untuk urusan cinta sungguh gak masuk dalam hitunganku, sampai akhirnya ketika aku kelas 3 dan selesai ujian tanpa kutahu darimana asalnya tiba – tiba saja ada yang melamar aku, pemuda sunda namanya Dudung, seorang tentara dengan pangkat sertu teman kakak sepupuku, dan sungguh lamaran aak Dudung sanggup membuatku ketakutan sampai aku lari (minggat) ke rumahku oomku (adik bungsu ibuku) untuk berlindung. Dan atas jasa om Bari lah akhirnya ibuku bisa memberi pengertian pada sertu Dudung bahwa aku masih ingin melanjutkan kuliah, kalau mau menunggu disilahkan, tapi tidak untuk waktu dekat, dan herannya sertu Dudung bersedia menunggu bahkan menawari untuk membiayai kuliahku, dan ini sungguh membuatku marah dan tersinggung karena sepertinya ibuku memberi lampu hijau, akhirnya aku minggat dari rumah untuk kedua kalinya, lagi – lagi rumah oom Bari yang menjadi tujuanku.
Waktu kuliah di semester awal aku belum ketemu cintaku, aku masih mahasiswi yang rajin kuliah, dan nilaiku pun pantas untuk dibanggakan, sampai akhirnya aku ketemu dengan kakak tingkat satu tahun persis diatasku. Orangnya ganteng, jangkung, cuek tapi perhatiannya sangat luar biasa padaku. Entah darimana mulainya yang jelas ketika aku bertemu dengannya akan porak poranda hatiku, jantungku berdegup kencang, nafasku sesak dan bicarapun seperti orang gagu. Parah kan, mahasiswi yang katanya pintar ini ternyata jadi mati kutu bila harus berhadapan dengan pangeran ganteng yang bernama :ADI.
Hari pertama, sampai minggu pertama, dan akhirnya menginjak bulan pertama perasaan kacau itu masih membelenguku, tetapi alhamdulillah setelah bulan kedua akhirnya aku bisa memanage hatiku. Malu kan bila harus ah uh ah uh...bila komunikasi dengan sitampan. He..he..he...ternyata perlahan tapi pasti badaipun telah berlalu (maksudnya badai hatiku....).Pangeran ganteng yang bernama ADI dan telah kuberi kehormatan menjadi matahariku ini sungguh luar biasa perhatiannya, kalau tidak mau dibilang terlalu amat sangat menjagaku (kata orang posesif).
Hari – hari kujalani dengan si tampan dengan ceria, dan sangat – sangat kebetulan sekali tempat kost kamipun juga berdekatan. Tiada hari tanpa si tampan, kami berangkat kuliah bersama selalu (walaupun dengan berjalan kaki tapi tetap indah). Satu yang sangat disayangkan dari mas ADI, sikapnya yang cukup posesif itu sangat mengganggu, apalagi di kampus aku cukup banyak didekati cowok – cowok , gak teman mas ADI ataupun teman satu angkatanku , itu yang kadang selalu membuat dia uring – uringan, padahal mas ADI yang populer itu sendiri banyak dikerumuni cewek cantik, bahkan kadang banyak yang datang ke tempat kostnya dengan beribu alasan, dan aku selalu punya toleransi yang tinggi untuknya (dan perasaan itu yang tidak dipunyai mas ADI).
Hingga pada suatu hari....ketika kami harus KKN (kebetulan kami mengambil mata kuliahnya bersamaan , karena aku yang pintar ini selalu tepat waktu dalam menyelesaikan SKS, sedang mas ADI setiap semester selalu ada mata kuliah yang mengulang), dan kami tidak ditempatkan dalam satu wilayah. Di tempat KKN aku dipilih sebagai sekretaris sedang ketuanya anak FPMIPA namanya Budi. Budi sosok yang pendiam cenderung alim, kalau bersalaman dengan yang bukan muhrimnya tangannya tidak mau menyentuh bahkan kalau berbicara dengan lawan jenis memandangpun dia tak mau, tapi aneh kenapa dia bisa naksir aku yah padahal dia kan gak pernah memandangku (atau mungkin diam- diam Budi suka mencuri pandang), nah loh itu kan dosa juga he..he...
Dan satu lagi ada mahasiswa namanya AGI anak Fakultas Bahasa jurusan bahasa inggris tetapi sikapnya masih kekanak- kanakan (mungkin dikarenakan dia terlahir sebagai anak bungsu dikeluarganya), parahnya juga naksir aku, sehingga ada kejadian lucu, pas aku ijin untuk pulang ke tempat kost untuk ambil baju (padahal sudah dijadwal kalau pulang kos harus gantian tidak boleh bareng) eh..paginya ketika aku mau balik ke tempat KKN didepan pintu gerbang sudah menunggu 2 motor jemputan, satunya Budi satunya Agi. Bingung kan mau ikut yang mana, karena jelas aku takut menyinggung perasaan mereka berdua apabila ada yang kutolak, untung pangeran tampanku juga pulang akhirnya aku diantar mas ADI.
Dalam perjalananmenuju tempat lokasi KKN bisa ditebak, mas ADI sepanjang jalan yang kami lewati memberi kuliah gratis, jangan suka kasih perhatian palsu, jangan sok baik, jangan tebar pesona, dan masih banyak jangan lagi (aduh mak....gak punya perasaan banget nih cowokku perut belum sarapan otak sudah dijejali nasehat akibat cemburu buta). Dan aku hanya manggut- manggut saja Dalam hati aku hanya mengeluh tega amat pacarku ini kenapa gak nawarin aku sarapan atau paling tidak tanya donk sudah makan belum, aduuuuh capek deh.
Hari – hari berikutnya bisa ditebak mas ADI mulai gencar sms, telepon dan sungguh itu sangat mengganggu, amat sangat mengganggu (aneh apa dia gak ada kerjaan yah ditempatnya KKN kok sepertinya santai banget, padahal ditempatku jadwal begitu padat. Pagi berkunjung ke ibu – ibu PKK, sore kegiatan bersama karang taruna, malam kadang datang ke pengajian atau memberi bimbingan belajar pada adik – adik di kampung).Seperti saat itu ketika aku sedang musyawarah dalam acara pembentukan panitia cerdas cermat , aku sama teman – teman dipilih jadi ketua, sedang sekretaisnya Agi, eh..tiba – tiba Hpku sudah menjerit – jerit minta diangkat, ada panggilan. Dan tahu kan bagaimana pandangan teman – teman, semua dengan serentak memandangku dengan seribu pikiran yang tak mungkin dapat kuterjemahkan satu persatu. Terlalu sulit.
Kedekatanku dengan Budi semakin tidak bisa dihindari, karena seusai KKN pun aku harus tetap menjalin komunikasi dengannya untuk membuat laporan. Budi yang tidak terlalu ganteng tapi simpatik , Budi yang santun, Budi yang cool, Budi yang alim , Budi yang selalu mengingatkan agar aku tidak lupa mengerjakan kewajibanku sebagai muslimah untuk sholat tepat waktu, bahkan kadang dan bahkan sering sms hanya untuk menanyakan apa aku sudah makan , atau mengingatkan agar jangan tidur terlalu malam, ternyata diam – diam telah memberikan rasa sensasi tersendiri dalam hatiku.
Seperti saat pagi ini ketika Budi belum sms, aku merasa ada yang kehilangan dalam hariku, ada yang kurang entah apa itu, dan aku menjadi tak bersemangat dalam menyelesaikan hariku. Tetapi bila aku dapat sms darinya walau hanya berupa kalimat pendek “ jangan lupa sebelum kuliah makan dulu”, sungguh sanggup membuat semangatku menjadi meningkat drastis, seakan aku baru saja minum suplemen atau vitamin penambah vitalitas tubuh.
Begitupun dengan sikap Budi yang sudah mulai tidak kaku lagi, dia sudah berani menatapku bila sedang bicara walau tidak lama, bahkan kadang aku pura – pura tidak sengaja menepuk bahunya untuk sekedar menampilkan perasaan terkejut atau percaya dengan usulan yang disampaikan (memang kusengaja), dan ekspresi Budi bisa ditebak dia kebingungan dan kaget. LUCU itu yang kutangkap, dan aku hanya bisa terbahak dalam hati (ha...ha....rasain lu), tapi setelah itu aku bertanya dalam hati, dosa gak yah atas apa yang kulakukan tadi, bisa – bisa aku disejajarkan dengan setan, karena telah menmgusik kealiman seorang muslim yang beriman ( aduh naudzu billa mindalik, jangan sampai deh, cukup iblis saja yang dibuang karena telah mengganggu dan menipu nabi Hawa untuk makan buah kuldi).
Siang yang terik itu aku sedang menyusuri jalan menuju ke tempat kost, disampingku cowokku yang ganteng mas ADI, tiba- tiba dari depan arah berlawanan berlari gadis cantik teman satu angkatan mas ADI, aku biasa memanggilnya teh Lilis, dengan manja dia minta diantar mas ADI ke perpustakaan kampus. Sejenak mas ADI seperti kebingungan, tetapi aku yang bijaksana mulai menunjukkan sikap toleransiku agar mas ADI menemani teh Lilis (aku tahu betul teh Lilis sangat menyukai mas ADI). Dan cowok gantengku yang harusnya bisa menjaga perasaanku dengan menolak ajakan teh Lilis itu malah mengucapkan terimakasih atas pengertian yang kuberikan (gila aku tak habis pikir dan hanya bisa mengangkat bahu, masa bodoh), tapi bukannya aku yah yang memberi ijin kenapa harus kecewa. Aku menepuk jidatku sendiri untuk menghibur diri.
Rasa tak nyaman mulai kurasakan dengan dahsyat dihatiku bila aku berduaan dengan mas ADI, perasaan dag dig der yang dulu kupunya perlahan mulai sirna, entah menguap kemana, padahal cowokku, matahariku mas ADI masih ganteng, masih ngetop, masih sayang bahkan teramat sayang, sampai – sampai saking sayangnya jadi posesif, membatasi pergaulanku, membatasi semua aktivitasku, dengan harapan semakin kecil aku berhubungan dengan teman – teman cowok yang lain, sedangkan dia dengan toleransiku yang tinggi semakin populer aja, banyak fansnya, dan aku tidak cemburu (menurut buku pintar tanda – tanda memudarnya perasaan cinta bila sudah tak mempunyai perasaan cemburu lagi), bener gak sih, ah tak tahulah.
Sedangkan pesona Budi semakin bebas menjelajah isi hatiku, dan sampai akhirnya aku tak mampu lagi untuk berpaling, aku begitu membutuhkan sosok kalm itu, aku membutuhkan sosok alim itu, aku membutuhkan sosok yang selalu penuh perhatian itu (bukan perhatian yang mengikat dengan melarangku ini itu), tetapi perhatian kecil hanya mengingatkan agar aku tepat waktu dalam beribadah, tidak telat makan, dan akhir – akhir ini malah minta agar aku menjaga kecantikanku dari tatapan nafsu yang membahayakan dengan menutup auratku dengan minta aku memakai kerudung, tidak memaksa, katanya iman seseorang itu naik turun, tetapi tidak ada salahnya kalau aku mencoba, dan aneh akupun mencobanya, yang kurasakan damaiiiii luar biasa.
Itu ternyata awal dan akhir dari kebersamaanku dengan mas ADI, dia tak setuju aku memakai kerudung, menutup rapat semua aura yang memancarkan kecantikan fisikku, katanya aku tidak fashionable, dan aku tetap pada pendirianku, keputusan yang kuambil aku ingin lepas dari mas ADI dengan baik – baik. Mas ADI tidak terima, katanya dia terlalu mencintaiku, dia tidak bisa kalau harus putus denganku, tetapi keputusanku telah bulat, aku harus menyudahi semuanya, aku menganggap mas ADI sebagai kakak dan sahabat terbaikku untuk dimasa depan nanti.
Selanjutnya darimana asalnya, darimana mulainya aku tidak tahu, tiba- tiba saja tanpa ada prosesi acara penembakan hati, aku sudah menjadi pasangan BUDI. Dengan gentelmen setelah kami wisuda , dia memberanikan diri untuk melamarku, dan tanpa ragu akupun menerimanya, dan kami memulai kehidupan rumah tangga kami dari nol. Sama – sama mencari pekerjaan, sama – sama meniti karir, dan kini dikehidupan kami telah lahir putri – putri yang cantik, yang kami didik menjadi anak yang taat pada agama dan orang tuanya.
Sedangkan mas ADI yang ganteng yang belum lulus ketika aku sudah lulus itu ternyata juga sudah berkeluarga dengan adik kelasku, mahasiswi cantik dan kaya raya, namanya Hesti. Setelah menikah mereka tinggal di kampung halaman mas ADI di Malang, dan alhamdulillah telah dikarunia putra yang ganteng mirip papanya : mas ADI (kata teman – teman kuliah yang sudah tahu anaknya mas ADI bilang kalau putra semata wayangnya ganteng persis INDO), syukur deh .
Dan Kemarin pas ada acara reuni akbar di Bandung, aku datang bersama suami tercinta mas Budi dan ketiga putriku, tetapi mas Budi dan putriku tidak ikut hadir diacara reuni, mereka hanya mengantar , mereka kembali ke hotel tempat kami menginap untuk berlibur. Dan yang tidak bisa terelakkan peretemuanku dengan siganteng mas ADI, yang tidak lagi ganteng, aku trenyuh dengan kondisnya, ingin aku menangis tanda prihatin dan empati akan apa yang telah menimpahnya. Mas ADI badannya kurus, gigihnya hampir rontok karena digerogoti penyakit Diabet yang menyerangnya, kulitnya keriput seakan menggambarkan betapa kerasnya kehidupan yang telah ia lalui, tatapan matanya keluh, tanpa semangat.
Mas Adi seakan melonjak kegirangan ketika diberitahui Herman sahabat kami akan kehadiranku, dengan bersemangat dia berlalri menghampiriku, dijabatnya dengan erat tanganku, lama....seakan tak ingin dilepasnya, Aku tersenyum manis, senyum yang sama yang selalu kuberikan padanya. Dia berguman lirih “ Kamu semakin matang, semakin cantik dik”. Lagi – lagi aku hanya dapat tersenyum, akhirnya kami ngobrol , dan tahulah aku kenapa mas ADI jadi seperti ini, ternyata istrinya yang cantik dan kaya raya itu telah mengkhianati , dia meninggalkan mas ADI dan membawa pergi anak semata wayangnya. Aku termangu sedih. Tak tahu harus menghibur dengan cara apa.
Usai reuni aku dijemput suamiku tercinta mas Budi , suami yang tidak setampan mas ADI tetapi mempunyai banyak lautan kebaikan itu, kutuntun beserta ketiga putriku, kukenalkan pada mas ADI, mereka berangkulan, saling menguatkan. Aku tersenyum bahagia, dan diam – diam dalam hati aku berdoa “Yah Tuhan terimakasih atas berkah yang telah kau berikan pada hamba MU ini”.
Teman – teman pembaca yang baik, semoga dengan selesainya membaca curhatanku ini, teman – teman bisa menarik kesimpulan, teman – teman bisa belajar dari pengalamanku, dan yang terpenting teman – teman tahu alasanku menulis curhatanku menjadi sebuah cerita, yang insya Allah akan menjadi bermutu karena ada pembelajaran hidup, ada yang bisa dijadikan acuan dalam menentukan langkah, bahwa tak selamanya kemewahan duniawi dapat menghasilkan kebahagiaan, tetapi mungkin dari kesederhanaan dan motivasi untuk menjadi lebih baik yang dapat menundukkan kehidupan.
Terimakasih kuucapkan pada teman – teman yang telah mngapresiasi tulisanku “CURHATAN SEORANG PENULIS”.
Medio Maret 2014
Penulis yang sedang bersyukur