BAB II
KAJIAN TEORITIS
- Kreativitas
Kreativitas
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan
diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia .
Pada dasarnya setiap orang dilahirkan di
dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi
(ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
1.
Pengertian
Kreativitas.
Kreativitas dipandang dari segi psikhologis menurut
Horrance et al (Ratih, 2009:17), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menemukan cara – cara baru bagi pemecahan problema-problema baik yang berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya, yang mengandung makna suatu hasil atau pendekatan yang sama sekali
baru bagi yang bersangkutan. meskipun bagi orang lain merupakan suatu hal yang
tidak asing lagi.
Guilfrod (dalam
Munandar 2009) menyatakan kreativitas
merupakan kemampuan berfikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam – macam
alternative jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya. Sedangkan
menurut Rogers (dalam Zulkarnain,2002) menyatakan kreativitas merupakan kecenderungan –
kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai kemampuan dirinya
2.
Ciri – ciri Kreativitas
Guilfrod
( dalam Munandar :2009) mengemukakan cirri – cirri kreativitas sebagai berikut :
- Kelancaran berfikir (Fluency of thinking) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir , yang ditekankan adalah kuantitas dan bukan kualitas.
b.
Keluwesan berfikir (Flexibility) yaitu kemampuan
untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban
– jawaban atau pertanyaan – pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda – beda, mencari cara atau alternative yang berbeda - beda, serta mampu
menggunakan bermacam – macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreativ
adalah orang yang luwes dalam berfikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan
cara berfikir lama dan menggantikannya dengan cara berfikir yang baru.
- Elaborati (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail - detail suatu objek , gagasan atau situasi sehingga menjadi menarik.
- Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
3.
Bentuk – Bentuk Kreativitas
Bentuk – bentuk kreativitas pada anak taman
kanak – kanak (anak usia dini )
dikemukakan oleh Ratih (2009) terdiri dari : (a) gagasan, (b)Sikap , (c)
Karya.
a.
Gagasan
Gagasan adalah pemikiran yang menghasilkan timbulnya konsep yang
menghasilkan berbagai macam pengetahuan. Menurut Ratih (2009) gagasan dibagi
menjadi atas (a) berpikir luwes, (b) berpikir orisinil, (c) berpikir terperinci
, (d) berpikir menghubungkan kemampuan.
b.
Sikap
Sikap adalah perilaku yang dihasilkan oleh seseorang, Ratih (2009)
mengatakan bahwa sikap dibagi menjadi : (1) Rasa ingin tahu, (2)Kesediaan untuk
menjawab, (3) Keterbukaan , (4) Berani mengambil resiko dan (5)Percaya diri.
c.
Karya
Karya adalah sesuatu yang
dihasilkan oleh seseorang.Ratih (2009) mengatakan bahwa karya dapat dibagi
menjadi:
a.Permainan.
b.Berani memodifikasi berbagai permainan.
c.Mampu menyususn berbagai bentuk permainan.
d.Karangan anak ( tulisan maupun menggambar).
e.Mampu menyususn karangan berupa tulisan atau cerita.
f.Mampu menggambar sesuatu yang baru atau memodifikasi
gambaran yang anak buat.
4.
Faktor – factor yang yang mempengaruhi
perkembangan kreatifitas
Hurlock (1982) mengemukakan beberapa
kondisi yang mempengaruhi kreativitas yaitu (a) waktu, (b) kesempatan
menyendiri ,(c) dorongan, (d) sarana belajar dan bermain, (e) lingkungan yang
merangsang, (f)hubungan orang tua ,(g)cara mendidik anak ,(h)kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan.
a. Waktu
artinya untuk menjadi kreatif, kegiatan anak tidak diatur/ dibatasi karena anak akan sulit bermain – main dengan
gagasan dan konsep serta mencoba dalam
bentuk baru.
b. Kesempatan
menyendiri artinya anak akan menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari
kelompok social.
c. Dorongan
artinya orang tua / guru sebaiknya dapat member motivasi pada anak, bukan
mengejek kelemahan anak.
d. Sarana belajar dan bermain untuk merangsang
dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsure penting dan kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang artinya lingkungan
rumah atau sekolah harus mampu memberikan bimbingan dan dorongan untuk memotivasi
anak.
f. Cara
mendidik anak, artinya cara mendidik yang demokratis dan permisif akan dapat
meningkatkan kreativitas anak, sebaliknya yang otoriter dapat memadamkan
kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan artinya
semakin banyak pengetahuan akan semakin baik dasar anak untuk mengembangkan
kreativitas anak.
- Menggambar
1.
Pengertian Menggambar
Menggambar sebagai salah satu bentuk seni
yang diberikan pada anak usia dini (Taman Kanak – Kanak ) Aktivitas menggambar
dimaknai untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak agar kemampuan
logika dan emosinya tumbuh berkembang dengan seimbang.
Visualisasi tindakan kreativ mampu
terungkap dalam karya seni atau hasil dari imajinasi yang dimiliki anak..Pengalaman
atau peristiwa yang dialami anak tersebut , dirasa dan diolah dalam bentuk
imajinasi sebagai langkah awal tindak
kreatif (belum direalisasikan ) .
Sesuai dengan pendapat Rohidi (2000:120)
bahwa dunia seni adalah dunia imajinasi , maka sudah pada tempatnyalah apabila
anak menceritakan imajinasinya itu kedalam bentuk suatu karya seni yaitu dengan
menggambar..
Menggambar bagi anak adalah bentuk dari
hasil pengalaman ekspresi dan imajinasinya yang kreatif. Dalam menggambar
bentuk ekspresi emosional adalah ungkapan kebebasan dan demokrasi berfikir,
berkreasi, dan bertindak positif. Lebih mengutamakan kepentingan ungkapan
fungsi jiwa yang menekankan pada proses kegiatan untuk mengembangkan kepribadian.
Menggambar adalah kegiatan – kegiatn membentuk imajinasi dengan
menggunakan banyak pilihan tehnik dan alat.bisa pula menggambar mempunyai arti
membuat tanda – tanda tertentu diatas
permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar (Wikipedia Indonesia :2009)
Melalui menggambar anak dapat merefleksikan
kebutuhan jiwa dan fisiknya (gerakan tangan ) sehingga begitu banyak manfaat
dari menggambar. Secara leluasa anak
dapat memilih media yang akan dipakai ,sehingga melalui menggambar mereka
mempunyai kesempatan bereksplorasi terhadap media tersebut.
Secara visual anak dapat
mengkomunikasikan permainan dan cerita yang dibangun melalui ekspresi,
imajinasi dan kreasinya sehingga bentuk
- bentuk gambar mereka sebenarnya
adalah symbol yang dimaknai sebagi bentuk gagasan yang imajinatif dan
kreatif. Yang secara kognitif
membutuhkan binaan. Melalui menggambar
anak dapat merefleksikan kebutuhan jiwa
dan fisiknya , karena untuk anak TK, gambar adalah bentuk komunikasi yang divisualkan.
2.
Pengajaran Menggambar di TK
Pengajaran menggambar (bagian dari aspek seni
) bertujuan supaya anak mempunyai kemampuan dasar untuk mengekspresikan diri
dengan menggunakan berbagai media (Depdiknas 2004:25). Berarti bahwa dalam
pengajaran menggambar digunakan pendekatan yang berbasis anak (student centered
) dengan tipe demokratis.
Melalui tahapan – tahapan dalam
pembelajaran menggambar di taman kanak – kanak sesuai dengan kurikulum 2004 yang dilakukan dengan
pendekatan tema dapat disampaikan pada anak disesuaikan dengan situasi dan
kondisi atau lingkungan setempat. Sajian
tema sebagai materi pembelajaran menggambar tidak lepas dari tujuan membina
fungsi – fungsi jiwa anak yaitu kreasi, imajinasi dan ekspresi dengan tidak
terlepas dari fungsi ketrampilannya. (dalam hal ini spontanitas dalam
menggores).
Dapat disimpulkan disini dalam proses
belajar menggambar yang mencakup berbagai tema sesuai dengan kurikulum TK
bertujuan untuk memenuhi kepentingan perkembangan potensi anak. tersirat
didalamnya yaitu pembentukan fungsi jiwa anak dalam bentuk karya gambarnya.
- Konseling Kelompok dengan pendekatan behavioristik
Pandangan
behavioristik menekankan bahwa
pola – pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan
(reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan
(enviornmentalistik) , Dengan demikian
perubahan perilaku (behavior change) dapat terjadi. dalam konteks
pandangan behaviorisme , dapat
dinyatakan bahwa praktek pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat
stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola- pola perilaku (seperangkat
response) tertentu. Prestasi belajar (achievement) dalam term –term pengetahuan
(penalaran), sikap (penghayatan), dan ketrampilan (pengamalan), merupakan
indicator – indicator atau manifestasi dari perubahan dan perkembangan perilaku
yang dimaksud.
1.
Pengertian Pendekatan behavioristik
Pendekatan behavioristik adalah merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Teori kaum Behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar ,karena
seluruh perilaku manusia adalah hasil dari
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organize sebagai pengaruh
lingkungan .Behavioris hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku – perilaku
dikendalikan oleh lingkungan.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum – hukum
mekalistik. Stimulus tidak lain adalah
lingkungan belajar , baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak , berupa reaksi fisik
terhadap stimulans.
Menurut (
Vitalis : 2010 : 38) perubahan perilaku dalam behavioristik itu harus
diusahakan melalui suatu proses belajar (learning) atau belajar kembali (relearning)
yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu proses konseling
dipandang sebagai suatu proses pendidikan (an educational proceses) yang
terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar perilaku baru
dan dengan demikian mengatasi berbagai macam permasalahan. Penekanan pendekatan
behavioristik ini adalah perubahan tingkah laku setelah proses belajar.
2.
Teori Belajar Behavioristik
Teori Belajar behavioristk adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu menjadi berkembang menjadi aliran psikhologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristk. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar . Tokoh – tokoh
aliran behavioristik :
a.
Edward Lee Thorndike : Teori Koneksionisme.
Menurut Thorndike ,belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi -
asosiasi antara peristiwa–peristiwa
yang disebut stimulus (S) dengan Respon
®
b.
Burrhus Frederic Skinner.
Skinner mengatakan bahwa
sumber terpenting dalam
belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi 2 ; penguatan positif (reward)
dan penguatan negative (punishment).
c.
Robert Gadgne (Modern Neobehaviouris)
Gadgne mendorong guru untuk merencanakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar
dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar pembentukan
kemampuan yang paling tinggi dalam hirarki ketrampilan intelektual. Belajar
dimulai dari hal yang
paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks.
3 . Prinsip Kerja Tehnik Behavioristik.
1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan . Agar anak
terdorong untuk merubah tingkah
lakunya , penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistimatis dan nyata – nyata ditampilkan melalui tingkah
laku anak.
2. Mengurangi frekuensi
berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
3. Memberikan penguatan terhadap respon yang akan mengakibatkan
terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
4. Mengkondisikan pengubahan
tingkah laku melalui pemberian contoh atau model .
5. Merencanakan prosesdur pemberian penguatan tingkah laku yang
diinginkan dengan system kontrak (perjanjian).
4.Implikasi Dalam Pembelajaran
Kegiatan Menggambar
Aplikasi teori belajar behavioristik terhadap kegiatan menggambar di
taman kanak – kanak adalah bahwa guru harus memperhatikan beberapa hal :
1. Mementingkan
pengaruh lngkungan.
2. Mementingkan
bagian- bagian.
3. Mementingkan
peranan reaksi.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
melalui prosedur Stmulus – Respon ( S – R).
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui
latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori behavioristik guru akan
menyusun program (bahan pembelajaran) dalam bentuk yang sudah siap. Guru tidak
banyak mem,beri ceramah tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh – contoh ,
sedangkan materi pelajaran disusun dari
yang paling sederhana menuju yang kompleks. Pembelajaran berorientasi pada
hasil belajar yang dapat diukur dan
diamati. Dalam kegiatan menggambar
adalah yang diukur adalah hasil karya
anak. Tujuan pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan
tertentu, dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah kreativitas
anak dalam menggambar. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan (kreativitas ) anak akhirnya dapat menjadi kebiasaan. Hasil belajar
yang diinginkan dalam pendekatan behavioristik adalah terbentuknya suatu
perilaku yang diinginkan yaitu kreativitas menggambar. Perilaku yang sesuai
dengan indicator kreativitas akan mendapatkan penguatan positif berupa bintang
(*).
6.Tujuan
Konseling Behavioristik
Tujuan dari konseling behavioral adalah menghapus
atau menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan tingkah
laku adaptif sesuai keinginan klien (anak).
Adapun langkah – langkah konseling behavioral adalah sebagai berikut
(dikutip dari : http://djejak-pro.blogspot.com/2011/03
/pendekatan -behaviorisme-dalam -konseling.html)
1.Assesment yaitu mengeksplorasi
dinamika perkembangan anak. Pembimbing menolong anak untuk mengemukakan keadaan yang
sebenarnya pada saat itu, meliputi : kesuksesan dan kegagalan, kekuatan dan
kelemahan, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya.
2 Goal setting : langkah untuk merumuskan
tujuan konseling.
3
Tencnique implementation yaitu menentukan dan melaksanakan tehnik
konseling yang akan digunakan
untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
4
Evaluation termination : melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan
mengarah dan mencapai hasil sesuai tujuan konseling.
5
Feedback : memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses konseling.
7.Keunggulan Pendekatan Behavioristik.
Proses belajar
mengajar baru akan berhasil apabila guru
/pembimbing mampu mengetahui
karakteristik siswa saat mengikuti
proses belajar mengajar. Teori behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar yaitu perubahan tingkah
laku yang dapat dilihat . Hasil belajar
diperoleh dari proses penguatan atau
respon yang muncul terhadap stimulus yang diberikan pembimbing/guru.
Menurut Pavlo dalam
umar (1995:195) bahwa yang menjadi keunggulan dalam pendekatan behavioristik ,
yaitu pandangan yang menekankan peranan stimulus (rangsangan) terhadap perilaku seperti dalam classical
conditioning atau respondent learning,
peranan dari dampak atau balikan dari sesuatu perilaku. menekankan peranan
pengamatan dan imitasi. Dalam pendekatan behavioristik mengutamakan unsur – unsur atau bagian kecil,
yang bersifat mekanistis , menekankan pada peranan linkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, serta
menekankan pentingnya latihan.(dikutipdari:http://yudagmelaar.blogspot.com..2011/07.pendekatan
behavioristik.html
- Kerangka Pemikiran
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioristik
|
Indikator Kreativitas menggambar
:
|
Kreativitas Seni (Menggambar ) Anak TK
|
E Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yamg telah diuraikan
diatas , maka peneliti mempunyai
hipotesis sebagai berikut ada
peningkatan kreativitas seni (menggambar) melalui konseling kelompok dengan
pendekatan behavioristik pada anak TK Negeri Pembina Kawedanan pada tahun ajaran
2011 – 2012.