Sabtu, 14 Juli 2012

Kreativitas Menggambar TK


BAB II
KAJIAN TEORITIS

  1.  Kreativitas
     Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia . Pada dasarnya  setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. 

1.             Pengertian  Kreativitas.
                  Kreativitas  dipandang dari segi psikhologis menurut Horrance et al (Ratih, 2009:17), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan cara – cara baru bagi pemecahan problema-problema baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra, atau seni lainnya, yang mengandung makna  suatu hasil atau pendekatan yang sama sekali baru bagi yang bersangkutan. meskipun bagi orang lain merupakan suatu hal yang tidak asing lagi.
     Guilfrod (dalam Munandar  2009) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan berfikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam – macam alternative jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya. Sedangkan menurut Rogers (dalam Zulkarnain,2002) menyatakan  kreativitas merupakan kecenderungan – kecenderungan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sesuai kemampuan dirinya

2.             Ciri – ciri Kreativitas
Guilfrod  ( dalam Munandar :2009) mengemukakan cirri – cirri kreativitas    sebagai berikut :
    1. Kelancaran berfikir (Fluency of thinking) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berfikir , yang ditekankan adalah kuantitas dan bukan kualitas.
b.    Keluwesan berfikir (Flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide,  jawaban – jawaban atau pertanyaan – pertanyaan  yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda – beda, mencari cara atau alternative yang berbeda - beda, serta mampu menggunakan bermacam – macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreativ adalah orang yang luwes dalam berfikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berfikir lama dan menggantikannya dengan cara berfikir yang baru.
    1. Elaborati (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail - detail suatu objek , gagasan atau situasi sehingga menjadi menarik.
    2. Originalitas (originality),  yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

3.             Bentuk – Bentuk Kreativitas
Bentuk – bentuk kreativitas pada anak taman kanak – kanak (anak usia dini )      dikemukakan oleh Ratih (2009) terdiri dari : (a) gagasan, (b)Sikap , (c) Karya.

a.      Gagasan
Gagasan adalah pemikiran yang menghasilkan timbulnya konsep yang menghasilkan berbagai macam pengetahuan. Menurut Ratih (2009) gagasan dibagi menjadi atas (a) berpikir luwes, (b) berpikir orisinil, (c) berpikir terperinci , (d) berpikir menghubungkan kemampuan.
b.      Sikap
Sikap adalah perilaku yang dihasilkan oleh seseorang, Ratih (2009) mengatakan bahwa sikap dibagi menjadi : (1) Rasa ingin tahu, (2)Kesediaan untuk menjawab, (3) Keterbukaan , (4) Berani mengambil resiko dan (5)Percaya diri.
c.       Karya
Karya adalah  sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang.Ratih (2009) mengatakan bahwa karya dapat dibagi menjadi:
a.Permainan.
b.Berani memodifikasi berbagai permainan.
c.Mampu menyususn berbagai bentuk permainan.
d.Karangan anak ( tulisan maupun menggambar).
e.Mampu menyususn karangan berupa tulisan atau cerita.
f.Mampu menggambar sesuatu yang baru atau memodifikasi gambaran yang anak buat.

4.             Faktor – factor yang yang mempengaruhi perkembangan kreatifitas
Hurlock (1982) mengemukakan beberapa kondisi yang mempengaruhi kreativitas yaitu (a) waktu, (b) kesempatan menyendiri ,(c) dorongan, (d) sarana belajar dan bermain, (e) lingkungan yang merangsang, (f)hubungan orang tua ,(g)cara mendidik anak ,(h)kesempatan untuk memperoleh pengetahuan.
a.  Waktu artinya untuk menjadi kreatif, kegiatan anak tidak diatur/ dibatasi  karena anak akan sulit bermain – main dengan gagasan  dan konsep serta mencoba dalam bentuk baru.
b.  Kesempatan menyendiri artinya anak akan menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari kelompok social.
c.  Dorongan artinya orang tua / guru sebaiknya dapat member motivasi pada anak, bukan mengejek kelemahan anak.
d. Sarana belajar dan bermain untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsure penting dan kreatif.
e. Lingkungan yang merangsang artinya lingkungan rumah atau sekolah harus mampu memberikan bimbingan dan dorongan untuk memotivasi anak.
f.   Cara mendidik anak, artinya cara mendidik yang demokratis dan permisif akan dapat meningkatkan kreativitas anak, sebaliknya yang otoriter dapat memadamkan kreativitas anak.
h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan artinya semakin banyak pengetahuan akan semakin baik dasar anak untuk mengembangkan kreativitas anak.

  1. Menggambar
1.         Pengertian Menggambar
Menggambar sebagai salah satu bentuk seni yang diberikan pada anak usia dini (Taman Kanak – Kanak ) Aktivitas menggambar dimaknai untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak agar kemampuan logika dan emosinya tumbuh berkembang dengan seimbang.
Visualisasi tindakan kreativ mampu terungkap dalam karya seni atau hasil dari imajinasi yang dimiliki anak..Pengalaman atau peristiwa yang dialami anak tersebut , dirasa dan diolah dalam bentuk imajinasi sebagai langkah awal tindak  kreatif  (belum direalisasikan ) . Sesuai dengan pendapat  Rohidi (2000:120) bahwa dunia seni adalah dunia imajinasi , maka sudah pada tempatnyalah apabila anak menceritakan imajinasinya itu kedalam bentuk suatu karya seni yaitu dengan menggambar..
Menggambar bagi anak adalah bentuk dari hasil pengalaman ekspresi dan imajinasinya yang kreatif. Dalam menggambar bentuk ekspresi emosional adalah ungkapan kebebasan dan demokrasi berfikir, berkreasi, dan bertindak positif. Lebih mengutamakan kepentingan ungkapan fungsi jiwa yang menekankan pada proses kegiatan untuk mengembangkan  kepribadian.  Menggambar adalah kegiatan – kegiatn membentuk imajinasi dengan menggunakan banyak pilihan tehnik dan alat.bisa pula menggambar mempunyai arti membuat tanda – tanda tertentu  diatas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar (Wikipedia Indonesia :2009)
Melalui menggambar anak dapat merefleksikan kebutuhan jiwa dan fisiknya (gerakan tangan ) sehingga begitu banyak manfaat dari menggambar. Secara leluasa  anak dapat memilih media yang akan dipakai ,sehingga melalui menggambar mereka mempunyai kesempatan bereksplorasi terhadap media tersebut.
Secara visual anak dapat mengkomunikasikan permainan dan cerita yang dibangun melalui ekspresi, imajinasi dan kreasinya sehingga bentuk  - bentuk  gambar mereka sebenarnya adalah symbol yang dimaknai sebagi bentuk gagasan yang imajinatif dan kreatif.  Yang secara kognitif membutuhkan binaan.  Melalui menggambar anak dapat merefleksikan kebutuhan  jiwa dan fisiknya , karena untuk anak TK, gambar adalah bentuk komunikasi yang divisualkan.

2.         Pengajaran Menggambar di TK
Pengajaran menggambar (bagian dari aspek seni ) bertujuan supaya anak mempunyai kemampuan dasar untuk mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media (Depdiknas 2004:25). Berarti bahwa dalam pengajaran menggambar digunakan pendekatan yang berbasis anak (student centered ) dengan tipe demokratis.
Melalui tahapan – tahapan dalam pembelajaran menggambar di taman kanak – kanak sesuai dengan  kurikulum 2004 yang dilakukan dengan pendekatan tema dapat disampaikan pada anak disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau  lingkungan setempat. Sajian tema sebagai materi pembelajaran menggambar tidak lepas dari tujuan membina fungsi – fungsi jiwa anak yaitu kreasi, imajinasi dan ekspresi dengan tidak terlepas dari fungsi ketrampilannya. (dalam hal ini spontanitas dalam menggores).
Dapat disimpulkan disini dalam proses belajar menggambar yang mencakup berbagai tema sesuai dengan kurikulum TK bertujuan untuk memenuhi kepentingan perkembangan potensi anak. tersirat didalamnya yaitu pembentukan fungsi jiwa anak dalam bentuk karya gambarnya.

  1. Konseling Kelompok dengan pendekatan behavioristik
                  Pandangan  behavioristik menekankan  bahwa pola – pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (enviornmentalistik) , Dengan demikian  perubahan perilaku (behavior change) dapat terjadi. dalam konteks pandangan  behaviorisme , dapat dinyatakan bahwa praktek pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha  conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan pula menghasilkan pola- pola perilaku (seperangkat response) tertentu. Prestasi belajar (achievement) dalam term –term pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan ketrampilan (pengamalan), merupakan indicator – indicator atau manifestasi dari perubahan dan perkembangan perilaku yang dimaksud.

1.      Pengertian Pendekatan behavioristik
Pendekatan behavioristik adalah merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.  Teori kaum Behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar ,karena seluruh perilaku manusia adalah hasil dari  belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organize sebagai pengaruh lingkungan .Behavioris hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku – perilaku dikendalikan oleh lingkungan.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum – hukum mekalistik.  Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar , baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak , berupa reaksi fisik terhadap stimulans.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Menurut  ( Vitalis : 2010 : 38) perubahan perilaku dalam behavioristik itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar (learning) atau belajar kembali (relearning) yang berlangsung selama proses konseling. Oleh karena itu proses konseling dipandang sebagai suatu proses pendidikan (an educational proceses) yang terpusat pada usaha membantu dan kesediaan dibantu untuk belajar perilaku baru dan dengan demikian mengatasi berbagai macam permasalahan. Penekanan pendekatan behavioristik ini adalah perubahan tingkah laku setelah proses belajar.

2.      Teori Belajar Behavioristik
Teori Belajar behavioristk adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu menjadi berkembang menjadi aliran psikhologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristk. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar . Tokoh – tokoh aliran behavioristik :
a.             Edward Lee Thorndike : Teori Koneksionisme.
Menurut Thorndike ,belajar merupakan peristiwa    terbentuknya   asosiasi -  asosiasi antara  peristiwa–peristiwa yang disebut stimulus (S)  dengan Respon ®
b.             Burrhus Frederic Skinner.
Skinner  mengatakan  bahwa  sumber  terpenting  dalam     belajar  adalah   penguatan.  Maksudnya  adalah   pengetahuan  yang  terbentuk    melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi  penguatan   ini menjadi  2 ; penguatan positif  (reward)  dan penguatan negative (punishment).

c.    Robert Gadgne (Modern  Neobehaviouris)
Gadgne mendorong guru untuk merencanakan instruksional   pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.     Ketrampilan      paling rendah menjadi dasar pembentukan kemampuan yang paling tinggi dalam hirarki ketrampilan intelektual.  Belajar  dimulai dari  hal   yang     paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks.

3 .  Prinsip Kerja Tehnik Behavioristik.
1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan . Agar anak terdorong     untuk merubah tingkah lakunya , penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistimatis dan nyata – nyata ditampilkan melalui tingkah laku anak.
2.  Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
3. Memberikan penguatan terhadap respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
4.  Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model .
5. Merencanakan prosesdur pemberian penguatan tingkah laku yang diinginkan dengan system kontrak (perjanjian).


          4.Implikasi Dalam Pembelajaran Kegiatan Menggambar
Aplikasi teori belajar behavioristik terhadap kegiatan menggambar di taman kanak – kanak adalah bahwa guru harus memperhatikan beberapa hal :
1.  Mementingkan pengaruh lngkungan.
2.  Mementingkan bagian- bagian.
3.  Mementingkan peranan reaksi.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur Stmulus – Respon ( S – R).
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah  terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori behavioristik guru akan menyusun program (bahan pembelajaran) dalam bentuk yang sudah siap. Guru tidak banyak mem,beri ceramah tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh – contoh , sedangkan  materi pelajaran disusun dari yang paling sederhana menuju yang kompleks. Pembelajaran berorientasi pada hasil belajar  yang dapat diukur dan diamati.  Dalam kegiatan menggambar adalah  yang diukur adalah hasil karya anak. Tujuan pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu,  dalam penelitian ini  tujuan yang ingin dicapai adalah kreativitas anak dalam menggambar. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan (kreativitas ) anak akhirnya dapat menjadi kebiasaan. Hasil belajar yang diinginkan dalam pendekatan behavioristik adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan yaitu kreativitas menggambar. Perilaku yang sesuai dengan indicator kreativitas akan mendapatkan penguatan positif berupa bintang (*).

        6.Tujuan Konseling Behavioristik
Tujuan dari konseling behavioral adalah menghapus atau menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan tingkah laku adaptif sesuai keinginan klien (anak).  Adapun langkah – langkah konseling behavioral adalah sebagai berikut (dikutip dari : http://djejak-pro.blogspot.com/2011/03 /pendekatan -behaviorisme-dalam -konseling.html)
           1.Assesment  yaitu mengeksplorasi dinamika perkembangan anak. Pembimbing menolong   anak untuk mengemukakan keadaan yang sebenarnya pada saat itu, meliputi : kesuksesan dan kegagalan, kekuatan dan kelemahan, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya.
      2   Goal setting : langkah untuk merumuskan tujuan konseling.
           3 Tencnique implementation yaitu menentukan dan melaksanakan   tehnik  konseling yang    akan digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan  yang menjadi tujuan konseling.
      4 Evaluation termination : melakukan kegiatan penilaian apakah  kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai tujuan konseling.
           5 Feedback : memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

7.Keunggulan  Pendekatan Behavioristik.
            Proses belajar mengajar  baru akan berhasil apabila guru /pembimbing  mampu mengetahui karakteristik  siswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Teori behavioristik sangat menekankan pada  hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku  yang dapat dilihat . Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan  atau respon yang muncul terhadap stimulus yang diberikan pembimbing/guru.
            Menurut Pavlo dalam umar (1995:195) bahwa yang menjadi keunggulan dalam pendekatan behavioristik , yaitu pandangan yang menekankan peranan stimulus  (rangsangan) terhadap  perilaku seperti dalam classical conditioning  atau respondent learning, peranan dari dampak atau balikan dari sesuatu perilaku. menekankan peranan pengamatan dan imitasi. Dalam pendekatan behavioristik  mengutamakan unsur – unsur atau bagian kecil, yang bersifat mekanistis , menekankan pada peranan linkungan, mementingkan pembentukan  reaksi atau respon, serta menekankan pentingnya latihan.(dikutipdari:http://yudagmelaar.blogspot.com..2011/07.pendekatan behavioristik.html

  1.  Kerangka Pemikiran
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioristik
Indikator Kreativitas menggambar :
  1. Originality (keaslian).
  2. Flexibilitas (keluwesan)
  3. Fluency (Kelancaran).
  4. Elaborati (keterperincian)

Kreativitas Seni (Menggambar ) Anak TK
 
  1.  
















E Hipotesis Penelitian
               Berdasarkan landasan teori  dan kerangka pemikiran yamg telah diuraikan diatas , maka peneliti mempunyai  hipotesis sebagai berikut  ada peningkatan kreativitas seni (menggambar) melalui konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik pada anak TK Negeri Pembina Kawedanan pada tahun ajaran 2011 – 2012.