BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan baca-tulis merupakan
modal utama bagi murid. Dengan bekal kemampuan baca tulis, murid dapat
mempelajari ilmu lain; dapat mengkomunikasikan gagasannya; dan dapat
mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan
mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, maupun untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.
Namun, modal utama yang penting ini, masih belum merata dimiliki para murid.
Banyak murid yang masih belum dapat membaca dan menulis.
Sementara itu, para guru Taman Kanak-Kanak (TK) masih
berkutat tentang perlu tidaknya murid TK untuk diajari baca-tulis. Sekolah
Dasar juga membeda-bedakan murid yang telah dan belum pandai membaca dan
menulis. Kecenderungan tersebut misalnya tampak dengan adanya pengelompokan
anak yang sudah dan belum pandai membaca dan menulis. Perlakuan itu menimbulkan
kekhawatiran bagi sebagian orang tua dan para guru TK, karena anak didiknya
ditempatkan dalam kelompok yang belum pandai membaca dan menulis. Untuk
memenuhi tuntutan masyarakat, tumbuh kecenderungan baru berupa pengajaran
baca-tulis di TK sebagai persiapan memasuki kelas satu Sekolah Dasar. Padahal,
menurut kurikulum, murid TK hanya mendapatkan materi pelajaran yang sifatnya
persiapan/mengenal materi pelajaran dalam suasana bermain. Hal ini disesuaikan
dengan karakteristik perkembangan jiwa murid TK. Jadi, kalaupun baca tulis
diajarkan, hendaknya hal tersebut dilakukan dalam suasana yang penuh keceriaan
dan kegembiraan, sesuai dengan perkembangan jiwanya. Para
pakar pendidikan bahasa negara barat telah mensinyalir adanya kecenderungan
pengajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan jiwa anak seperti
itu di negara mereka. Mereka mengatakan bahwa kita tidak dapat menerapkan
metode baca-tulis untuk anak SD di Taman Kanak-Kanak.
Oleh karena itu pengajaran membaca harus selalu
bertolak dari konteks dan penggunaan bahasa yang dapat diterima siswa, dan
bukan dengan memberikan kata-kata tanpa konteks dan pengertian. Demikian juga
dengan mengajarkan menulis, kritik terhadap cara mengajarkan keterampilan
menulis (hand-writing) dengan jalan menyalin, mencontoh dan sebagainya,
dikemukakan oleh Goodman dan kawan-kawan (1986) sebagai upaya yang sia-sia
saja. Mereka berpendapat bahwa pengajaran literasi bukan hanya belajar
membunyikan dan menuliskan huruf-huruf dengan cara merangkai-rangkainya
melainkan upaya mengembangkan kemampuan literasi (baca-tulis) yang berdasar
kepada kemampuan berbahasa.
Bagi para ahli
literasi dari negara maju, pengembangan
kemampuan literasi berarti mengembangkan kognitif anak yang berhubungan dengan
kemampuan berbahasa. Dalam hal ini baca-tulis hanya sebagai sarana anak dalam
mengemukakan perasaan dan pikiran yang
telah berkembang seiring dengan perkembangan bahasa mereka. Dengan kata lain
belajar membaca dan menulis (dalam arti kemampuan mekanik) merupakan
konsekuensi dari pengembangan kemampuan berbahasa. Selanjutnya, pemaknaan
terhadap bacaan dan tulisan (construction of meaning) yang ada di sekeliling
anak merupakan hasil dari sosialisasi anak dengan lingkungannya.
Di lain pihak, peneliti mengamati bahwa pengembangan
literasi yang dilaksanakan di Indonesia
selama ini lebih berarti pada mengajarkan baca-tulis dengan pengertian
mengajarkan sistem/mekanisme atau cara membunyikan, menuliskan dan merangkai
huruf menjadi kalimat yang diberikan oleh guru atau buku pelajaran membaca/menulis.
Dengan demikian kebebasan anak mengembangkan kemampuan berbahasa melalui bacaan
yang ada dan mengemukakan perasaan dan pikiran mereka melalui tulisan, sangat
terbatas.
Gambaran mengenai implikasi dari pandangan para ahli
literasi di negara maju dapat kita lihat di kelas-kelas rendah dan pendidikan
pra-sekolah seperti misalnya di Eropa, Amerika dan Australia. Salah satu kegiatan
tersebut adalah dengan memberikan kegiatan membaca melalui gambar-gambar yang
menarik yang berada disekitar anak dan sudah di kenal oleh anak. Kegiatan
membaca gambar diyakini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dan
mengajarkan baca-tulis. Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan berbagai
gamabar yang dapat dibuat langsung oleh guru maupun gambar jadi yang banyak
disediakan di toko-toko. Gambar yang
digunakan merupakan kreasi gambar yang berkarakteristik khusus yang dibesarkan,
baik teks maupun gambarnya, untuk memungkinkan terjadinya kegiatan membaca
bersama (shared reading) antara guru dan murid. Gambar ini mempunyai karakteristik
khusus seperti penuh dengan warna-warni, gambarnya menarik dan sudah dikenal
oleh anak, kata menggunakan huruf kecil dan berwarna,.
Namun, strategi pengajaran membaca dengan menggunakan gambar belum bisa dilaksanakan secara
maksimal, mengingat strategi ini banyak menggunakan gambar-gambar yang menarik,
sehingga apabila guru tidak kreatif dalam pengadaan gambar akan merasa
kesulitan.Untuk itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) terhadap
penerapan strategi membaca gambar yang berlandaskan akar budaya Indonesia;
serta menciptakan berbagai gambar yang sesuai dengan perkembangan mental murid (developmentally appropriate practice)
dan materi yang berada disekitar anak.
B. Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis kegiatan apakah yang dapat dilakukan guru
dalam pelaksanaan strategi membaca gambar…?
2.
Bagaimana membuat gambar dan tulisan yang sesuai dengan
lingkungan dan perkembangan anak di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Nguntoronadi
Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan…….?
3.
Bagaimana menerapkan Strategi membaca gambar tersebut
di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Nguntoronadi Kec.Nguntoronadi Kab.
Magetan………….?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan mengembangkan strategi pengajaran dengan menggunakan media gambar
dan kata serta mencari alternatif penerapannya di Taman Kanak-Kanak Dharma
Wanita Nguntoronadi Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan. Di samping itu tujuan lain
dari penelitian ini adalah menambah alternatif media pengajaran bahasa yang
sesuai dengan situasi dan kondisi Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Nguntoronadi
Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis
mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1.Memberikan kegiatan membaca dan
menulis yang menyenangkan bagi
anak
usia taman kanak-kanak sehingga kegiatan membaca menjadi
kegiatayangmenyenangkanbagianak-anak. . 2.Menambah pengetahuan dan wawasan penulis
tentang peranan guru taman
kanak- kanak dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa
3.Sumbangan pemikiran bagi guru taman kanak-kanak dalam mengajar
Dan meningkatkan pemahaman siswa
belajar membaca
4.Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sumber belajar yang dapat
memberikan manfaat bagi siswa.
5.Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan kemampuan siswa.
F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelompok B taman kanak-kanak Dharma Wanita NguntoronadiKec.
Nguntoronadi Kab. Magetan
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret tahun ajaran 2009/2010
3. Materi yang disampaikan adalah pokok
bahasan membaca