Sabtu, 30 Mei 2020

Mengembangkan Kemampuan berbahasa anak dengan Permainan TEPUK



Mengembangkan Kemampuan berbahasa anak dengan Permainan TEPUK

            Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dipandang sesuai dengan pola kerja otak karena membahas satu tema dari berbagai konsep dan aspek perkembangan. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering  disebut masa keemasan (golden age) dalam perkembangan kehidupan anak. Ini artinya masa / periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kecerdasan , kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa , sosio  emosional dan spiritual. Untuk itu perlu dukungan belajar yang kondusif  bagi perkembangan potensi anak dan berbagai permainan  yang dirancang secara sengaja (intentionally)  dengan maksud agar anak meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar. 
Ada beberapa aspek perkembangan yang harus dicapai anak dalam kegiatan pelaksanaan program di TK , aspek – aspek tersebut yaitu perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial emosional, perkembangan moral dan nilai agama dan perkembangan seni. Program pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan  perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma- norma dan nilai – nilai kehidupan yang dianut. Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu  mengembangkan  potensi yang dimilikinya baik dari segi fisik, motorik, bahasa , emosional dan agama.   
Perkembangan bahasa merupakan salah satu perkembangan anak yang sangat penting dan harus diperhatikan  sejak dini. Karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan  dapat meningkatkan kemampuan – kemampuan yang  lain. Bahasa merupakan segala bentuk atau sarana komunikasi  dengan menyimbolkan  pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain, termasuk didalamnya tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan seni. Dalam Permendikbud No 137 tahun 2014 pasal 10 (5) telah dijelaskan bahwa ‘ Bahasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a.    Memahami bahasa reseptif , mencakup kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan.
b.    Mengeskpresikan bahasa , mencakup kemampuan bertanya , menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lesan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan persaan, ide dan keinginan dalam bentuk coretan, dan
c.    Keaksaraan mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.
       Kemampuan berbahasa  merupakan kemampuan  individu  dalam menguasai kosa kata , ucapan, gramatikal,  dan etika pengucapannya  dalam kurun waktu  sesuai dengan perkembangan umur.  Sehingga dalam mengembangkan kemampuan  berbahasa anak, , pendidik perlu menerapkan ide – ide  yang dimilikinya dengan menggunakan berbagai strategi atau metode  dan penggunaaan media – media  yang beragam yang mendukung pembelajaran kemampuan berbahasa  anak. Dalam Permendikbud no 146 tahun 2014 pasal 5 (5) ditegaskan bahwa program pengembangan bahasa sebagaimana dimaksud  pada ayat 1 (d) mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.
Ada beberapa permasalahan yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak yang masih kurang.  Dapat terlihat jelas diantaranya ketika anak masih  kurang mampu menyambung pembicaraan dengan orang lain karena keterbatasan kosa kata,  atau  karena susah untuk mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Dan ada juga anak yang pandai bicara tapi kurang bermakna  , anak bicara tapi tidak sesuai dengan isi (content)., anak gagu cenderung malu untuk mulai berbicara atau anak pendiam yang tidak mau menyampaikan pendapat/ isi hatinya.
Maka dalam pengembangan kemampuan berbahasa  anak dengan metode  bermain tepuk,  anak akan merasa termotivasi karena anak akan merasa bersemangat dan gembira  , dengan bermain tepuk akan menambah wawasan  dengan mengenal hal – hal yang anak belum ketahui, dapat memperoleh kata – kata baru sehingga dapat memperkaya perbendaharaan kata mereka . Melalui kegiatan bermain tepuk  kreativitas dan kemampuan berimajinasi   berkembang dan akhirnya dapat mengembangkan  intelegensinya dengan baik, karena anak dapat mengucapkan  kata demi kata .
Dan bermaintepuk akan lebih berhasil guna apabila dalam bermain tepuk , anak dapat menemukan sendiri kosa katanya, dalam arti bukan materi bermain tepuk yang sudah jadi atau sudah dibuat oleh guru. Tetapi anak menemukan sendiri dengan cara merangsang kemampuan anak mengolah kata dari melihat gambar atau melihat vidio atau Cuma dari mendengar kata / cerita.
Ini tentu saja agak sulit bila anak dibiarkan sendiri untuk menggali kata yang ada di cerita, vidio , syair atau melihat gambar. Peran guru disini tetap diperlukan sebagai pembimbing untuk menemukan kata yang ada. Dalam  pengalaman penulis tentang bagaimana cara guru mengajak anak membuat tepuk hujan dengan melakukan beberapa langkah – langkah, yaitu :
1.    Anak diajak melihat gambar, sambil guru menerangkan arti gambar
2.    Anak diajak melihat vidio terjadinya hujan
3.    Anak dirangsang untuk dapat menyebutkan kata – kata yang ada dividio proses terjadinya hujan
4.    Guru menyimpan setiap kata yang disampaikan anak
5.    Guru dan anak berkolaborasi menyusun kata yang sudah ditemukan
6.    Guru dan anak bermain tepuk bersama
7.    Hasil yang dibuat anak bekerjasama dengan guru dilakukan bersama sama
8.    Tepuk Hujan
Matahari menyinari laut   prok 3x
Air laut nya menguap prok 3x
Jadilah awan mendung prok 3x
Sangat hitam sangat berat prok 3x
Lalu turunlah hujan prok 3x
Hujan rintik rintik ( jari telunjuk saling mengetuk)
Hujan deras (lima jari) prok 3x
Yess
9.    Anak makin bersemangat ketika diajak praktek langsung dengan bermain sains  membuat hujan dengan alat sederhana : toples kaca, air panas, piring kaca, es batu

10. Hasilnya pengetahuan  anak tentang hujan semakin tertanam dalam otaknya karena anak tidak hanya mendengar tetapi anak melihat, dan yang paling penting terlibat langsung baik dalam praktek sains atau membuat tepuk hujan.
11. Dalam kegiatan ini tidak hanya kemampuan berbahasa anak saja yang dikembangkan, tetapi ada NAM (anak mengenal ciptaan Tuhan : hujan), Kognitif (sains), sosem (bekerjasama) dan juga bermain tepuk (fisik motorik, seni  sekaligus bahasa)
Dalam pembelajaran daring banyak kesulitan yang dialami guru, karena pertama anak – anak ketika diberi kesempatan untuk berdiskusi ada yang malu – malu, ada yang cuma diam, ada juga yang cerita sendiri, tapi inilah seninya, Guru harus mampu memanage dengan baik, karena emosi anak yang  lama tidak bertemu dengan gurunya, banyak diekspresikan dengan macam emosi yang berbeda. Guru dan orang tua harus berkolaborasi dengan apik untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang menarik, menyenagkan dan bermakna.
Oleh : Dra. Suratiningsih
TK NEGERI PEMBINA KAWEDANAN MAGETAN