Mengembangkan
Kemampuan berbahasa anak dengan Permainan TEPUK
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dipandang sesuai
dengan pola kerja otak karena membahas satu tema dari berbagai konsep dan aspek
perkembangan. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat,
sehingga sering disebut masa keemasan
(golden age) dalam perkembangan kehidupan anak. Ini artinya masa / periode ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kecerdasan ,
kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa , sosio
emosional dan spiritual. Untuk itu perlu dukungan belajar yang
kondusif bagi perkembangan potensi anak
dan berbagai permainan yang dirancang
secara sengaja (intentionally) dengan
maksud agar anak meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman
belajar.
Ada
beberapa aspek perkembangan yang harus dicapai anak dalam kegiatan pelaksanaan
program di TK , aspek – aspek tersebut yaitu perkembangan fisik motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial emosional,
perkembangan moral dan nilai agama dan perkembangan seni. Program pendidikan
anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan
menyeluruh sesuai dengan norma- norma dan nilai – nilai kehidupan yang dianut.
Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik, anak akan mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya baik dari segi fisik, motorik, bahasa ,
emosional dan agama.
Perkembangan
bahasa merupakan salah satu perkembangan anak yang sangat penting dan harus
diperhatikan sejak dini. Karena dengan
bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan – kemampuan
yang lain. Bahasa merupakan segala
bentuk atau sarana komunikasi dengan
menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk
menyampaikan makna kepada orang lain, termasuk didalamnya tulisan, bicara,
bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan seni. Dalam Permendikbud No
137 tahun 2014 pasal 10 (5) telah dijelaskan bahwa ‘ Bahasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Memahami
bahasa reseptif , mencakup kemampuan memahami cerita, perintah, aturan,
menyenangi dan menghargai bacaan.
b. Mengeskpresikan
bahasa , mencakup kemampuan bertanya , menjawab pertanyaan, berkomunikasi
secara lesan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik,
mengekspresikan persaan, ide dan keinginan dalam bentuk coretan, dan
c. Keaksaraan
mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk
huruf, serta memahami kata dalam cerita.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan individu
dalam menguasai kosa kata , ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu sesuai dengan perkembangan umur. Sehingga dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, , pendidik perlu menerapkan
ide – ide yang dimilikinya dengan
menggunakan berbagai strategi atau metode
dan penggunaaan media – media
yang beragam yang mendukung pembelajaran kemampuan berbahasa anak. Dalam Permendikbud no 146 tahun 2014
pasal 5 (5) ditegaskan bahwa program pengembangan bahasa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (d) mencakup perwujudan suasana
untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.
Ada
beberapa permasalahan yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak yang masih
kurang. Dapat terlihat jelas diantaranya
ketika anak masih kurang mampu
menyambung pembicaraan dengan orang lain karena keterbatasan kosa kata, atau karena
susah untuk mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Dan ada juga anak yang
pandai bicara tapi kurang bermakna ,
anak bicara tapi tidak sesuai dengan isi (content)., anak gagu cenderung malu
untuk mulai berbicara atau anak pendiam yang tidak mau menyampaikan pendapat/
isi hatinya.
Maka
dalam pengembangan kemampuan berbahasa
anak dengan metode bermain tepuk,
anak akan merasa termotivasi karena anak
akan merasa bersemangat dan gembira ,
dengan bermain tepuk akan menambah wawasan
dengan mengenal hal – hal yang anak belum ketahui, dapat memperoleh kata
– kata baru sehingga dapat memperkaya perbendaharaan kata mereka . Melalui
kegiatan bermain tepuk kreativitas dan
kemampuan berimajinasi berkembang dan
akhirnya dapat mengembangkan
intelegensinya dengan baik, karena anak dapat mengucapkan kata demi kata .
Dan bermaintepuk
akan lebih berhasil guna apabila dalam bermain tepuk , anak dapat menemukan
sendiri kosa katanya, dalam arti bukan materi bermain tepuk yang sudah jadi
atau sudah dibuat oleh guru. Tetapi anak menemukan sendiri dengan cara
merangsang kemampuan anak mengolah kata dari melihat gambar atau melihat vidio
atau Cuma dari mendengar kata / cerita.
Ini
tentu saja agak sulit bila anak dibiarkan sendiri untuk menggali kata yang ada
di cerita, vidio , syair atau melihat gambar. Peran guru disini tetap
diperlukan sebagai pembimbing untuk menemukan kata yang ada. Dalam pengalaman penulis tentang bagaimana cara
guru mengajak anak membuat tepuk hujan dengan melakukan beberapa langkah –
langkah, yaitu :
1. Anak
diajak melihat gambar, sambil guru menerangkan arti gambar
2. Anak
diajak melihat vidio terjadinya hujan
3. Anak
dirangsang untuk dapat menyebutkan kata – kata yang ada dividio proses
terjadinya hujan
4. Guru
menyimpan setiap kata yang disampaikan anak
5. Guru
dan anak berkolaborasi menyusun kata yang sudah ditemukan
6. Guru
dan anak bermain tepuk bersama
7. Hasil
yang dibuat anak bekerjasama dengan guru dilakukan bersama sama
8. Tepuk
Hujan
Matahari menyinari laut prok 3x
Air laut nya menguap prok 3x
Jadilah awan mendung prok 3x
Sangat hitam sangat berat
prok 3x
Lalu turunlah hujan prok 3x
Hujan rintik rintik ( jari
telunjuk saling mengetuk)
Hujan deras (lima jari) prok
3x
Yess
9. Anak
makin bersemangat ketika diajak praktek langsung dengan bermain sains membuat hujan dengan alat sederhana : toples
kaca, air panas, piring kaca, es batu
10. Hasilnya
pengetahuan anak tentang hujan semakin
tertanam dalam otaknya karena anak tidak hanya mendengar tetapi anak melihat,
dan yang paling penting terlibat langsung baik dalam praktek sains atau membuat
tepuk hujan.
11. Dalam
kegiatan ini tidak hanya kemampuan berbahasa anak saja yang dikembangkan,
tetapi ada NAM (anak mengenal ciptaan Tuhan : hujan), Kognitif (sains), sosem
(bekerjasama) dan juga bermain tepuk (fisik motorik, seni sekaligus bahasa)
Dalam
pembelajaran daring banyak kesulitan yang dialami guru, karena pertama anak –
anak ketika diberi kesempatan untuk berdiskusi ada yang malu – malu, ada yang
cuma diam, ada juga yang cerita sendiri, tapi inilah seninya, Guru harus mampu
memanage dengan baik, karena emosi anak yang
lama tidak bertemu dengan gurunya, banyak diekspresikan dengan macam
emosi yang berbeda. Guru dan orang tua harus berkolaborasi dengan apik untuk
mendapatkan hasil pembelajaran yang menarik, menyenagkan dan bermakna.
Oleh
: Dra. Suratiningsih
TK
NEGERI PEMBINA KAWEDANAN MAGETAN
Email
: niningsuratiningsih16@gmail.com