Rabu, 04 November 2015

PERLUKAH CALISTUNG DIBERIKAN PADA ANAK TK



PERLUKAH CALISTUNG DIBERIKAN PADA ANAK TK

Program pendidikan TK/RA/AUD dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki SD/MI . Semua program pembelajaran di TK/RA diselenggarakan secara inovatif, atraktif, kreatif, menyenangkan ,menantang  dan mendorong kreativitas serta kemandirian siswa. Sedang prinsip belajar  di TK/RA didasarkan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan tetap memperhatikan perbedaan bakat, minat dan kemampuan dasar masing – masing siswa , sosial budaya serta kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar (berorientasi pada kebutuhan anak).
Menurut Prof. Suyanto bahwa pengenalan calistung ( membaca menulis, berhitung ) tidak diperkenankan untuk diajarkan secara langsung sebagai pembelajaran kepada peserta didik di TK/RA . Calistung harus dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak,   dilakukan sambil bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.
Suyanto juga menuturkan TK seharusnya hanya menciptakan lingkungan yang kaya dengan beragam bentuk keaksaraan yang akan lebih memacu kesiapan anak didiknya untuk memulai kegiatan calistung ditingkat lanjutan, yaitu SD/MI. Beliau juga menambahkan bahwa pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK/RA hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik yaitu secara berangsur – angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar ( unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar lebih dominan).
Yang tersirat dari pernyataan Prof. Suyanto tersebut diatas bahwa pelajaran membaca, menulis , berhitung (calistung) secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak usia dini dibawah tujuh tahun  (anak usia TK/RA) . Ini semua  senada dengan anggapan Piaget bahwa pada usia dibawah tujuh tahun anak belum mencapai fase operasional konkrit  . Fase itu adalah fase dimana anak – anak dianggap belum bisa berfikir terstruktur, sementara itu kegiatan belajar calistung itu sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang terstruktur sehingga tidak cocok apabila diberikan pada anak usia dibawah tujuh tahun.
Perluhkah anak TK/RA belajar calistung di sekolah ?
Persoalan membaca menulis berhitung (calistung ) diberikan pada anak TK/RA dewasa ini merupakan fenomena tersendiri. Hal ini terutama untuk orang tua yang mempunyai anak – anak usia TK. Kenyataan yang ada bahwa anak – anak TK yang akan melanjutkan sekolah ke SD favorit sudah barang tentu harus siap dan bisa calistung plus bahasa inggris (kalau dianggap perlu) , ini dikarenakan persaingan untuk masuk ke SD favorit  cukup ketat sehingga membuat pihak penyelenggara SD Favorit memberikan syarat khusus dalam bentuk tes/ seleksi dalam penerimaan murid baru. 
Secara nyata bahwa untuk saat ini penerimaan siswa baru di SD favorit sudah tidak  lagi memprioritaskan anak usia tujuh tahun tetapi sudah bergeser menjadi bentuk kelolosan seleksi / tes penerimaan murid baru. Walaupun kurikulum SD kelas satu tetap dimulai dari belajar membaca menulis permulaan , namun diakui atau tidak guru SD kelas satu sekarang lebih suka menerima calon murid kelas satu yang  “siap pakai” dalam arti sudah mampu calistung (membaca menulis berhitung ).
Kenyataan ini kontan membuat sebagaian besar orang tua murid TK menjadi panik kalau anaknya yang duduk dibangku TK belum bisa calistung, akhirnya orang tua  wali murid secara tidak langsung   mendorong sekolah – sekolah TK untuk dapat menyiapkan kegiatan calistung sebagai bagian dari kurikulumnya. Karena orang tua murid saat ini telah menjadikan calistung sebagai acuan untuk memilih TK bagi putra putrinya , ini berdampak pada TK – TK yang didalamnya tidak ada pembelajaran calistung perlahan tapi pasti akan ditinggalkan atau kurang diminati oleh para orang tua wali murid.
Taman Kanak _ Kanak (TK) yang semula diharapkan akan menjadi “TAMAN “ yang paling indah bagi anak usia dini , taman yang menyenangkan, tempat bermain dan berteman banyak sirna sudah, karena taman yang paling indah itu telah berubah menjadi taman yang menyeramkan karena banyaknya aturan – aturan dan kegiatan – kegiatan yang terstruktur yang membuat anak menjadi bosan dan takut ke sekolah.
TK telah berubah menjadi sekolah formal mini, dengan pemandangan umum yang tak lazim, anak duduk diam  mendengarkan ceramah guru, lalu melaksanakan instruksi guru, mengerjakan LKS atau buku penunjang yang telah disiapkan guru dan seterusnya. Lalu yang menjadi  pertanyaan penulis “dimana letak bermainnya ?, dimana letak kreativitas guru dalam menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang timbulnya kreativitas anak ?, Yang terjadi saat ini sejumlah teman – teman guru TK  dengan terpaksa “menekankan” kemampuan membaca menulis dan berhitung pada siswanya. Sehingga banyak teman – teman guru TK kurang optimal dalam memprioritaskan upaya merangsang dan mengembangkan potensi anak secara holistik. Padahal mestinya pendidikan di TK lebih diarahkan pada pengasahan potensi anak serta membangun karakter dan budaya anak untuk menjadi seorang yang mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat.
Sebagi guru TK, penulis bersikap fleksibel karena menurut penulis semua pro dan kontra perlu tidaknya pembelajaran calistung di TK itu mempunyai nilai positif dan negataif pada porsinya masing – masing. Karena kita juga tidak bisa menutup mata begitu saja seiring dengan bergesernya waktu, maka perkembangan dalam pembelajaran diera informasi sekarang ini  sebenarnya sudah berubah jauh.
Topik pelajaran bukanlah persoalan yang akan menghambat seseorang pada usia berapapun untuk mulai belajar. Syaratnya hanya mengubah cra belajar, disesuaikan kecenderungan gaya belajar  dan metodenya yang dengan usia masing – masing sehingga terasa menyenangkan  dan membangkitkan minat untuk terus belajar yang akhirnya terciptalah situasi kegembiraan belajar (Joyfull Learning).
Dan tidk berlebihan apabila penulis katakan bahwa belajar membaca menulis berhitung bahkan bahasa inggris boleh diberikan pada anak usia dini TK/RA , selama prinsip belajar menyenangkan yang dikembangkan. Materi apapun yang diberikan kepada anak TK/RA akan direspon positif  apabila teman – teman guru tetap berpegang pada prinsip belajar yang menyenangkan. Jadi persoalan sebenarnya dan yang penting adalah terletak pada guru, yaitu kemampuan guru dalam merekonstruksi suatu kegiatan pembelajaran yang inovatif, sehingga anak akan menganggap kegiatan belajar mereka seperti bermain  atau memang bentuk permainan sehingga guru tidak lagi merampas dunia anak, yaitu dunia bermain.
Begitu pula dengan pembelajaran bahasa inggris dapat mulai dikenalkan pada anak TK  melalui Song (lagu/ menyanyi), Poem (bersyair) dan game (permainan), sehingga anak – anak tanpa menyadari telah belajar dalam kegiatan yang menyenangkan. Tetapi yang terpenting dari itu semua dan harus dimiliki oleh guru TK/RA adalah “Berikanlah dan ciptakanlah pembelajaran dengan keriangan dan ketulusan serta keikhlasan hati”. Pembelajaran yang dapat ditangkap anak dengan perasaan gembira sehingga semua akan lebih berhasil dari kehebatan metode apapun. Goodluck !