Kamis, 26 Juni 2014

Antara Pangeran Gajah dan Rakyat Semut

Antara  Pangeran  Gajah  dan Rakyat Semut

Pagi itu Negara hutan belantara dikejutkan oleh auman keras seekor harimau yang membangunkan warganya untuk segera hadir di lapangan untuk mendengarkan sang Pangeran Gajah berorasi.  Singa, burung elang, beruang, srigala semua berlari menuju lapangan  untuk mendengarkan pidato sang Pangeran Gajah. Pangeran Gajah terlihat sangat gagah, badannya tegap, maklum pensiunan panglima perang, suaranya lantang, yah harap dimaklumi juga karena biasa memberi komando. Dengan suara menggelegar sang Pangeran menyerukan kepada semua pendukungnya untuk merapatkan barisan, bagaimanapun caranya pangeran gajah tak mau tahu , karena sang Pangeran Gajah ingin menang dalam pemilihan Raja hutan, dan ironisnya musuhnya sangat tidak sepadan dengan kegagahan sang pangeran. Karena musuhnya hanyalah seekor semut kecil, yang sekali injak pasti sudah tak berdaya....
Harimau, Singa, burung elang, beruang dan orang hutan bisa dipastikan sekumpulan binatang buas yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, yang secara akal sehat tak mungkinlah bisa dikalahkan oleh seekor semut yang dilihat dari postur tubuhnya , suaranya, apalagi dengan kekuatannya jelas sangat tidak imbang. Semut hanyalah serangga kecil yang tak mempunyai daya....begitu pikir mereka. Keciiiil........
Sementara itu semut hitam yang sopan, yang selalu setia kawan, yang selalu bekerja keras dan suka hidup bergotong royong itu diam terpaku, menyaksikan kekuatan lawannya. Tak jarang dengan sengaja kawanan pangeran gajah menginjak nginjak sarang semut yang baru saja dibangun dengan gotong royong. Tetapi semut masih bisa bersabar diri dan hanya bisa berkata dalam hati RA POPO.
Semut yang bijaksana itu rupanya tidak sendiri, ada beberapa binatang lemah lainnya yang ikut mendukung semut untuk tetap berjuang untuk kebaikan negara Hutan. Mereka semua ingin lepas dari ketakutan yang luar biasa yang sewaktu – waktu akan menjadi kenyataan, mereka kaum binatang lemah akan dimangsa habis oleh segerombolan pengikut pangeran Gajah yang menurut mereka tidak tegas tetapi buas. Disaat semut sedang berfikir keras tak jarang sang kodok menemaninya bersama sang jangkrik dengan menyanyikan lagu merdu menjadi sebuah harmoni yang indah. Sedangkan di rumah besar Pangeran Gajah terdengar musik keras yang dinyanyikan oleh burung elang dengan suaranya yang keras menggelegar, yang akhirnya ketahuan bahwa lagu yang dinyanyikan burung elang adalah  PLAGIAT yang banyak menuai kecaman dari pengamat politik yang ada Di Hutan seberang. Nah Loh.......
Kadang tak terpikirkan oleh kita semua, bahwa kekuatan yang kita anggap lemah, yang tak mungkin melakukan perlawanan justru disaat yang sulit akan menjadi kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang diluar pikiran/nalar kita. Kadang dibalik kelemahan ada kekuatan yang tak terbendung. Dan kekuatan dan keberanian untuk melawan itupun yang berusaha dihimpun oleh sang semut. Dan disaat yang tepat , ketika pesta Pemilihan Raja Hutan itupun dimulai, sang semut yang kecil dan lemah itupun dengan dada membusung menandakan tak gentar dengan lawannya yang gagah perkasa , memulai perdebatan dengan pangeran Gajah yang katanya mempunyai IQ 152 yang sayangnya tidak disertai dengan SQ dan EQ, sehingga tak jarang dalam perdebatan sering emosi, materi debatpun mulai dari masalah ekonomi, politik sampai ketahanan nasional kehutanan, dan diluar duagaan pengetahuan semut yang suka bekerja keras dan belajar keras itupun mampu mengalahkan kecongkakan pangeran gajah, karena pangeran Gajah yang katanya jenius inipun untuk beberpakali sering harus mengangguk setuju dengan pendapat Semut yang tidak jenius tapi bijaksana. Pangeran Gajah merasa malu,. Akhirnya karena merasa malu Gajahpun cari cara untuk membuat semut menyerah. Lalu dibuatlah adu kekuatan fisik, dengan pongahnya Gajah mengatakan bahwa dia pasti menang, karena dengan sekali injak, pasti semut akan mati.
Tetapi gajah lupa bahwa semut yang kecil dan dianggap lemah itu begitu cerdiknya, sehingga setiap kali gajah mau menginjak tubuh mungilnya, dengan gesit dia bisa dengan mudah menghindar (mungkin dikarenakan semut suka blusukan, jadi badannya boleh kecil tapi sangat prima kalau dipakai sekedar menghindar dari serangan gajah ), hingga akhirnya disaat pangeran Gajah sudah kehabisan tenaga dan akal untuk  mengalahkan  lawannya , dengan gesit semut kecil itu merayap ditubuh gajah, terus merayap dan masuklah ke lobang telinga Gajah, dengan sekuat tenaga digigitnya gendang telinga gajah, dan dia berlari lari di rongga telinga  sambil sekali – kali mengigit lagi. Gajah yang sudah sangat capek karena kehabisan tenaga, merontah, menerjang, menerkam, membenturkan kepalanya, badannya, untuk mengusir semut yang ada di dalam telinganya, tetapi semut dengan gesitnya  tak mampu dikeluarkan dari telinga .
Akhirnya  Gajah tak tahan , dia berlari kencang sambil meraung kesakitan bersamaan dengan jatuhnya dirinya ke dalam jurang.  Pangeran Gajahpun menemui ajalnya. Semut kecil keluar dari lubang telinga Gajah, disambut sorak sorai yang meriah dari binatang – binatang hutan yang lainnya. Singa, Macan, Beruang dan orang hutanpun, melihat kondisi yang tidak menguntungkan dirinya lari tunggang langgang,tapi tak dibiarkan begitu saja , ulat bulu dengan segera menyerbu singa, Singa merasa gatal dan meraung – raung tak tahan, Lintah dengan erat menempel kuat ditubuh harimau untuk menyedot darahnya, labah – labah membuat sarang yang kuat untuk menjerat orang hutan dan lebahpun dengan gerombolannya langsung menyerang burung elang.
Kisah ini mungkin bisa dijadikan  pembelajaran hidup kita, janganlah bersombong diri ketika merasa mempunyai kekuasaan, kekayaan, kekuatan dan kebuasan. Karena sesungguhnya yang benar- benar kuat, yang benar -benar kuasa dan yang benar – benar kaya hanya SANG PENCIPTA.
Kadang kita dibutakan dengan penampilan luar seseorang yang kadang kita sulit untuk mendefinisikan antara tegas dan buas, Persepsi sebagaian orang bahwa Setiap yang mampu bersuara keras menggelegar, yang mempunyai dukungan orang - orang hebat, kita terlena untuk tidak bisa lepas dari pesonanya. Kita tak bisa berfikir jernih dalam menilai seseorang, karena kadang kita sendiri telah ditekan oleh orang yang lebih berkuasa dari kita, kadang memang tidak sesuai dengan hati nurani tetapi karena ingin cari selamat ya... diikuti (walaupun itu juga masih spekulasi). Karena sesungguhnya KENISCAHYAAN itu hanya milik  SANG PENCIPTA, dan SANG PENCIPTA lebih suka akan doa orang yang papah tapi tulus dan ikhlas, daripada orang kaya yang munafik dan penuh intrik.
Mungkin kisah ini tidak sesuai  apabila divisualkan dalam kehidupan manusia, tetapi paling tidak setiap sikap, sifat binatang terkadang memang dipunyai manusia. Cobalah kita lihat apa yang terjadi dinegeri kita ini. Orang makan orang demi kekuasaan. Segala macam cara dihalalkan untuk dapat merebut kekuasaan . sehingga terkadang tak terpikirkan oleh mereka , betapa mereka telah banyak menyakiti sesamanya dengan fitnah, dengan tuduhan yang tak beralasan tak jarang juga memecat dari  keanggotaan karena beda pilihan.
 Wahai teman – temanku semua yang budiman Tidak bisakah kita sudahi  pertikaian yang tak berujung pangkal ini, tak bisahkah kita hidup damai berdampingan walaupun pilihan kita beda.....tak bisahkah kita mulai berkata – kata yang menyejukkan tanpa harus menyudutkan apalagi menyebar fitnah , tak bisahkah kita bersikap sportif  , Tidak bisahkah kita menghargai  perbedaan pendapat dari saudara – saudara kita.........yang bisa menjawab hanya anda sendiri......salam  damai dari Catatan Nining......Merdeka !