Rabu, 31 Maret 2010

Management Profil

Ketika kita dikaruniai anak, kita belum tahu bagaimana jadinya kelak. Yang jelas anak perlu rumah yang penuh kasih sayang dan dukungan bagi pertumbuhan pikirannya yang unik, termasuk jenis pikiran yang tidak dapat dimengerti orang tua. Bahkan orang tua yang mempunyai lebih dari satu anak , mereka paham betul tentang perbedaan nyata antara anak anaknya.Perbedaan tersebut memang nyata dan signifikan, leh karena itu orang tua mesti memandang masing masing anak sebagai individu yang unik, berbeda dari yang lain. Orang tua juga mesti memberi respon yang tepat dan baik terhadap apa yang mereka lihat dan rasakan pada masing masing aaaaaanak.
Jadi orang tua tidak perlu membanding -bandingkan anaknya karena masing masing anak itu berbeda kelebihan dan kelemahannya. Masing -masing anak akan berhasil di bidangnya masing- masing kalau sama-sama diberi kesempatan untuk mengembangkan minatnya/kelebihannya.
Kelebihan dan minat seorang anak merupakan kunci dari pikirannya yang unik. Kelebihan seorang anak harus ditumbuhkan walaupun kelebihan tersebut tidak sesuai harapan orang tua. Mereka harus melihat bahwa ada banyak cara untuk memupuk. Sejatinya anak-anak senang mendapat pujian, terutama dari orang tua, tetapi orang tua harus jelas dan jujur atas pujian yang diberikan.
Meskipun orang tua dalam hal ini berhak mengarahkan anak-anak di sekolah, orang tua harus hati-hati melakukannya.Bila anak mengalami kesulitan di lingkungannya (lingkungan bermain/sekolah) kita sebagai orang tua tidak perlu memperjuangkan segalanya untuk membantu anak. Anak perlu belajar menyelesaikan sendiri konfliknya baik dengan guru atau teman. Kemampuan mengatasi masalah seperti ini merupakan inti dari pendidikan anak. Orang tua menghadapi situasi yang sulit, diyakinkan pada anak bahwa masalah tersebut pasti dapat diatasi dengan baik.
Disini management profil anak harus benar benar ditumbuhkan. Orang tua mengatur profil anak tanpah merubah.Pengaturan yang baik adalah mencegah persoalan menjadi semakin buruk, mencegah terjadinya komplikasi, membantu anak memanfaatkan segala yang menjadi kelebihannya. Management profi (pengaturan Profil) dibedakan dalam fase fase sebagai berikut :
1.Penjelasan adalah membantu anak memahami diri sendiri. Anak anak perlu mengenali dan mengtahui cara menolong diri sendiri.Mereka perlu dan patut memahami dengan jelas penyebab problem akademis yang mereka alami. Penjelasan bisa disampaikan secara tersendiri kepada anak yang bermasalah.Prosese cepat, tidak menuduh dan optimis, tidak terdengar seperti menasehati atau menggurui.Orang tua/ pendidik harus mengungkapkan kelebihan anak serta menyampaikan pula kelemahannya dengan tujuan anak tidak bingung.
2.Akomodasi yaitu praktek yang biasa dilakukan untuk mengatasi kelemahan anak, tetapi intinya bukan untuk memperbaiki. Orang tua /pendidik memberikan jalan alternatifnya agar anak dapat mencari jalan lain untuk mengatasi problem dasar yang dihadapi.
3.Intervensi terhadap titik lemah bia anak mengalami kesulitan anak dibantu untuk tidak menyerah tetapi harus menghadapi kelemahannya tersebut.
4.Meningkatkan Kelebihan dan MinatOrang tua /pendidik harus dapat memberi tempat dan kesempatan pada anak untuk menggunakan kelebihannya agar anak merasa bahwa kelebihannya dapat berkembang dan pantas dibanggakan.
5.Melindungi Anak agar tidak dipermalukan.Hindari segala macam kegiatan yang dapat mempermalukan anak, karena bagi anak tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dipermalukan di depan umum/ di depan teman temannya.
Yang terpenting orang tua dan sekolah harus dapat bekerja sama dalam mendidik anak Orang tua perlu tahu dengan jelas target yang akan dicapai sekolah, dan kemudian mendorong anak untuk mencapai target tersebut.Di rumah (keluarga) disamping rasa kasih sayang, nilai -nilai moral, spiritual, disiplin, kesehatan, dan rasa aman juga perlu memberi anak kesejahteraan perkembangan otak. Untuk itu langkah -langkah yang perlu diterapkan :
1. Orang tua harus menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang dipelajari anak. Selain itu orang tua perlu memberi kesempatan anak untuk bercerita pengalaman sekolah.
2. Aktifitas pasif perlu dibatasi (melihat TV, bermain PS ) jangan biarkan anak mengabaikan kegiatan keluarga.
3. Orang tua mengajak diskusi berbagai ide, pemecahan masalah bersama anak tentang apa yang dupelajari di sekolah.
4. Anak-anak perlu melihat orang tua membaca buku, koran , majalah (peneladanan untuk gemar membaca ).
5. Kegiatan yang terjadwal (les dan sejenisnya) perlu dibatasi sehingga anak dapat melakukan brain storming, latihan kreatifitas dan mengembangkan imajinasinya.
6. Orang tua perlu menghargai produktivitas anak, bukan hanya terpaku pada nilai raport (nilai/angka) tetapi lebih dari itu.
7. Orang tua harus terlibat dalam pembelajaran anak. Kalau di sekolah anak menganggap guru sebagai orang tuanya, maka merekapun dapat menganggap orang tua nya sebagai guru di sekolah. Dengan pendampingan waktu belajar atau sekedar menanyakan/ membantu mengerjakan PR/tugas sekolah.
Untuk sekolah sendiri mesti bisa menjadi tempat yang aman dimana anak-anak merasa bebas mengambil resiko intelektual, seorang anak bebas mengemukakan pendapat atau pertanyaan yang busa saja salah dan tidak sesuai dengan pandangan guru (tetapi guru harus menghargai keberanian anak ). Anak -anak juga diberi kesempatanan untuk mengoreksi kesalahannya sendiri, dan anak -anak juga mesti aman dari olok-olok teman dan cemoohan guru. Dengan demikian kita telah bisa memberikan tempat dimana anak bisa merasa pintar dan menjadi pintar dengan caranya sendiri, karena tidak semua anak harus pintar dengan cara yang sama ini disebabkan setiap anak mempunyai otak yang bukan didesain untuk menguasai semua hal dalam porsi yang sama. Dan tugas guru / orang tua adalah memberi kesempatan bagi anak untuk meningkatkan kelebihan serta minat mereka , apapun bentuknya kita harus memberi kesempatan kepada anak untuk meningkatkan spesialisnya.

Management Profil

Rabu, 24 Maret 2010

SIKAP CERMAT ORANG TUA MEMILIH LES YANG TEPAT UNTUK ANAK TK

Orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya .Mereka semua ingin mempunyai anak yang cerdas dan kreatif, sehingga segala macam cara ditempuhnya, ini terbukti dan terlihat saat awal tahun ajaran baru.Para orang tua terlihat sibuk mempersiapkan alat alat sekolah, mencari sekolah terbaik dan bahkan para orang tua juga mulai sibuk mencari les dengan harapan agar anak anak tidak ketinggalan pelajaran.
Les atau kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan tambahan ini bertujuan untuk mengembangkan karakter atau kemampuan anak agar lebih positif, atau agar anak dapat mengembangkan kemampuannya yang dirasa belum/kurang terasah.
Penulis percaya sebagai orang tua pasti menginginkan anaknya punya kelebihan dibanding teman sebayanya, tetapi ingat sebagai orang tua jangan silau dengan banyaknya pilihan les demi untuk memuaskan keinginan orang tua tanpa melihat dan menimbang kemampuan ,keinginan, dan minat anak. Sebenarnya semua les adalah baik asalkan les tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan serta karakter anak. Sedangkan karakter sendiri adalah kebiasaan dan sikap sikap yang sering muncul sehingga menghasilkan suatu sikap dan tingkah laku tertentu yang berbeda dari anak lainnya. Jadi jika orangtua mengikutkan anak pada les yang sesuai dengan karakternya, maka hasilnya akan menguntungkan karena anak dapat mengembangkan sisi positif dari karakternya dan meredakan sisi negatif dari karakternya.

A. Memilih Les Sesuai Karakter Anak.
Secara umum ada 4 karakter dasar anak disesuaikan dengan jenis les yang diikutin
1. Anak Aktif.
Ciri ciri : anak giat beraktifitas dan energik.
Jenis les : cocok apabila diikutkan les yang berkaitan dengan gerak tubuhnya :
olah raga, bela diri, seni gerak.
2. Anak pasif.
Ciri ciri : Anak terlihat lamban, kurang gesit, kurang suka kegiatan fisik ,
cepat lelah dan susah menyesuaikan diri.
Jenis les : Melukis, menari, ketrampilan, komputer, sempoa.
3. Anak Percaya diri.
Ciri ciri : mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, lancar mengungkapkan
pendapat, senang pada sesuatu yang ada tantangannya.
Jenis les : Semua jenis les yang sesuai minatnya ,bagus untuk dapat menambah
keyakinan akan kemampuan dirinya.
4. Anak Pencemas
Ciri ciri : anak mudah merasa takut salah, mudah menyerah, lama menyesuaikan
diri, selalu butuh dukungan orang tuanya dan orang sekitarnya,
sensitif, mudah prasangka.
Jenis les : les yang dapat menenangkannya, les ketrampilan, dan bela diri ,
yoga, anak dengan karakter pencemas perlu dilatih untuk mengatasi
kecemasannya.

B. Memilih Tempat Les
1. Perhatikan kualitasnya.
a. Perhatikan dan pastikan lulusannya (output) yang pernah belajar disana,
berprestasi atau tidak (pastikan ada perubahan positif).
b. Perhatikan kemampuan staf pengajarnya, apakah memiliki pengetahuan, tahu
bagaimana memotivasi anak dan mampu memahami karakter anak.
2. Cek lokasinya.
Pikirkan bahwa lokasi/tempat les tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya
sehingga anak tidak kelelahan dalam perjalanan yang ujung ujungnya bisa ber
pengaruh pada penguasaan mater nantinya.
3. Lihat lingkungannya
Perhatikan lingkungan tempat les sesuai dengan karakter anak tidak (karena
biasanya tempat les terdapat banyak beragam anak dari sekolah lain yang tidak
sama dengan anak anda).Usahakan lingkungan les anak memberikan rasa nyaman
pada anak anda.

Yang jadi pertanyaan penting bagi orang tua sekarang adalah apakah perlu anak TK diikutkan les (baik les akademik: calistung) atau les bakat minat (menyanyi, menari ,olah raga dls). Mencermati fenomena yang terjadi pada masyarakat dewasa ini, bahwa kegiatan mengikutkan les putra putrinya sudah tidak menjadi monopoli masyarakat kota saja, masyarakat desapun sudah menganggap wajar bahwa anak sekolah wajib ikut les.
Sebelum menjawab pertanyaan diatas, terlebih dahulu yang perlu diketahui adalah mengenal siapa anak TK itu sebenarnya ?. Anak taman kanak kanak, yang usianya antara 4-6 tahun adalah anak yang memasuki masa Golden Age (masa peka/masa emas).
Dimana anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi dirinya. Masa peka (Golden Age) adalah masa terjadinya pematangan fungsi fungsi fisik dan psikhis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik ,kognitif,bahasa, sosial, moral, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni dan nilai nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Sedangkan kebutuhan anak itu sendiri pada dasarnya ada 3(tiga) yaitu :
1. Kebutuhan Fisik (Biomedis). Dapat dipenuhi apabila anak mengkonsumsi makanan yang
sesuai dengan kebutuhan jasmani untuk menunjang tumbuh kembang anak, kesehatan
imunisasi, pengobatan, pakaian, lingkungan yang sehat.
2. Kebutuhan emosi meliputi segala bentuk hubungan yang erat,hangat dan menimbulkan
rasa aman (kasih sayang).
3. Kebutuhan stimulasi atau pendidikan yang meliputi segala aktifitas yang dilakukan
yang mempengaruhi proses berfikir, berbahasa, sosialisasi dan kemandirian anak.
Jadi apabila jawabannya perlu anak TK diikutkan les, yang menentukan jenis les biarlah anak , juga tetaplah berikan anak kelonggaran waktu untuk tetap menikmati masa bermainnya,karena dari bermain banyak manfaat /pengaruh yang ditimbulkan yaitu :
1. Bermain dapat mempengaruhi fifik anak
2. Bermain dapat digunakan sebagai terapi
3. Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
4. Bermain dapat mempengaruhi kreatifitas anak
5. Bermain dapat mengembangkantingkah laku sosial anak
6. Bermain dapat mempengaruhi moral anak.

Senin, 15 Maret 2010

CALISTUNG TK......PERLUKAH ITU ?.

PENDIDIKAN TAMAN KANAK KANAK
                   Program pembelajaran TK, RA dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didk memasuki SD, MI. Semua program pembelajaran di TK, RA diselenggarakan secara unteraktif, inspiratif, inovatif, atraktuf , menyenangkan ,menantang dan mendorong kreativitas serta kemandirian anak. Sedang prinsip belajar di TK, RA didasarkan pada prinsip bermain sambul belajar dan belajar seraya bermain dengan tetap memperhatikan perbedaan bakat, minat dan kemampuan dasar masing2 siswa/ anak, sosial budaya dan serta kindisi dari kebutuhan masyarakat setempat ( Semuanya harus berorientasi pada kebutuhan suswa).
                  Direktorat jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Suyanto menegaskan bahwa pengenalan baca tulis berhitung (calistung) tidak diperkenankan untuk diajarkan secara langsung sebagai pembelajaran kepada peserta didik di TK. Calistung harus dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan sambil bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.
                  Prof. Suyanto juga menuturkan seperti yang tertuang dalam surat edaran dari Dirjen Dikdasmen nomor : 1839/c.c2/TU/2009 yang ditujukan kepada seluruh gubernur dan bupati/walikota seluruh Indonesia, TK seharusnya hanya menciptakan lingkungan yang kaya dengan beragam bentuk keaksaraan yang akan lebih memacu kesiapan anak didiknya untuk memulai kegiatan calistung ditingkat lanjutan yaitu SD. Beliau juga menambahkan bahwa pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemapuan anak didik yaitu secara berangsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur berman lebih dominan) menjadi belajar seraya bermaun (Belajar mulai dominan). Yang tersirat dari pernyataan Prof.Suyanto tersebut diatas bahwa pembelajaran membaca menulis dan berhitung  (calistung) secara tidak langsung dilarang untuk dperkenalkan pada anak anak usia TK, inin senada dengan anggapan Piaget bahwa pada usia dibawah 7 tahun anak belum mencapai fase dimana anak anak dianggap sudah bisa berfikir terstruktur, Sementara itu kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang terstruktur sehingga tidak cocok apabila diberikan pada anak dibawah 7 tahun.

PERLUKAH ANAK BELAJAR CALISTUNG
                     Persoalan membaca menulis dan berhitung (calistung) diberikan pada anak TK dewasa ini telah menjadi fenomena tersendiri , terutama untuk orang tua yang mempunyai anak TK. Kenyataan yang ada bahwa anak anak TK yang akan  melanjutkan sekolah ke SD"FAVORIT" sudah barang tentu harus siap dan bisa calistung (kalau pelu plus bahasa inggris) ,ini terbukti dikarenakan persaingan untuk masuk SD favorit cukup ketat, sehingga membuat pihak pengelolah SD"FAVORIT' memberlakukan syarat tertentu bentuk tes/seleksi dalam penerimaan siswa baru (PSB). Secara nyata bahwa saat ini untukpenerimaan siswa SD sudah tidak lagi memprioritaskan anak  anak usia 7-12 tahun tetapi sudah bergeser menjadi tolok ukur kemampuan anak untuk lolos tes/seleksi penerimaan siswa baru. Walaupun kurikulum SD kelas I tetap memulai dengan belajar membaca menulis permulaan ,diakui atau tidak guru guru SD sekarang lebih suka menerima siswa kelas I yang sudah siap dan bisa calistung.Kenyataan ini kontan membuat sebagaian besar wali murid panik, kalau anaknya yang duduk dibangku TK belum bisa calistung, akhirnya para orangtua/walimurid TK secara tidak langsung mendorong sekolah sekolah (TK,RA) untuk dapat menyediakan calistung sebagai bagian dari kurikulumnya.karena orang tua murid saat ini telah menjadikan calistung sebagai acuan untuk memilih TK bagi putra/putrinya. Ini berdampak pada TK TK yang didalamnya tidak ada pembelajaran calistung, akan ditinggalkan/ kurang diminati oleh para orang tua wali murid TK.
                     Taman kanak kanak yang semula diharapkan  akan menjadi "TAMAN" yang paling indah, taman yang menyenangkan, taman tempat bermain  sirna seketika menjadi sekolah formal mini, dengan pemandangan klasik anak mendengarkanceramah, lalu mengerjakan LKS/majalah bulanan dan seterusnya. Lalu dimana letak bermain dan menyenagkan, Dimana letak kreativitas guru dalam mengelolah kelas yang kreatif dan inovatif , dimana letak kegiatan yang menantang yang dapat mengeksplor kemampuan anak ?. Yang terjadi saat ini sejumlah teman teman guru TK terpaksa "menekankan" kemampuan baca tulis berhitung pada siswanya, sehingga banyak teman teman guru TK kurang optimal memprioritaskan upaya merangsang dan mengembangkan potensi anak secara holistik. Padahal mestinya di TK ,pendidikan lebih diarahkan pada pengasahan potensi anak serta membangun karakter dan budaya anak untuk menjadi seorang yang mempunyai karakter dan kepribadian kuat.
                    Sebagai guru TK, penulis bersikap fleksibel ,karena menurut penulis semua pro dan kontra perlunya pembelajaran calistung pada anak TK itu mempunyai nilai positif dan negatif pada porsinya masing masing. Karena kita tidak bisa menutup mata begitu saja bahwa seiring dengan bergesernya waktu, maka perkembangan dalam pembelajaran diera informasi sekarang ini sebenarnya sudah semakin berubahjauh. Topik topik pelajaran bukanlah persoalan yang akan menghambat seseorang pada usia berapun untuk belajar. Syaratnya hanya mengubah cara belajar disesuaikan kecenderungan gaya belajar dan metodenya dengan usia masing masing sehingga terasa menyenangkan dan membangkitkan minat untuk terus belajar yang akhirnya akan terciptalah suasana kegembiraan belajar (Enjoyfull learning).
                     Dan tidak berlebihan apabila penulis katakan bahwa belajar calistung bahkan bahasa inggris boleh diberikan pada anak usia dibawah 7 tahun (TK,RA), selama prinsuip belajar "FUN' yang dikembangkan , materi apapun yang diberikan pada anak TK akan direspon dengan baik.Jadi persoalan terpenting dari itu semua adalah kemampuan guru merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak akan meanganggap kegiatan belajar mereka seperti bermain atau memang berbentuk permainan. Goodluck.